1 Only One

616 45 0
                                    

"Hokuto, bagaimana jika aku menyukai Makoto?" Tanya Kazuma tiba-tiba.

"Kau memang menyukainya kan? Lihat saja, kalian bahkan sudah seperti pasangan." Hokuto tertawa kecil menanggapi pertanyaan teman sekamarnya.

"Aku tidak sedang bercanda, Hokuto." Kazuma menunjukkan wajah serius.

"Maksudmu? Kau menyukai seorang pria?" Hokuto mencoba mengkonfirmasi sekali lagi dan Kazuma mengangguk. "Bagaimana menurutmu?"

"Jelas saja itu aneh. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Kamu tidak bisa memilih jatuh cinta dengan siapa. Cinta yang memilihmu." Laki-laki sepolos Hokuto bahkan bisa berkata seperti ini tentang cinta.

***

Kazuma memejamkan mata tapi ia sama sekali tidak bisa tidur. Seluruh staff di otaknya sedang bekerja mencari jawaban tentang perasaannya pada Makoto. "Why must Makoto?"

Mengapa juga ia harus bertanya seperti itu pada Makoto tadi pagi. Ingatan itu kembali memenuhi ruang pikirannya. "Makoto, apa yang akan kau lakukan jika menyukai seseorang?"

Makoto tertawa. "Kenapa tiba-tiba? Apa kau sedang menyukai seseorang?"

Kazuma mengangguk. "Sepertinya begitu. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana menghadapinya."

"Kalau itu aku. Pertama aku akan melakukan kabedon padanya. Kau tahu para gadis sangat suka di kabedon. Hati mereka pasti akan berdebar 2x lebih cepat ketimbang saat mereka naik roller coaster." Ia mengunci pergerakan Kazuma.

Makoto benar. Jantungnya sudah berdebar tidak karuan sekarang. Mengapa juga Makoto harus mempraktikkan hal ini padanya? Rasanya sesak seperti ingin meledak. Ini gawat jika Makoto bisa mendengar detak jantungnya dengan jelas. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Lalu aku akan mulai mendekatkan wajahku seperti ini. Pastikan para gadis dapat mencium aroma tubuhmu." Damn! Kini Kazuma dapat mencium aroma tubuh Makoto.

"Pegang leher bagian belakangnya dan cup. Cium dia dengan lembut seperti ini." Mata Kazuma terpejam.

"Ingat kau harus melakukannya dengan lembut." Makoto menekankan kalimatnya.

Ciuman tadi mungkin hanya 1 detik. Tidak, mungkin hanya 0,5 detik namub ia dapat merasakan betapa lembut bibir Makoto.

"Kazuma, daijoubu ka?" Tentu saja Kazuma tidak baik-baik saja. Makoto melihat seluruh wajah Kazuma memerah.

"Wajahmu memerah. Apa kau demam?" Makoto menempelkan telapak tangannya di dahi Kazuma. Namun Kazuma menepisnya. Ini sudah di luar batas.

***

Lagi-lagi Makoto menemani Itsuki ke salon kucing. Tidak seperti biasa, Makoto terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Makoto, ada apa? Daritadi aku perhatikan kau melamun saja. Apa ada masalah?" Itsuki sebenarnya sedang membaca majalah kucing tapi melihat wajah kusut sahabatnya, ia memutuskan untuk bertanya.

"Nani mo nai. Aku baik-baik saja." Makoto memaksa untuk tersenyum. Pikirannya masih melayang memikirkan sikapnya pada Kazuma kemarin. Apa ia sudah keterlaluan pada Kazuma?

"Maasu, kawaii na." Itsuki memeluk kucing kesayangannya yang baru saja selesai perawatan bulu.

***

Matahari sudah hampir berada di tengah-tengah kota namun Kazuma masih belum keluar kamar.

"Kazuma, aku memasak nasi goreng. Ayo kita makan." Teriak Hokuto dari dapur.

Tak ada jawaban. Kazuma menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia benar-benar ingin mereset pikiran dan perasaannya terhadap Makoto.

"Ting tong..." Suara bel Apartment KazuHoku berbunyi.

"Itsuki, Makoto. Tumben kalian datang. Ayo masuk." Sapa Hokuto saat membukakan pintu.

"Lihat aku membawa siapa?" Itsuki menggendong kucing manis kesayangannya.

"Maasu." Hokuto girang sekali saat tahu Maasu ikut datang bersama kedua sahabatnya.

"Maasu wangi sekali. Kau pasti habis ke salon ya?" Hokuto mengelus kepala Maasu dan sesekali mencubit pipi tembemnya yang berbulu lembut.

"Kazuma wa?" Tanya Makoto penasaran.

"Di kamar. Sejak semalam dia belum makan. Mungkin dia sedang ada masalah." Hokuto menunjuk kamar mereka.

"Itsuki, ayo kita makan. Aku sangat lapar." Hokuto mengajak Itsuki menuju dapur. Maasu asik bermain sendiri di ruang tamu.

Makoto mengetuk pintu sebelum membukanya perlahan. Ia berjalan perlahan. "Kazuma, gomene. Aku tahu sikapku kemarin sangat keterlaluan."

Kazuma mengintip dari balik selimut. "Apa yang kau bicarakan?"

"Heh... Bukankah kau marah saat aku menciummu kemarin?"

Mana ada orang yang marah saat dicium oleh orang yang disukainya?

***

Maasu mengeong. "Maasu hontoni kawaii desu ne." Hokuto sangat gemas setiap kali ia bertemu kucing peliharaan Itsuki.

Ia mungkin tidak sadar bahwa sebenarnya Itsuki diam-diam memperhatikannya sejak lama. Maasu hanya menjadi alasan agar Ia bisa lebih dekat dengan Hokuto.

"Mungkin sebaiknya aku harus memberi tarif jika kau ingin mencium Maasu-ku." Goda Itsuki membuat pipi Hokuto mengembang.

"Kau sangat perhitungan denganku. Kau tidak lihat Maasu sangat senang saat kucium."

"Itu karena Maasu menyukaimu."

*To Be Continue*

Hey You, Aishiteru!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang