5 Hey You, Aishiteru!

491 34 14
                                    

Apa kau masih belum menyadari perasaanmu?

***

Ponsel Hokuto berdering. Nama Itsuki Fujiwara terpampang jelas di layar ponselnya. "Moshi-moshi."

"Hokuto, apa kau sibuk? Mau menemaniku mengantar Maasu ke salon?"

Sudah dua pekan sejak acara kemping itu. Hokuto menjadi agak canggung pada Itsuki. Mungkin gara-gara ciuman itu.

"Kazuma, kau rapi sekali? Mau kemana?" Tanya Hokuto yang masih sibuk membuat sarapan.

"Aku mau pergi bersama Makoto." Jawab Kazuma singkat.

"Deeto?" Hokuto ingin mengkonfirmasi seberapa jauh hubungan sahabatnya itu.

"Deeto janai yo!" Kazuma seolah menutupi sesuatu. Tapi ini bukan kencan. Serius.

Makoto hanya bilang. "Mau pergi bersama?" Jadi Kazuma tidak bisa menyebutnya kencan.

"Tidak sarapan dulu? Nanti kalo perutmu berbunyi dan didengar Makoto bagaimana?" Goda Hokuto mencicipi masakannya.

"Berisik. Ittekimasu."

"Itterassai" Kazuma mungkin tidak sadar kalo wajahnya terlihat seperti seorang gadis yang sedang menantikan kencan pertama.

***

Itsuki berlari menghampiri pemuda yang sudah berdiri di depan salon kucing. "Hokuto, sudah lama menunggu? Mengapa tidak masuk saja?" Tanya Itsuki.

"Tidak. Aku baru sampai." Padahal Hokuto tiba 30 menit lebih awal dari waktu yang mereka janjikan.

"Bagaimana aku bisa masuk tanpa membawa kucing?" Hokuto terkekeh.

"Hey Maasu, genki desu ka?" Hokuto mengelus puncak kepala kucing gembul itu.

"Kau tahu Maasu sangat bersemangat saat kubilang akan mengajakmu." Cerita Itsuki.

"Apa benar?" Itsuki mengangguk.

"Maasu, katakan iya." Maasu mengeong. Jadi pangeran es dan peliharaannya menyukai orang yang sama.

Itsuki dan Hokuto banyak bercerita tentang Maasu sambil menunggu Maasu di masker.

"Mengapa tidak mengajak Makoto?" Tanya Hokuto penasaran.

"Dia bilang pergi bersama Kazuma. Memangnya Kazuma tidak cerita?"

Damn! Hokuto lupa jika ia sudah tahu itu dari Kazuma. "Aku lupa haha."

***

Kazuma dan Makoto memilih cafe dekat Tokyo tower. Meskipun Kazuma belum menjawab dengan benar pertanyaan Makoto saat kemping. Sepertinya persahabatan mereka baik-baik saja. Itu sudah cukup baginya.

"Bukankah ini jadwalmu menemani Itsuki ke salon kucing?" Tanya Kazuma.

Makoto mengangguk. "Sepertinya ia mengajak Hokuto. Apa Hokuto tidak cerita?" Kazuma menggeleng. "Mungkin mereka sedang kencan juga." Ujar Makoto.

"Kencan juga?..
..Tunggu, apa maksudnya kencan juga? Memangnya siapa lagi yang kencan selain Hokuto dan Itsuki? Apa Makoto sedang membicarakan mereka? Tidak mungkin." Batin Kazuma.

***

Menyenangkan ya? Jika kita bisa menghabiskan waktu bersama seseorang yang kita suka. Meskipun seharian tapi terasa sangat singkat.

Hokuto dan Itsuki pulang ke Apartment Hokuto. Ia menyalakan lampu dan mengunci pintu.

"Maasu, apa kau lelah? Kau bisa beristirahat di sini." Hokuto menunjuk sofa di depan tv.

"Sepertinya Kazuma akan pulang terlambat." Tiba-tiba tangan Itsuki menghadang Hokuto.

"Itsuki, ada apa?"

"Bisakah kau tidak menyebut nama laki-laki lain saat bersamaku?"

Hokuto menerjapkan mata berkali-kali. Ia sudah mampu mengendalikan perasaannya saat bersama Itsuki tapi tidak jika Itsuki mengatakan hal ini secara tiba-tiba.

"Bukankah kau seharusnya mencium seseorang saat kemping? Siapa yang ingin kau cium?"

"Heh..." Hokuto tentu saja tidak bisa mengatakan aku ingin menciummu, Itsuki. "Mengapa tiba-tiba?"

"Karena aku ingin tahu siapa aku bagimu." Maasu sudah tertidur di sofa. Hokuto tidak yakin apa Maasu benar-benar tidur atau pura-pura tidur agar tidak melihat adegan dewasa ini.

"Bagiku... Itsuki.... adalah... seseorang yang sangat berharga." Jawab Hokuto terbata-bata.

"Hanya itu?" Tanya Itsuki. Apa Itsuki sedang memaksanya untuk menyatakan perasaannya? Ia sudah mengunci tubuh Hokuto di dinding.

Apa ini benar-benar waktu yang tepat untuk mengatakannya? Apa Itsuki akan tetap menjadi sahabatnya setelah pengakuan ini? Bagaimana jika Itsuki membencinya?

"Kau benar-benar menyebalkan ya, Hokuto. Sampai kapan kau akan membuatku menunggu? Hey You, Aishiteru!" Itsuki tersenyum setelah jujur pada perasaannya.

Ia mengatakannya dengan jelas. Jantung Hokuto mungkin akan lepas sekarang. Tapi ia tidak mau itu terjadi. Ia masih ingin menghabiskan banyak waktu bersama pria yang disukainya. "Itsuki, daisuki."

Itsuki menggendong gemas Hokuto. "Bukankah seharusnya kamu memberiku hadiah?"

Yang ditanya menjadi salah tingkah. "Hadiah?"

Itsuki mengangguk. "Kau menyukaiku kan?"

Hokuto menarik kerah kemeja Itsuki dan menciumnya.

***

Kazuma mengantar Makoto ke Apartment Makoto. "Sepertinya Itsuki belum pulang." Ujar Kazuma yang sudah duduk di sofa.

"Aku kira dia sudah pulang. Dia tidak pernah pergi sampai selarut ini jika mengajak Maasu." Makoto menempati sisi kosong di sebelah Kazuma.

"Aku akan ke toilet dulu." Makoto mengangguk menatap Kazuma yang berlari kecil menuju toilet.

"Perasaan macam apa ini? Aku berada di Apartment Makoto dan hanya berdua dengannya . Aku harap Itsuki segera pulang. Tidak. Aku yang seharusnya pulang." Gerutu Kazuma di dalam toilet.

Sekitar lima menit ia menyumpahi dirinya sendiri dengan perasaan aneh yang sedang memenuhi hatinya. Ia akhirnya memilih keluar dari toilet sebelum Makoto mengiranya kenapa-napa.

"Nande?" Tanya Makoto yang sudah berdiri shirtless di hadapannya.

"Mengapa kamu tidak memakai bajumu?" Tanya Kazuma terkejut sambil menutup kedua matanya.

"Mau bagaimana lagi? Kau tidak mau mengaku kan? Apa cuma aku yang menahan diri?" Tanya Makoto.

Apa Makoto sudah tahu bahwa selama ini ia menyukainya? Lalu apa maksud menahan diri itu? Mungkinkah? Sesuatu yang belum mereka selesaikan saat kemping. Ciuman itu.

"Jadi kau sudah tahu perasaanku?" Tanya Kazuma.

"Bagaimana aku bisa tahu jika kau tidak memberitahuku?" Balas Makoto.

"Makoto, dengarkan aku baik-baik. Mungkin kau akan membenciku setelah mendengarnya. Entah sejak kapan, tapi aku menyukaimu. Sangat-sangat menyukaimu..
..Hey You, Aishiteru!" Kazuma mendekat perlahan ke arah pemuda yang disukainya itu. Jarak semakin menyempit di antara keduanya hingga bibir mereka saling menggigit satu sama lain. Ia mencium lembut bibir Makoto dan mereka melakukan itu berulang kali.

*END*

Cinta itu seperti sepatu. Tidak nyaman jika kau memakai yang kekecilan apalagi yang kebesaran. Sama seperti saat kau menghabiskan waktu bersama seseorang. Kau akan merasa nyaman jika bersama seseorang yang tepat. Hey You, Aishiteru!

Hey You, Aishiteru!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang