4 Truth Or Dare

340 33 6
                                    

"Menyukai seseorang ya? Mungkin hati kita akan berdebar-debar saat bersamanya. Lalu kita tidak tahu harus bagaimana. Kita ingin menghabiskan waktu berdua dengannya. Terlihat keren di matanya. Dan kita bahagia saat melihat dia bahagia."

Semua yang dikatakan Makoto benar. Itu artinya ia benar-benar menyukai Makoto.

"Makoto, bagaimana ini?" Tanya Kazuma tiba-tiba.

"Nande?"

"Aku jadi ingin menciummu di sini." Kazuma sudah terbawa suasana.

Makoto memandang wajah sahabatnya itu. Sangat polos seperti anak kecil yang meminta sebuah permen.

"Apa yang baru saja kukatakan?" Aku pasti sudah gila? Makoto, gomene."

Makoto tidak menjawab. Ia memilih mematikan lampu tenda.

Deg

Deg

Deg

"Kazuma, apa kau menyukaiku?" Tanya Makoto.

Ia yakin Makoto berada sekitar 5 centimeters darinya. Ia bisa merasakan nafas dan aroma tubuh Makoto dari jarak sedekat ini. Itu membuat seluruh tubuhnya semakin panas. Ia ingin memeluk tubuh Makoto sekarang. Tangannya sedang membelai rambut dan menelusuri telinga Makoto hingga ke leher bagian belakang pemuda itu.

Hokuto membuka tenda dan mengacaukan semuanya. Itsuki menyalakan lampu. Kazuma dan Makoto tidur saling membelakangi. Mereka berdua pura-pura memejamkan mata.

"Mereka sudah tidur?" Hokuto menyelimuti kedua sahabatnya.

"Sepertinya mereka sangat kelelahan." Itsuki menarik selimut dan merebahkan tubuhnya di sebelah Makoto.

"Damn! Hokuto sialan." Batin Kazuma.

"Woy, bangun-bangun. Kalian ini seperti anak kecil. Kita kan lagi kemping, masa baru jam 11 malam kalian sudah tidur?" Gerutu Riku.

Rui dan Kenta menyuruh semua berkumpul dan duduk mengitari api unggun.

"Kita akan bermain Truth or Dare." Rui memberikan penjelasan singkat tentang permainan ini. Permainan dimulai ketika lagu berhenti. Peserta yang memegang botol kosong wajib memilih antara jujur atau tantangan.

Kaisei memilih jujur. "Apa kau sudah punya pacar?" Tanya Takuma. Kaisei mengangguk.

"Siapa pacarmu? Kau bilang padaku masih jomblo?" Gerutu Takahide. "Gomene, gomene." Kaisei menghindari pukulan Takahide yang sebenarnya tidak terasa sakit.

Kazuma memilih jujur. "Apa kau sudah pernah melakukannya?" Tanya Riku.

"Melakukan apa?" Kazuma bingung.

"Melakukan apa yang seharusnya dilakukan pria dewasa?" Tambah Likiya.

"Apa maksud mereka melakukan itu? Majide?" Kazuma mulai memproduksi pikiran-pikiran kotor di otaknya.

"Belum." Jawab Kazuma singkat diikuti iringan tawa seluruh peserta.

"Ternyata kau cherry boy ya?" Goda Makoto yang duduk di sebelahnya.

Kenta memilih tantangan. "Perlihatkan pada kami celana dalam yang kau pakai sekarang." Suruh Yamasho.

Kenta tak mengelak sama sekali. Ia membuka celana olahraganya dan menunjukkan celana dalam bergambar Spider-Man. Semua peserta tidak bisa menahan tawanya.

Hokuto pikir, ia lebih baik memilih tantangan jika kalah. Lebih baik menunjukkan celana dalam daripada menjawab pertanyaan-pertanyaan memalukan dari bocah-bocah nakal ini.

Yamasho memilih jujur. "Apakah ada laki-laki yang ingin kau cium di sini?" Tanya Iwasho.

"Ya, aku ingin menciummu." Jawabnya sambil berlari mengejar Iwasho.

"Baiklah aku menyerah. Jangan cium aku." Mereka tertawa.

Hokuto memilih tantangan. "Cium salah satu peserta di sini." Perintah Zin.

Apa-apaan Zin itu? Bagaimana dia tega menyuruh Hokuto melakukan hal seperti itu?

"Siapa yang ingin kau cium?" Tanya Ryu.

Hokuto tidak mampu berkata apapun. Ia ingin memilih Itsuki tapi bagaimana jika setelah itu persahabatan mereka menjadi berantakan?

"Ini hanya permainan, Hokuto. Kau bebas mencium siapapun." Teriak Rui.

"Apa jangan-jangan ini ciuman pertamamu?" Tanya Itsuki tiba-tiba. Hokuto mengangguk.

"Yabai..." Batin Makoto.

"Kalau begitu, biar aku tunjukkan bagaimana melakukannya pada saat pertama." Itsuki memegang wajah Hokuto dan cup.

"Wooooaaaa..." Itsuki mendapat ciuman pertama Hokuto. Permainan selesai.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Namun Hokuto tidak bisa tidur. Ia merasa gelisah. Setiap memejamkan mata, ia selalu teringat oleh ciuman Itsuki. Ia tidur membelakangi pemuda yang sudah merebut ciuman pertamanya.

Tiba-tiba tangan Itsuki memeluk tubuhnya dari belakang. "Tidurlah." Bisiknya ke telinga Hokuto.

Hokuto tak bereaksi apa-apa. Tapi Itsuki yakin pemuda yang sudah ia cium tadi masih terjaga.

*To Be Continue*

Hey You, Aishiteru!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang