Chapter 3

18 10 0
                                    

Happy Reading ♥️

Aya POV

3 bulan berlalu sejak kejadian itu, dan aku?? Masih sama. Masih berharap Al kembali lagi, tetapi kurasa tidak mungkin.

Ah sungguh lucu dulu aku sangat dingin kepadanya, tetapi sekarang? Aku sangat mencintainya.

Al itu menjengkelkan! Tetapi dia lah yang dapat menghancurkan bongkahan es ini.

Ah ingin ku ceritakan sesuatu?

Ingin ku ceritakan kisahku dengannya? Mungkin nostalgia sedikit tidak apa.

Saat itu...

Rain

"Suka kesini?"

Aku menoleh,

Terlihat seorang cowok jangkung dengan kulit tan nya berdiri didekat pintu Rooftop dengan sebatang rokok yang berada di antara mulut dan tangannya.

Aku kembali menghadap kedepan tidak memperdulikan kehadirannya.

"Yailah sombong amat jadi cewe." ucapnya yang duduk di sampingku.

Aku berdiri hendak meninggalkan Rooftop.

"Mau kemana?" tanyanya.

"Kelas." jawabku dan langsung melangkah pergi.

Jam menunjukkan pukul 05:00 sore tetapi aku kembali kesini, ke atas Rooftop sekolah. Enggan untuk pulang karena percuma dirumah pun sepi.

Hah.

Untuk kesekian kalinya aku menghela nafas, jam enam gerbang sekolah akan ditutup. Setidaknya aku masih punya waktu 1 jam untuk diatas sini menikmati ketenangan.

"Suka banget kesini ngapain sih?"

Aku menoleh, ah anak cowok itu lagi masih sama dengan sebatang rokok ditangannya. Suka sekali merokok padahal itu kan tidak baik.

Kubiarkan ia duduk disamping ku, aku tidak memperdulikan kan nya memilih kembali memejamkan mata dan menikmati semilir angin sore.

"Kayaknya lo tuh suka banget menyendiri ya?" tanyanya sembari menghisap sebatang rokok.

"Bukan urusan kamu." jawabku dengan mata yang masih terpejam.

"Coba berbaur kenapa sih, gue merhatiin lo selalu sendirian. Emang ga bosen?"

Aku membuka mata, dia bilang apa tadi?? Dia memperhatikan ku??

"Kamu merhatiin saya?" tanya ku.

Kutatap dirinya, ia canggung. Terlihat dari gelagatnya yang sedang mengaruk tengkuk dengan senyum kikuk.

"Eng ano itu paan ya? Ya beberapa kali gue liat lo sendirian, padahal banyak yang ngajak lo berbaur tapi lo cuek dan dingin katanya. Jadi mereka males."

Aku hanya diam dan kembali menghadap kedepan dengan mata terpejam, benar. Banyak yang mengajak ku untuk mencoba membaur tetapi aku selalu cuek dan dingin. Bukan tanpa alasan aku seperti itu.

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang