Chapter 4

12 7 0
                                    

Happy reading ♥️

Sore ini hujan deras, dan aku masih saja di kelas.

Sendirian?

Tentu saja, karena yang lainnya sudah pulang menerobos hujan yang lebat ada juga yang sudah dijemput oleh supir nya.

Aku memilih tinggal dikelas sembari menikmati hujan dari balik jendela, kaca jendela sengaja aku buka. Sembari mendengarkan lagu era-90an, aku tidak menggunakan earphone sengaja aku biarkan lagunya mengalun bebas diruang kelas. Jarang sekali aku mendengar lagu era-90an biasanya aku mendengar kan lagu Taeyeon atau IU dua penyanyi idolaku.

Aku memejamkan mata dengan kedua tangan yang kutaruh di atas meja, hari semakin gelap ditambah hujan lebat. Aku tak berniat untuk pulang padahal jam menunjukkan pukul 05:38 jika gerbang sudah ditutup pun aku tak masalah, aku akan lewat pintu belakang yang sangat sepi.

"Ga pulang?"

Aku mendangak, Al duduk disebelah ku.

"Hujannya belum berenti." jawabku singkat.

"Oh iya, ini- katanya sembari memberikan payung.

"Payung lo yang kemarin gue pinjem." Sambungnya.

"Makasih." Aku mengambil payung tersebut lalu ku letakkan dikolong meja begitu saja. Lantas aku kembali menidurkan kepala ku diatas meja.

"Kenapa ga pulang? Kan udah ada payung."

"Kau saja, saya masih mau disini."

Aku mematikan lagunya lebih memilih menatap hujan dan langit yang sudah gelap.

"Kenapa lo suka sendirian?"

"Keramaian bising, lagipula sendirian lebih baik saya merasakan ketenangan."

"Kenapa ga nyoba membaur? Banyak loh yang mau temenan sama lo, tapi lo cuek terlalu dingin juga."

Aku menatapnya, kulihat ia tersenyum kikuk, "menurut kamu jika tidak mempunyai teman menyedihkan atau tidak?"

Ia mengangkat sebelah alisnya, "ya enggak sih, kadang teman itu kita butuhin pas kita terdesak. Kalau yang tulus sih pasti bantu tapi kalo yang manfaatin doang mah gak mungkin ngebantu."

"Jadi?"

"Yaaa, kalau ga punya temen ga menyedihkan juga tapi seenggaknya satu atau dua teman pasti dibutuhin."

Aku hanya mengangguk.

"Kenapa lo lebih milih ga berteman?"

"Bukannya kemarin saya udah bilang ya? Ga ada yang mau bener-bener berteman sekalipun ada pasti akan hancur karena ego masing-masing dan kesalah pahaman, saya pikir tidak memiliki teman lebih baik. Karena saya ga perlu pusing buat nyelesain masalah kalau diantara pertemanan saya ada kesalah pahaman, saya ga perlu sakit hati kalau dipertemanan saya ada penghianatan, saya ga perlu sedih pas pertemanan saya hancur karena ada orang baru. Berteman hanya untuk orang yang mudah percaya dan bersosialisasi dengan baik sedangkan saya? Tidak."

"Berarti lo harus nyoba bersosialisasi, coba deh buat berteman buka diri aja dulu sedikit demi sedikit nyoba membaur jangan cuek banget. Ga semuanya yang lo pikirin bener, seenggaknya coba aja dulu karena semua butuh proses. Sama orang yang lo percaya aja lo terbuka kalau lo ga percaya lo boleh cuek, karena teman itu hanya sekedar kenal dan jumlahnya banyak sedangkan sahabat? Orang yang bener-bener di percaya itu sedikit ga semua orang bisa jadi sahabat cuma orang yang gak ember aja yang bisa lo jadiin sahabat."

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya, lantas berdiri dari duduk ku dan meminta jalan kepadanya karena posisinya ia yang duduk disamping ku dan menghalangi jalan keluar untuk ku.

"Mau kemana?"

"Pulang, kemana lagi memangnya?"

Ku lihat ia menggaruk tengkuknya kikuk dan nyengir memperlihatkan gigi putih rapihnya, "udah jam 18:40 lo ga diomelin pulang kemalaman?"

"Siapa yang akan mengomeli saya jika dirumah sepi?"

"Eum maksudnya?"

Aku tersenyum, "Tidak."

Rain

"Udah sampe, kapan-kapan gue ajak ke tempat favorit gue deh. Mau?"

Aku tersenyum lalu menjawab, "boleh."

"Kalau gitu gue pulang dulu." pamitnya.

"Makasih udah nganter saya sampai rumah."

"Sama-sama."

Ia pergi, kembali kurasakan kesunyian saat menapaki pekarangan rumah. Berkali-kali aku menghela nafas kasar berharap bisa sedikit mengurangi rasa yang mengganjal dihati ku.

Selalu sepi, seolah aku hidup untuk merasakan kesendirian. Orang tua ku bahkan tidak perduli, khe!

Aku tersenyum miris, tersenyum untuk diriku sendiri.

Rain

"Hai."

Aku tersenyum saat Al menyapaku lalu duduk di samping ku.

"Ga belajar? Istirahat udah selesai kan?"

Aku hanya mengangguk.

Al duduk disebelah ku, mengeluarkan korek di kantong celananya lalu mengambil rokok yang sengaja ia taruh di telinganya.

Ia mendekat kan rokok itu kemulutnya, "rokok ga baik, ganti sama ini aja." Aku menyodorkan sebungkus permen kepadanya.

"Mulut gue asem kalo ga ngerokok."

Aku tersenyum, "kamu ngerusak tubuh sendiri secara perlahan."

Aku mengambil tangannya, meletakan permen itu ditelapak tangannya, "ini lebih baik mulut kamu ga bakal asem lagi."

Kulihat ia kembali mengantongi rokok beserta korek kedalam saku bajunya, lalu membuka permen yang tadi ku berikan dan memakannya.

"Makasih." ucapannya.

Aku hanya mengangguk sembari tersenyum sebagai jawaban.

"Lo suka banget pake earphone ya?"

"Terkadang mendengarkan lagu jauh lebih menenangkan."

"Kenapa?"

"Kau bisa meresapi maknanya."

"Apa yang lo suka?"

"Saya menyukai hujan."

"Boleh minta ga?"

Aku menatapnya dengan tatapan bingung, "minta apa?"

"Bisa kita jadi temen?"

Aku tersenyum, "saat kau berhasil membuat saya berbicara panjang kau sudah menjadi teman saya."

Kulihat ia nyengir memperhatikan gigi putih rapihnya, "kalau udah temenan jangan terlalu baku dong, biasa aja lo gue, gitu?"

"Saya ga biasa ngomong kaya gitu."

"Yaudah kalo gitu aku kamu, kedengeran lebih baik kan ye dari pada baku banget?"

"Baiklah."

Ia menyodorkan lengannya lalu aku menjabatnya dengan senyuman.

Al, satu teman yang aku punya.

To be continued
Huwaaaa lama bat kaga update ye ga? Mon maaf nih ya kalo lama updatenya. Oiya cerita gara-gara RP juga lama update mohon maaf banget, lagi sibuk nih wkwk sok banget ilah.

Saya tau kalian ngerti gimana caranya ngehargai seorang Author

SANKYU 😙♥️

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang