Stalker
Setelah bertanya pada Tessa mengenai jenis kopi apa yang selalu sang atasan konsumsi di pagi hari, Taylor menghela nafas panjang dan mengangkat nampan berisi secangkir kopi yang baru saja dibuatnya lalu memutuskan melangkahkan kaki keluar dari pantry.
Taylor berjalan dengan lemah menuju ruangan Harry Styles. Rasanya, sangat berat untuk kembali berhadapan dengan si atasan yang ternyata beberapa hari lalu harus mendapatkan memar akibat ulah Taylor dan lebih parahnya, saat mereka kembali berhadapan untuk yang kedua kalinya, Taylor malah bersikap tidak sopan sebagai Sekretaris yang dapat dikatakan baru seumur bibit jagung.
Gadis itu tak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Dia pasrah dengan takdirnya. Tapi, Taylor berharap hanya akan mendapatkan hukuman dari sang atasan bukannya dipecat, karena Taylor benar-benar membutuhkan pekerjaan tersebut.
Akhirnya Taylor sampai di depan pintu ruangan Harry. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam sebelum menghelanya dan mulai mengetuk pintu di hadapannya.
"Masuk!"
Beberapa detik kemudian terdengar suara sang atasan menjawab dari dalam ruangan. Taylor menutup mata sejenak dan kembali menghela nafas sebelum memberanikan diri untuk membuka pintu dan mendapati seorang Harry Styles duduk di kursi kerjanya, sibuk dengan laptop.
Taylor dapat merasakan hawa dingin di dalam sana tapi dia terus melangkahkan kakinya dan berhenti ketika sampai di depan meja kerja Harry. Taylor merasa seperti bukan dirinya sendiri sekarang. Tubuhnya bergetar, memegang nampan yang di atasnya adalah secangkir kopi espresso dan keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya.
Sebenarnya, Taylor bukanlah orang yang begitu penakut dalam menghadapi sesuatu namun, dia tak tahu bagaimana untuk menghadapi atasan barunya tersebut. Jika salah bertindak dan berkata lagi, mungkin Taylor ingin bunuh diri saja daripada harus mendengar kata 'pecat'.
"Permisi Mr. Styles, aku telah membuatkan kopi untukmu. Di mana aku harus meletakannya?"
Kini perhatian Harry teralihkan pada Taylor yang tengah menundukkan kepalanya masih sambil memegang nampan. Harry menatap Taylor dengan raut wajah yang kurang bersahabat.
"Kau bertanya padaku atau pada cangkir itu? Jika bertanya padaku, tatap aku. Aku tidak suka ketika seseorang bertanya tapi dia tidak menatapku sedikitpun." Harry berujar dingin. Taylor menahan nafas sebentar dan perlahan mengangkat kepalanya, menatap Harry. Hal yang tidak dia inginkan akhirnya terjadi, Taylor kembali melakukan kesalahan.
"M-maaf, Mr. Styles."
Tanpa sadar, kedua bola mata Taylor berair. Taylor tak tahu kenapa dirinya menjadi cengeng seperti itu tapi, dia berusaha agar tidak menjatuhkan air mata di depan atasannya. Jika itu terjadi, Taylor tak tahu apalagi komentar Harry Styles tentang dirinya dan itu akan membuat imagenya semakin buruk.
"Letakkan kopinya di meja ini dan kau boleh keluar dari ruanganku." Perintah Harry masih dengan sikap dinginnya dan kembali menatap layar laptop.
"B-baik, Mr. Styles." Taylor pun meletakkan secangkir kopi di atas meja kerja Harry dengan tangan yang masih bergetar lalu berbalik sambil memeluk erat nampan yang telah kosong tersebut. Taylor cepat-cepat berjalan namun, saat hendak meraih gagang pintu, langkah Taylor terhenti saat Harry kembali berujar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
Fiksi PenggemarHarry Styles (Director) dan Taylor Swift (Secretary). Dua manusia berlatar belakang yang berbeda, dipertemukan pertama kalinya dalam kesan yang buruk. Namun, tak ada yang tahu, mereka menjadi dekat karena sebuah tuntutan pekerjaan dan akhirnya benih...