//8

781 57 8
                                    

Joa menangis dibawah pohon rindang, ia kini sedang bingung untuk memihak kepada sahabatnya atau keluarganya yang jelas-jelas sudah menjadi arwah.

"Joa..."

"Kak Uwa!!!" Joa berlari memeluk Nashwa dengan erat, "Kak, Jo gabisa kayak gini!! Jo gamau liat Anneth sama yang lainnya terluka, Jo dipaksa kayak gini sama kak Li-"

"Udah yah jangan nangis, kakak tau kok kamu gak bersalah... Sekarang mereka dimana??"

"Di villa itu kak, kakak tau darimana jalan ini??" Tanya Joa penasaran.

Lalu munculah Friden, Samuel, Gogo, Mirai dan Marsha. "Kalian... A-aku minta maaf..." Lirih Joa kembali menangis.

Mirai dan Marsha memeluk Joa dengan erat, "Maafin kita juga Jo yang udah gapercaya sama kamu. Janji yah kita temenan lagii??" Kata Marsha. Joa hanya tersenyum, "Kak. Aku tahu cara biar ibu sama kak Lili gak ngicer keris yang ada ditubuh Anneth" ucap Joa.

"Gimana??"

............

Ibu Joa melihat kearah Charisa yang sedang berpura-pura duduk lemas. "Percuma saja kau membakar putriku Lili, sebentar lagi ia akan hidup kembali"

Dan benar saja, Lili kembali hidup dengan wajah yang lebih seram. "Sudah lah bu, kita habisi saja mereka" ucap Lili.

Deven sudah mengambil ancang-ancang untuk melemparkan pisau itu, Charisa pun sudah was was agar ia menangkis pisau yang dilempar ibunya Joa.

Pandangan Deven kabur seketika, ia seperti sedang melihat masa lalu.

"Lifia!! Nashwaa!! Aku boleh ikut main gak??"

"Gaboleh!! Kamu jelek!" Ucap Lifia, "Lif, kenapa gaboleh?? Dia kan temen kita juga" ucap Nashwa.

"Iihh Uwa gimana sih, liat dia kucel gitu, mana jelek lagi, gak level main sama kita!" Lifia pun melempar batu kearah perempuan tersebut dan tepat dikepala perempuan tersebut.

"ARGHHH"

"ICAAA"

Saat Lifia hendak berlari, tangganya dicekal oleh Nashwa. "Lif tanggung jawab dong!!! Pingsan nih!!"

"Dih bukan salah aku!! Lepasinn!!!" Lifia berlari, Nashwa memangku Jesicca atau yang sering dipanggil Ica dipahanya.

"Icaa, Caa bangunn" Nashwa menepuk-nepuk pipi Jesicca.

"MAMAH PUTRIII!! BUNDA!!!!" Nashwa meneriaki orangtuanya dan orangtua Jesicca.

"Yaampun anak saya kenapa Nashwaa??"

"Tadi dilempar batu sama Lifia, Lifianya lari gatau kemana"

Buda Nashwa membantu mengangkat Jesicca ke pangkuan Putri, ibunya jesicca. "Ibu langsung bawa saja kerumah, nanti saya panggilkan dokter. Kasian ibu lagi hamil takut kecapean"

Setelah Putri pergi kerumahnya, bunda Nashwa mengusap kepala Nashwa yang sedang menangis. "Udah Bunda bilangin kamu jangan main sama Lifia. Dia itu anaknya gabaik, nanti malem kamu jangan keluar. Bahaya"

Deven membuka matanya seketika.

Jesicca??

Mamah Putri??

Kak Uwa??

Lifia??

Deven melihat kearah Lifia dengan tatapan tajam. Kalau dia yang ngebunuh kakak gue, berarti gue harus lempar pisau ini ke kepala dia. Batin Deven.

LIFIA(TAMAT)Where stories live. Discover now