02.°*

22 2 0
                                    

Typo?srry(

Sekolah sudah sangat sepi. Mengingat jam pulang sekolah memang sudah berlalu dari dua jam yang lalu.

Keyra duduk di sana, di bangku panjang tepat di depan pos sekolah. Sudah sekitaran satu menit keyra duduk disana, tidak jelas juga sebenarnya ingin menunggu siapa. Keyra hanya melamun sambil menatap kedepan.

"Key? Belum pulang maneh?"
Dhika datang dengan motor N-max hitam miliknya.

"E-eh kak dika. Belum ini kak."
Ucap keyra tersadar dari lamunannya.

"Nungguin siapa emang?"

"Emm, gaada sih. Kenapa kak?"

"Pulang sama gue aja kalo gitu, ayo!"

"Ah gausah deh kak, ngerepotin lo ntar. Ini gue juga bakal mesen gojek."

"Udah gapapa elah, sama gue aja. Duit nya disimpen buat jajan."

"Emm, yaudah deh. Kakak rumahnya dimana emang?"

"Dihati Keyra."

"Basi lo kak!" gurau Keyra sembari memukul bahu Dhika setelah berjalan mendekat kearahnya.

"Btw ini gratis kan?"

"Enak aja, dikata bensin ga bayar."

Keyra bergerak menuju jok belakang lalu mendaratkan tubuhnya pada motor hitam itu.

"Dih, ogah! Mending gue mesen gojek aja. Abang abangnya ganteng lagi."

Oceh Keyra lagi. Matanya  melihat tangan dhika yang sibuk bergerak membuka pengait helm yang sepertinya sukar untuk dibuka.

"Iya deh abangnya ganteng. Aing mah apa."

Keyra hanya membalas dengan cengiran ringannya.

"Key, gue cuma bawa satu helm, gimana?"

Ucap dhika setelah ia berhasil melepas kaitan pada helmnya.

"Yang make kakak aja deh. Aku gapapa."

"Bener?"

"Iya, bener. Kan kakak yang bawa motornya. Jadi harus lebih aman."

"Yaudah deh."

Dhika langsung memakai helm nya. Kemudian mulai menjalankan motornya.

***

Pukul 6 sore, dan Keyra belum juga mengganti seragam sekolahnya. Tidak tau mengapa, rasanya hari ini Keyra hanya ingin rebahan dikamarnya.

Tiba-tiba datang sebuah lintasan ingatan tentang kejadian di sekolah tadi. Dimana Keyra menerima tawaran bu Yuni untuk mengajar keponakan brandalannya itu. Sebenarnya tidak ada maksud apa apa Keyra menerimanya. Hitung hitung sebagai uang tambah jajan. Lumayan, kan?

Lagi pula tidak terlalu sulit untuk mengajar. Keyra sempat berfikir untuk menolak, mengingat anak brandalan itu adalah kakak tingkatnya. Yang berarti pelajaran yang dilewatkannya itu belum pernah dipelajari oleh Keyra. Tapi tidak apa-apa, keyra akan berusaha.
Dan juga, Keyra masih belum mengerti. Kenapa bu Yuni harus meminta kepada Keyra untuk mengajar keponakannya itu? Kenapa tidak orang lain saja? Banyak kok, guru les di bumi ini.

Iya kan?

Sebenarnya Keyra sama seperti anak lainnya. Sama sama belajar layaknya murid biasa. Hanya saja, otak Keyra lebih cepat menangkap pelajaran yang diberikan. Bahkan hanya dengan membaca materi saja Keyra sudah tidak sulit untuk mengerjakan soal. Sesimple itu.

Lagian tidak ada ruginya berbagi ilmu kepada orang lain. Selain Keyra yang dapat menguasai materi kelas 12, ia juga dapat uang kan? Hei, jangan munafik. Di dunia ini siapa yang tidak menyukai uang?

Ditambah satu hal lagi. Andri, sang keponakan bu Yuni itu juga parasnya luar biasa sempurna. Jadi, Keyra sekalian saja cuci mata. Hehe.

Tangan Keyra sedari tadi tak lepas dari area perutnya. Jarinya tampak mencengkram perut kecil itu dari balik seragamnya. Keyra terus saja meringis.

Nyeri haid.

Ini sakit sekali. Sebenernya sedari di atas motor dhika tadi Keyra sudah merasakannya. Namun, karna rasa sakitnya tak begitu parah, Keyra berusaha menahannya. Hingga sekarang, Rasa sakitnya menjadi. Bagaikan ada jarum jarum yang menancap pada perutnya, Keyra tak tau harus bagaimana. Jika sudah begini, biasanya ia akan meminum minuman pereda nyeri haid. Namun, bulan ini stoknya habis dan Keyra belum sempat membeli. Alhasil, sekarang ia hanya bisa merasakan bagaimana sensasi kenikmatan sambutan datangnya bulan merah.

***

"Iya, tapi ga gitu juga tante, kan masih banyak guru yang lain."

"Emangnya selama ini kurang banyak guru guru yang tante datengin ke kamu? Tapi apa? Semuanya mundur. Gaada yang sanggup."

"Ya kan ga harus adik kelas tan, malu kalo anak anak lain tau."

"Oh kamu masih punya malu?"

Andri mengerutkan keningnya, alisnya juga ikut berkerut akibat hatinya yang sedang tidak kondusif.

Bagaimana bisa ia diajar oleh adik kelas, satu sekolah lagi, sekolahnya baru lagi. Bisa jadi bahan hinaan nanti. Andri itu kan orang yang menomorsatukan ketenaran. Ia sangat tidak mau jika sekolah barunya, tahun ajaran terakhirnya, diisi oleh perkataan buruk dari teman temannya.

Buruk bagi Andri.

Expetasinya sih, dengan Andri berjalan di koridor saja sudah mendebarkan jantung perawan dengan teriakan dari para penggemarnya.

Tapi jika tau kalau Andri ini anak didik dari adik kelasnya sendiri, mau di taruh dimana wajah tampan Andri ini?

Kaki Andri terus melangkah meningggalkan satu persatu anak tangga dibawahnya. Ia merebahkan tubuhnya pada kasur beralas hitamnya langsung setelah sampai di kamar.

Ia memejamkan matanya, memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari dunia les les-an ini. Andri muak, ia bukannya bodoh atau apa, hanya saja ia masih ingin menikmati kehidupan bebasnya. Dasar orang tua, kenapa sih tidak pernah mau mengerti?

Hingga saat kelopak matanya terbuka, ia langsung menyambar ponsel hitamnya. Lalu mengetikkan sesuatu dari atas layar monitor persegi panjang itu.

Tante
Online

Tan,kirimin nomornya Keyra.

—tbc.

Sorry ya ga pernah up(
Sorry juga kalo kependekan.
Ini uda akhir pelajaran, otak aku buntu di penuhin kegiatan, praktek, materi, pokoknya banyak lagi. Jadi mungkin bakal sering update pas aku udah selesai ujian ya.

Komennya di ramein aja gapapa.
Vote nya di klik juga gapapa, hehe.








anak didik.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang