Typo bertebaran, but happy reading~.
.
.
Min Yoongi.
Untuk kesekian kalinya, pemuda Min yang kini telah berganti marga menjadi "Jeon" mendengus kesal. Sudah sebulan lamanya ia menikahi anak dari teman bisnis orangtuanya, CEO dari perusahaan besar di Korea. Tentu saja Yoongi sadar jika perjodohan ini cepat atau lambat akan dialaminya. Sungguh kehidupan orang-orang kaya yang memuakkan!
Apakah Yoongi bahagia?
Jawabannya adalah tidak. Ia merasa setiap harinya adalah neraka. Dan Jeon Jungkook adalah neraka dari segala neraka.
Tadinya ia berpikir bahwa ia dapat menerima perjodohan ini seiring berjalannya waktu, tapi apa? Jungkook yang notabene adalah suami sahnya, ternyata tidak lebih dari seorang maniak seks yang terus membawa jalang-jalang ke rumah mereka. Oh tentu saja Yoongi jengah dan mual saat melihat Jungkook dengan jalang-jalangnya seenak dengkul bercumbu tanpa tahu tempat. Jungkook harus bersyukur karena hanya Yoongi yang menyaksikan kebejatan dirinya. Tidak ada pelayan di rumah mereka karena Yoongi yang meminta."Wajahmu kusut sekali, Yoon. Tidak ada setrikaan di rumahmu?", celetuk Seokjin sembari menggoyang-goyangkan es batu dalam gelas wine miliknya. Temannya yang satu ini memang suka membual.
Yoongi memutar bola matanya malas. "Aku sedang tidak mood dengan bualanmu, Seokjin".
"Hei hei mulutmu, Yoon. Astaga", Seokjin mengelus dadanya. Untung teman. Sabar.
"Aku mau turun ke dance floor menyusul Hobi dan Jimin. Mau ikut?", Yoongi beranjak dari kursinya setelah meletakkan beberapa lembar uang di meja bar.
Seokjin menggeleng. "Aku akan menunggu Namjoon di sini".
Yoongi mengangguk mengerti lalu beranjak menuju Hobi dan Jimin yang melambaikan tangan kepadanya. Oh kenapa mereka bahagia sekali. Hatinya sedikit berdesir iri pada teman-temannya yang bisa dengan mudahnya tertawa lebar seperti tanpa beban. Dan hubungan Seokjin dengan Namjoon. Siapa yang tidak iri dengan pasangan suami istri yang makin romantis dari hari ke hari? Tidak seperti dirinya dan Jungkook. Hah memikirkannya saja membuat Yoongi mual. Yoongi benar-benar tidak menyukai si brengsek Jungkook.
Bruk!
Ahh! Sial! Yoongi terjatuh dari tangga hingga kepalanya terantuk pegangan tangga cukup keras. Yoongi merutuki dirinya sendiri mengapa ia melamun dan berakhir dengan menabrak seseorang hingga jatuh dengan tidak elitnya. Ini pasti gara-gara Yoongi memikirkan Jungkook. Ah memang Jungkook pembawa sial."Hei! Kau terluka. Maafkan aku! Akan kuobati".
Seseorang berteriak. Yoongi mengerjap beberapa kali demi mengumpulkan kesadarannya. Pandangannya agak kabur karena pening yang menjalar. Setelah merasa lebih baik, Yoongi baru mendongak, menatap ke sumber suara. Pemuda tampan, sangat tampan dengan raut khawatir segera menyapa penglihatannya. Yoongi hanya terdiam saat pemuda itu sibuk menyibak poni rambutnya.
"Ahhss", Yoongi mendesis kala dahinya disentuh pelan oleh pemuda itu. Nyeri sekali.
"Ah maaf. Seharusnya aku hati-hati", ada nada sendu dan bersalah di balik suara itu. Yoongi tersenyum tipis, lalu beranjak bangkit. Pemuda itu dengan sigap membantunya berdiri. Oh, ini terlalu dekat. Yoongi bisa mencium aroma parfum pemuda itu.
"Tidak apa. Ini salahku. Aku bisa mengurusnya sendiri", ucap Yoongi. "Terima kasih telah membantuku... "
"Taehyung. Kim Taehyung".
"Ah", Yoongi tersenyum lagi. "Taehyung-ssi".
"Yoon, kau tidak apa? Kulihat kau terjatuh tadi", itu Jimin yang tiba-tiba sudah berada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookGa] PEONY (Complete)
FanfictionYoongi hanya seorang manusia memiliki harapan. Berharap yang terbaik bagi dirinya tidak salah kan? Berharap pada bunga peony yang akan mewakili perasaannya, tidak salah kan?