Happy reading~~
.
.
.
Yoongi pertama kali bertemu dengannya di sebuah acara. Namanya ada di mana-mana, bahkan jika kau membuka di buku telpon atau majalah ketika kau iseng membaca. Dia anak orang kaya tentu saja, masih muda sudah memegang jabatan sebagai CEO.Tatapan Yoongi terus terpaku pada sosok itu. Tinggi, tampan, berhati baik. Tatapan tajam namun menyembunyikan kelembutan itu menjadi daya tarik yang begitu memikat. Yoongi mungkin sudah jatuh pada sosok itu ketika pertama kali melihatnya. Yoongi pria yang normal, sungguh ia masih menyukai gadis. Jadi ia heran kenapa hanya karena sosok itu ia belok. Tidak ada ketertarikan sama sekali dengan pemuda lain, hanya kepada sosok itu. Sosok yang kini menjadi suaminya, Jeon Jungkook yang menawan. Jeon Jungkook yang tampan. Jeon Jungkook yang menyayanginya, mencintainya.
Yoongi tidak pernah bosan menatap sepasang mata doe milik prianya yang berbinar indah. Ia ingat dulu, betapa kerasnya ia menyangkal hatinya yang hanya tertuju pada Jeon Jungkook. Ia benar-benar menjadi belok hanya untuk Jungkook. Bukankah sudah dikatakan di awal?
Yoongi sudah melalui banyak hal dengan Jungkook. Jungkook yang tiba-tiba berubah, menjadi orang yang sangat lain, sampai-sampai Yoongi tidak mengenali sosok itu lagi. Yoongi bahkan tidak tahu alasan kenapa Jungkook yang baik hati itu berubah. Tapi hatinya sudah tertambat terlalu dalam. Yoongi tidak menyerah hanya karena Jungkook berubah.
Takdir memang senang mempermainkan seseorang, namun Yoongi yakin takdir baik dengan senang hati berpihak padanya. Jungkook kembali menjadi yang Yoongi kenal, apalagi mengetahui fakta bahwa prianya juga mencintainya, Yoongi bahagia berkali lipat hingga ia lupa bahwa ia masih menginjak tanah.
"Ada apa sayang?"
Yoongi menoleh. Tersenyum saat melihat Jungkook yang menatap hangat kepadanya walau gurat lelah membayang di wajahnya. Suaminya pasti lelah bekerja. Perusahaannya sedang naik-naiknya hingga Jungkook kebanjiran pekerjaan.
"Melamun apa?", Jungkook mencium kening Yoongi lantas ikut duduk di sebelah Yoongi, membawa kepala si mungil ke dadanya.
"Apalagi kalau bukan melamunkanmu, Kookie", Yoongi terkekeh geli. Tangannya melingkari pinggang suaminya begitu posesif.
Jungkook ikut tertawa. Yoonginya memang selalu menggemaskan. "Aku bersyukur bertemu denganmu Yoongi".
"Aku lebih bersyukur karena mendapatkan suami yang tampan dan kaya sepertimu".
"Huh? Kau terdengar matre", Jungkook mencubiti kedua pipi chubby milik Yoongi membuat si mungil mengerucutkan bibirnya. Jungkook tidak tahan untuk tidak mengecup bibir semerah ceri itu hingga dirinya sukses mendapatkan serangan cubitan yang beruntun dari si mungil.
"Huft, kalau kamu tidak kaya, aku tidak bisa mengoleksi kumamon limited edition".
"Kau kan bekerja, sayang", Jungkook geli sekali melihat kesayangannya merajuk. Jadi tidak tahan untuk segera membawanya ke kamar, mengurungnya seharian. Ingatkan dia kalau eomma ingin sekali menimang cucu.
"Aku tidak mau pakai uangku. Inginnya pakai uangmu saja. Gemas sekali lihat dompet kamu tuh"
"Haha baiklah, apapun yang kau mau sayang. Apapun, bahkan jika kau menginginkan bulan berada di pangkuanmu", lagi-lagi Jungkook mencuri kecupan di bibir Yoongi.
"Sungguh?", mata Yoongi berbinar lucu, tapi segera lenyap tatkala Jungkook menertawainya. Sial sekali Jungkook mengerjainya.
"Tentu tidak, Yoon. Astaga, mana bisa aku bawa bulan ke sini. Duh.. Nanti bumi rindu dong sama bulan kalau bulannya aku bawa. Aku tidak mau memisahkan mereka".
"Iya Jungkook iya. Terserah lidahmu saja mau bilang apa, terserah", si manis mendengus sebal, tetapi kemudian Yoongi mendongak demi bertemu tatap dengan manik hazel suaminya. "Kook, aku berkata serius. Aku bahagia denganmu, bahagia dengan pernikahan kita. Kuharap kita selalu diliputi rasa syukur agar kita selalu bahagia".
Kau dan pernikahan kita adalah kebahagiaanku, Jungkook. Bunga Peony sebagai wakil dari harapanku dulu melakukan kerjanya dengan baik.
Jungkook, saranghae.
Fin~
KAMU SEDANG MEMBACA
[KookGa] PEONY (Complete)
FanfictionYoongi hanya seorang manusia memiliki harapan. Berharap yang terbaik bagi dirinya tidak salah kan? Berharap pada bunga peony yang akan mewakili perasaannya, tidak salah kan?