Pemakaman ramai di penuhi orang orang. Semua orang menangisi kepergian Bima.
Kini satu persatu pergi, tersisa sahabatnya Metha, dan Cara bahkan orangtuanya saja sudah pergi meninggalkan anak semata wayangnya yang kini sudah tiada.
Ikhlas, itu yang harus mereka lakukan sekarang.
Semua akan pada posisi Bima, hanya saja Bima lebih cepat dipanggil Tuhan.
Cara mengerutkan keningnya, ia seperti melihat sesuatu di balik pohon sana. Ada orang yang memperhatikannya sedari tadi, dia seperti mengenalinya.
Ia menyikut tangan gadis yang ada di sebelahnyaa tak lain adalah Metha sahabatnya, Metha menoleh memperhatikan Cara dengan bingung, ia mengangkat alis nya seolah bertanya ' Ada apa ? ' .
" Lo liat orang di sana gak sih ? " tunjuk Cara dengan ekor matanya, ia merasa takut sendiri sedari tadi. Mulai dari pagi yang dengan sendiri nya ia melihat Bima datang menghampirinya di kelas padahal pada jam yang sama Bima telah di katakan meninggal dunia. Dan sekarang ia melihat seseorang yang terus saja memperhatikannya dari mulai perama kali ia datang hingga saat semua orang telah meninggalkan tempat ini satu persatu.
" Mana Car ? gak ada juga " Metha tidak berbohong ia benar benar tidak melihat siapapun disini, ia yakini jika disini hanya ada mereka berdua.
" Masa sih ? itu loh di balik pohon itu dia pake baju seragam sekolah " ucapan Cara ingin meyakinkan bahwa yang ia lihat kali ini bukan lagi halusinasi nya.
" Apa temennya Bima ya car ? " Metha menebak siapa yang Cara lihat, meski ia tidak melihat siapapun di balik pohon yang sahabatnya itu tunjukan.
" Yaudah kita samperin aja yuk " ajakan Cara di angguki oleh Metha, sebenarnya ia juga penasaran, Ingin tahu siapa orang yang Cara maksud.
'Jika benar itu temannya Bima, kenapa ia harus bersembunyi di balik pohon ? ... Apa ia punya dosa kepada Bima ? ... Atau dia pernah bebuat kesalahan besar hingga ia takut menemui Bima di tempat peristirahatan terakhirnya untuk sekedar meminta maaf ? ... '
Pertanyaan itu terus saja di lafalnya dalam hati Metha, tidak ingin terus menduga hal yang tidak tidak lebih baik ia menghampirinya, meski sampai saat ini ia tidak melihat nya.
Saat sesudah sampai di tempat orang tadi bersembunyi, Cara tidak melihat siapapun disana.
" Tuh kan, gue bilang gak ada siapa siapa " Metha mendengus kesal, lagi lagi Cara berhalusinasi.
" Tapi gue tadi liat di sini Meth " Cara berusaha meyakinkan Metha, Gadis itu juga heran kenapa tiba tiba saja orang itu menghilang. Ia bergidik ngeri, karena merasa suasana berubah menjadi horor di dukung dengan latar pemakaman.
" Meth, kita pulang aja yuk " Cara yang sudah tak ingin berlama lama disini langsung mengajak Metha yang juga sudah ingin beranjak pulang karena ia juga sudah merasa cukup lelah hari ini.
" Yaudah yuk " ajakan itu pun langsung di setujui oleh Metha.
***
Sepulang dari pemakaman Cara tidak langsung pulang, gadis itu ingin mengunjungi minimarket yang dekat dengan rumahnya terlebih dahulu.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
AWAN HITAM
RandomAku berharap akan harapan harapan indah. Dimana kehidupanku tak lagi seperti Awan Hitam yang selalu menurunkan hujan, tanpa sudi menghadirkan pelangi, tanpa ingin menghadirkannya mentari. - Cara Adellin