1) First Day

76 14 0
                                    

Maybe just me
in the side of way

Ajata berjalan menyusuri halaman akademi yang tidak cukup dilukiskan hanya dengan kata luas disana. Ini kali pertamanya memasuki kawasan elit berstatus pendidikan.

'Bagaimana ini? Aku gugup sekali'
Tanpa suara Ajata kian bertanya dalam hati. Ia merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan setelah tiba di akademi.

Perempuan berkalung syal ini baru saja memasuki pintu gerbang kedua, dan itu sudah cukup membuatnya ingin berteriak kencang. Kegugupan bahkan menjalar hingga kesepasang alat pijaknya, membuat ia melangkah begitu pelan untuk menutupi gerak kaku yang ditampilkan. Sesekali ia mengedarkan pandangannya ke berbagai penjuru akademi dan berakhir dengan kata 'wow' diujung ucapnya.

SEA Academy merupakan high school yang luarbiasa. Style-Built di setiap bangunannya terlihat sangat berbeda, menyuguhkan kesan yang rumit tapi elegan. Seperti setiap bangunan seakan menunjukkan ciri khasnya masing-masing.

Jika dilihat dari kejauhan, akademi besar ini tampak hanya mempunyai tiga gedung saja. Tiga gedung dimaksud adalah tiga gedung terbesar di SEA Academy yang merupakan alokasi dari fakultas kampus elit tersebut.

SEA Academy yang identik dengan angka tiga juga mempunyai tiga gerbang utama sebagai pintu masuknya.

Gate One, gerbang yang berhadapan langsung dengan jalan raya. Halaman disisi kanan-kiri setelah melewati gerbang ini, digunakan sebagai tempat parkir kendaraan beroda yang tertata rapi.

Gate Rest, gerbang yang begitu indah dan menyegarkan mata. Halaman setelah memasuki gerbang kedua ini, merupakan taman yang menarik. Berbagai macam tanaman bunga dan pohon tumbuh serta dirawat dengan baik. Bahkan cahaya matahari hampir tak menyinari bagian ini karena kerindangan pepohonannya. Hiasan batu pualam yang menjadi spot favorit taman dibuat seapik mungkin membentuk kata S-E-A.

Tempat yang nyaman saat santai dan istrahat bukan?

Pantas saja terdapat tulisan mencolok tepat di atas gerbangnya,

Leave your tiredness
Go and bring a new spirit

Mengagumkan.

Kemudian New Gate, gerbang terakhir untuk benar-benar memasuki SEA Academy. Gerbang dengan halaman yang luasnya seperti lapangan sepak bola ini, di tengah-tengah halamannya terdapat bundaran air mancur dan patung unicorn bersayap dengan posisi di tengah air yang berpose siap terbang ke langit.

Sejurus kebelakang patung tersebut merupakan SEA office yang menjadi satu-satunya bangunan bercat abu-abu disini, karena hampir semua bangunan di akademi bercat merah marun. Kelihatan mewah menjadi efek kental yang ditunjukkan.

Ajata memutar badan pelan ke segala arah.

'Wonderful!'

Satu kata yang terlintas di pikirannya.

Meskipun demikian jarak antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya adalah kurang lebih sejauh satu kilometer. Terlalu jauh dan akan sangat melelahkan untuk para pejalan kaki pasti. Terutama bagi mereka yang belum terbiasa.

Ajata tersadar mengingat apa yang seharusnya dilakukan. Ia langsung melayangkan pandangannya ke pintu masuk SEA office dimana satpam berada.

"Oke! Aku terbiasa mandiri. Pertama, bertanyalah pada orang yang kelihatan paling ramah. Ya Bertanya pada pak satpam!"

Ajata memutuskan untuk menemui satpam dan bertanya. Berjalan lebih cepat dengan langkah terburu-buru dan agak menunduk membuatnya menabrak seseorang.

Brukk!!

"akh!" Pekik Ajata sambil memegangi sebelah bahunya yang terasa sakit.

"aaargkh sial! Kalau jalan yang bener dong. Gak liat apa manusia segede ini?" Seorang cowok setengah berteriak menghardik kepadanya.

Sesegera mungkin Ajata membenarkan posisinya berdiri. Detik berikutnya ia langsung mematung, tersihir oleh sosok yang berada di depannya itu. Baru kali ini ia melihat cowok putih berwajah tirus tapi sempurna, tanpa cela, enak untuk dipandang, mampu membuatnya tertegun dan--eh

Cowok itu melotot sontak membuat Ajata tersadar.

"Maaf mas. Saya gak sengaja." ucap Ajata sedikit membungkukkan badan sebagai sikap minta maaf atas kesalahan yang baru saja ia lakukan.

"Apa-apaan Mas? Siapa yang lo panggil mas? lo kenal gue?"

Pertanyaan yang cepat dan tidak sedikit itu membuat Ajata gugup kembali, setelah tadi ia sempat terpatri oleh ketampanan bak idol ini.

"Asal lo tau ya, NAVIED ADIYAKSA! gak pernah nrima yang namanya permintaan maaf. Cih! Dasar sok akrab."

Cih?

Ajata yakin sekali 'Cih' yang diucapkan cowok bernama Navied Adiyaksa itu memiliki maksud tertentu.

Bahkan Navied kini menatapnya lekat dengan pandangan mencurigakan.

Berpikir, mungkin saja cewek yang menabraknya ini sengaja melakukannya.

Ajata bingung. Ia kikuk. "ii-ii-ituu.." Ketika Ajata hendak menjawab,

"Nav gimana, ketemu?" Seseorang datang menginterupsi pembicaraan mereka.

"Belum Lewis. Belum juga ketemu, ini udah sial aja di tabrak manusia primitif." jawab Navied yang sambil lalu melirik ke arah Ajata. Bukannya marah, yang di sindir malah tersenyum ketika cowok bernama Lewis melihat ke arahnya.

Manusia primitif?

'Keterlaluan' pikir Ajata

Mungkin cara berpakainnya memang aneh dan sangat biasa. Tapi tidak sekuno itu sampai harus dikatakan primitif.

Ajata menekan rasa kesalnya dalam-dalam. Ia sadar bahwa sekarang ia tengah berada di ibukota metropolitan dan merasa tau bagaimana seharusnya menyikapi anak seperti Navied ini.

Lewis baru saja akan melambaikan tangan untuk menyapa Ajata ketika tiba-tiba Navied menepisnya dan menghentikan pergerakan Lewis.

"Apaan sih!" Cegat Nav. Menurutnya, Ajata bukanlah orang yang perlu di ramah-tamahin.

"Eh lo, lain kali pakai tuh mata dengan Bener!" Navied sengaja stressing di bagian kata benar. Ia lalu mengintruksi dengan jarinya menunjukkan arah depan dan bawah kepada Ajata.

"Look at forward, not down. Silly!"

Mereka berdua beranjak pergi meninggalkan Ajata yang termenung.

Satu kalimat terakhir membuat Ajata mencap seorang Navied Adiyaksa sebagai pemerintah dan pemaksa.

Ajata menghiraukan ucapan Navied. Ia lebih terfokus pada ekspresi Lewis. Ada segurat kekecewaan terlukis di wajah cowok itu ketika ia dipaksa pergi oleh sang diktator.

"Ngomong aja pakai di teken-teken. Dasar burung,"

Oke ini pertama kalinya Ajata nyinyirin orang.

"Jadi Kasian sama tuh cowok. Dia pasti menderita punya teman kayak gitu. Eh, tapi apa mereka teman? Hmm.. sepertinya iya."

Seperti biasa gadis itu suka bermonolog sendiri.

Kini Ajata hanya mampu melihat punggung mereka berdua yang semakin jauh dan menghilang di balik kerumunan orang. Ia mencoba menerka kedekatan antara dua cowok cakep yang baru saja ia ketahui namanya itu. Menurutnya, cowok yang bernama Lewis lebih cocok dijadikan bodyguard untuk cowok tempramental seperti Navied.

Belum menyelesaikan urusan yang ada di kepalanya, tiba-tiba Ajata dikagetkan dengan suara seseorang yang menyapanya dari arah belakang.

La Vèritè (Hidden)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang