Lembar Dua

991 162 20
                                    

Play the song - Sejeong [to you who don't love me anymore]
__________________________________

Sean lagi-lagi mendenkus kesal ketika Senna kembali melayangkan sebuah pukulan dikepalanya. Gadis itu tidak segan-segan memberikkan beberapa pukulan atau cubitan jika dirinya kembali menanyakan perihal penjelasan yang sudah Senna paparkan beberapa kali.

"Sakit Senna, astaga kamu tuh!" Keluh Sean, gadis itu hanya memutarkan bola matannya jengah lalu kembali memukul kepala lelaki itu.

"Oke, let me explain. Squishy itu mainan yang bisa kembali pada bentuk semula sekalipun diremas-remas, itu karena squishy memiliki tekstur yang lembut dan kenyal. Bahan dasarnya juga terbuat dari spons yang lembut, fleksibel dan empuk. Jadi,— kalau aku pukul kamu sampai seribu kalipun, kepala kamu nggak akan bocor. Nggak usah lebay deh!" Papar Senna, namun penjelasannya itu terlihat tidak begitu diminati oleh Sean, otak lelaki itu justru terfokuskan pada laptop yang ada dipangkuannya saat ini, namun juga tidak membantah dengan apa yang Senna katakan.

Kini Sean menyingkirkan laptopnya dan menaruhnya di sisi kirinya, dia menarik tangannya kedepan dan menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri untuk mendapatkan kenikmatan tersendiri. Dan betapa leganya saat leher itu bunyi sehingga Sean merasa lehernya sudah tidak pegal lagi. "Aku gak jago kalo disuruh nyusun pendahuluan begini," ujarnya lalu menyenderkan kepalanya pada ranjang milik Senna.

Saat ini Sean memang berada dirumah Senna, menagih janji perempuan yang kemarin bersedia untuk membantunya merevisi tugasnya.

"Apa kamu aja yang ketikin?" Ujar Sean dengan raut wajah penuh harap. Berharap kali ini Senna mau memberikkan bantuan ekstra.

"Enak aja." Tolaknya, "Sini aku kasih tahu lagi," Senna meraih laptop yang berada disamping Sean, dirinya kembali memusatkan netranya untuk mengamati kata perkata yang disusun oleh lelaki itu. "Bab satu kamu itu udah betul, udah oke kok penyusunan paragrafnya, cuman pak Ginanjar mau kamu cantumin dasar penelitiannya dari sumber yang credible, gituloh Sean ganteng." Entah godaan atau sindiran yang terucap dikalimat terkahir Senna.

"Kamu bisa cari di portal berita seperti detik.com, kompas, tribun, masih banyak portal terpercaya Sean, jangan cantumin sumber dari blog ecek ecek kayak gini! Gimana Pak Ginanjar nggak marah coba? Kamu aja cantumin sumber dari blogspot begitu, ya jelas disuruh ngulang."

"Iya, iya,nanti aku cari lagi," pasrahnya lalu mengambil alih lapotopnya, tidak lupa dia meng-klik tombol save pada bahan penelitiannya lalu segera mematikkan benda itu.

"loh!! Kan belum selesai." Protes Senna ketika mendapati Sean menutup laptopnya.

"Aku laper Senna. Kita makan bakmie pak Wawan yuk," Ajaknya. "Makan dulu lah, ayuk."

"Tugasnya??"

"Yaelah, nanti lanjut lagi. Urusan perut nomor satu."

"Terus kamu gak bawa tas?" Tanya Senna ketika lelaki itu berangsur keluar dari kamarnya namun tidak membawa tas nya. Pasalnya lokasi tempat mkannya berada di komplek perumahan Sean, komplek perumahan yang sebenarnya tidak begitu jauh juga dari komplek Senna, "Kan kamu bisa langsung pulang."

Dengan gemasnya Sean menyentil pelan dahi Senna, membuat gadis itu meringis nyeri, "memangnya kamu mau pulang sendirian? nggak mau aku anterin? hm?"

Mendengar itu Senna hanya menyengir lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapi, "Hehehe, Aku lupa."

***

Dengan cuaca yang amat sangat mendukung, semilir angin yang berhembus pelan namun menenangkan, kini Sean, Senna, Charel, Kaylan, Windy dan Nayla tengah duduk santai beralaskan karpet tipis di taman yang berada di belakang gedung fakultas mereka dan pohon besarlah yang menjadi payung untuk mereka. Ini adalah salah satu tempat tongkrongan favorite Sean dan yang lainnya, bukan cafe ataupun restoran seperti orang lain pada umumnya.

AKASIA ║ ✔ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang