Lembar Sepuluh

688 144 42
                                    

Windy menyenggol pelan lengan Senna yang kini duduk tepat disebelahnya, dirinya mengkode Senna dengan gerakan dagu yang mengarah pada seseorang. Senna paham, saat ini Windy tengah dibuat penasaran dengan tingkah Sean sedari tadi. Lelaki itu hanya diam sembari mengadu-aduk asal minuman yang ada didepannya.

Senna hanya berucap 'enggak tahu' tanpa mengeluarkan suara. Senna memang tidak tahu, namun pikirannya menerka jika ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin, saat Sean menerima panggilan telfon dari Joana.

"Nanti malam buat bahas liburan, kita mau kumpul dirumah gue atau kafe bang Azka?" Tanya Charel memecah keheningan yang ada.

"Dirumah lo aja deh, lagi males gue nongki-nongki di kafe," Ujar Senna.

Charel mengangguk, "Boleh, gue selesai kelas jam tiga sih. Lo?"

"Enggak ada, cuman siaran doang, itu juga selesai jam dua," Jawab Senna.

"Kalo gue nyusul ya, gue ada praktek. Kelar jam empatan kalo gak ngaret," Kini Nayla yang berbicara.

"Yang, kamu jadi enggak ambil kue pesenan mama kamu?" Itu pertanyaan Charel untuk Windy, pasangan kekasih yang sering mengubar kemesraan di depan sahabat jomblonya.

"Enggak jadi, katanya mama yang mau ambil sendiri. Sekalian mau kerumah temennya."

"Gue cabut duluan ya," Pamit Sean tiba-tiba. "Nanti gue nyusul ke rumah lo."

"lah! Lo enggak ada kelas?" Charel setengah berteriak karena Sean perlahan mejauh dari mejanya.

"Enggak, gue duluan, bye."

Tanpa bertanya mereka yang disanapun tahu kemana tujuan Sean pergi.

"Gue juga cabut ya, mau ke lab. Oya Rel, jangan kupa kasih tau Kaylan suruh ngumpul," Ujar Senna lalu pergi begitu saja tanpa menunggu kalimat balasan dari Charel.

***

Sekarang Dimas dan Senna, tengah menunaikan tugasnya kembali sebagai penyiar radio di tiap minggunya. Membawakan informasi penting terkait perlombaan penyiar radio yang bertakjub 'Express Your Voice'.

"Ah satu lagi Sen, jadi lomba kali ini enggak hanya diperuntunkan untuk mahasiswa I.Kom aja, tapi semua fakultas juga bisa ikut. Asalkan bagian dari mahasiswa univ kita."

"Tuh semua fakultas loh! Pasti bakalan seru abis dan yang diluar ikom jadi bisa ngembangin diri, ya gak Dim? Barang kali nemuin bakat-bakat penyiar radio dari fakultas lain selain ikom."

"Benar apa kata Senna, jadi jangan sampai enggak ikutan perlombaan nanti. Oke sampai disitu aja info dari kita. Dan untuk penutup kita kasih satu lagu dari Sheila on 7, hari bersamanya."

"Don't be sad, because there's HitzArt who will make you happy! Happy Friday! See yaa!" Tutup Senna dan Dimas bersamaan.

Dengan gerak cekatan, Dimas terburu-buru untuk keluar dari lab radio. Senna hanya menggeleng kepalanya sembari tetawa pelan karena tingkah Dimas, dia tahu betul bagaimana tersiksanya lelaki itu saat berusaha mati-matian menahan sakit perut di lima menit terkahir.

Senna mengalihkan atensinya saat pintu lab terbuka.

"Senna, lusa jangan lupa datang on time ya," Itu Pak Erlangga, Penasehat di club radio dan asdos jurnalistik radio yang sekarang sudah beralih menjadi dosen tetap.

Jadi untuk besok lusa, guna merayakan penetapan dirinya sebagai dosen tetap jurnalistik radio di Univ Garuda. Pak Erlangga mengajak tim radio untuk makan malam bersama.

"Kamu jangan lupa arahin yang lain."

"Siap Pak." Balasnya dengan gaya hormat dan cengiran khas kuda.

"Saya mau ngajar dulu, nanti tolong kamu kasih tahu Dimas, suruh dia ke kelas saya di 402."

AKASIA ║ ✔ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang