Lembar Delapan

757 145 30
                                    

"Sebenarnya dari dulu ada, tapi dia tak merasa."

| Akasia |

Hari ini kantin fakultas Ilmu Komunikasi lebih ramai dari biasanya. Faktanya, dosen mata kuliah Seni Budaya mengharuskan anak didiknya untuk membuat sebuah event bertemakan Seni Budaya Tradisional yang selalu diterapkan untuk pengambilan nilai dari tahun ke tahun. Tentunya temanya selalu berbeda, terkadang tradisional Betawi, Jawa Timur, Jawa Tengah ataupun daerah lainnya.

Senna dan mahasiswa seangkatannya sudah pernah merasakan bagaimana hectic nya mengurus tugas dengan embel-embel event itu, mulai dari ribetnya cari sponsor, cari pelatih tari tradisional, bahkan cari pedagang jajanan tradisional yang mau menyewakan gerobaknya untuk disewa seharian dikampus. Pasalnya mahasiswa itu sendirilah yang harus menjadi penjual makanan tersebut. Ya meskipun sudah dibagi tugasnya masing-masing, tapi tetap saja harus saling bantu sesama kan ?

"Gue inget banget waktu rebutan baju kebaya sama geng nya Tasya," Kenang Nayla saat dia dan Senna sedang menunggu antrian di salah satu penjual es goyang yang dijual oleh adik tingkatnya. "Fak lah, kalau inget lagi bikin emosi sumpah."

Senna hanya terkikik geli, dia masih ingat betul bagaimana dengan egoisnya geng Tasya yang kebetulan mendapat jatah untuk cari kostum event dengan seenaknya sudah lebih dulu meng-keep beberapa setel kebaya beserta rok tutu selutunya dengan warna yang mereka suka, sedangkan sisanya yang warnanya seperti warna favorite ibu-ibu itu dia serahkan ke yang lainnya.

Girls baju udah siap, gue sama yang lain udah ambil duluan, soalnya kebetulan ada kelas jadi biar sekalian. yang belum cuman sisa warna coklat tua aja ya. Ambil sama gue hari kamis depan Lawson jam 1 siang.

Senna juga masih ingat waktu Nayla membaca Chat Tasya di group dengan emosi. Macam-macam nama hewan terlontar dari mulut Nayla, terlebih Nayla yang notabene nya memang tidak suka warna coklat tua. Kalau Senna? Yah.. dia terima-terima saja, mau protespun akan tetap kalah.

"Sumpah ya beneran emosi gue kalau inget Tasya."

"Yaudahlah, udah dari semester tiga, udah setahun juga. Masih emosi aja," Kata Senna mengingatkan. "Ada kue ape tuh, beli yuk," Ajakanya lagi setelah selesai membeli es goyang.

Namun sebelum mereka berdua benar-benar beranjak, satu kantong plastik berisikan kue ape terpampang jelas di depan wajah Senna, "Mau kue ape kan kamu?" Katanya

"Baik banget sih," Senna tersenyum sumringah. "Thanks Sean, kamu enggak ada kelas?"

Sean mengangguk sembari meletakkan telapak tangannya lada puncak kepala Senna. "Baru aja selesai."

"Gak sohib lo sama gue! Senna doang dibeliin, gue enggak!!" Nayla menyela kesal.

"Barengan ini Nay," Kata Senna.

"Dih aku beliin buat kamu doang, bukan buat barengan sama Nayla," Katanya tak terima, lalu beralih memandang Nayla. "Beli aja sendiri sono, atau enggak minta Galang, mantan terindah lo buat beliin."

Nayla mendengus kesal, memukul lengan lelaki itu dengan brutal. "Lemes mulut lo Seanjing."

"Nama gue Sean gak pake njing kalau lo lupa!" Protesnya tak terima.

"Wiih enak nih kue tete. Bagi lah," Cerocos Kaylan saat menghampiri ketiga sahabatnya. Dia baru selesai menunaikan tugas urgent nya di toilet.

"Ape Kay ape! Nama kue jangan diganti-ganti kenapa!" Kaylan hanya menghedikkan bahunya acuh saat Senna mengguruinya, bahkan tanpa permisi lelaki itu sudah berhasil mencuri satu kue ape dari tangan Senna.

AKASIA ║ ✔ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang