RANIA Part 1

1.4K 65 16
                                    

Rania berdiri didepan pintu gerbang tinggi sebuah rumah mewah bercat putih bertuliskan no 36. Sepertinya ini rumahnya, bisik Rania pada diri sendiri, lalu ia menarik nafas panjang seolah bersiap untuk menghadapi sesuatu yang melelahkan. Dengan bismillah Rania memencet bel yang bertengger di tembok sisi kanan daun pintu gerbang. Tak lama, seorang laki-laki berseragam security muncul.

"Cari siapa mbak?" Tanyanya ramah.

"Saya Rania ..."

"Oh Neng Rania anaknya Bi Rima ya? Mari masuk Neng."

Laki-laki yang diseragam dinasnya bertuliskan nama "Asep" memotong kalimat Rania, dengan sigap ia menggeser pintu gerbang dan mempersilakan Rania masuk.

"Den Arjuna jam segini biasanya lagi baca buku di teras dekat kolam renang, Neng Rania silahkan masuk saja atau mau saya antar?" tawar Pak Asep.

"Gak usah pak, terimakasih."

"Panggil aja Mang Asep, jangan bapak, saya kan belum tua-tua amat Neng," protes Mang Asep.

Rania menyunggingkan senyum sebelum berlalu melangkahkan kakinya memasuki rumah besar tapi sepi itu.

Setelah melewati beberapa ruangan akhirnya Rania menemukan tempat yang menurut Mang Asep, Den Arjunanya sedang berada di sana, teras samping rumah yang ada kolam renangnya. Dan benar saja ada seseorang yang  duduk di kursi roda, tampaknya sedang asyik membaca buku sambil menghadap kolam renang, membelakangi tempat Rania berdiri saat ini. Rania melangkah mendekat.

"Assalamualaikum, saya Rania ..."

"Kamar kamu ada di belakang, dekat dapur belok kiri, simpan saja semua barang-barang kamu dan istirahat saja dulu di sana, saya sedang tidak memerlukan apa-apa dan sedang tidak ingin diganggu," ucap laki-laki itu tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang ada digenggamannya.

"Baik"

Rania menurut tanpa banyak bertanya, ibu Rima, ibunya Rania sudah mewanti-wanti Rania untuk menuruti semua perintah tuan mudanya tanpa banyak bertanya. Ibu juga sudah menuliskan sejumlah tugas yang harus Rania kerjakan lengkap dengan jam dan deskripsi tugasnya.

"Keluarga ibu Dibyo sudah sangat baik pada keluarga kita, jadi tolong lakukan yang terbaik, gak lama Rania, cuma 40 hari." Pinta ibu beberapa hari sebelum keberangkatannya ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji bersama bapak dan ibu Dibyo. Rania diminta ibu untuk menggantikan tugasnya sebagai pembantu di rumah ibu Dibyo, hanya mengurus tuan muda yang lagi sakit karena untuk makan sudah ada catering langganan, untuk bersih-bersih rumah ada Bi Didah, istrinya Mang Asep. Ya, memang keluarga ibu Dibyo sudah sangat baik, ibu sudah bekerja di keluarga ini sejak Rania masih balita, kalau kurang biaya untuk keperluan sekolah Rania, ibu Dibyo sering membantu bahkan ibu saat ini diajak mereka menunaikan ibadah haji, hal yang sangat membahagiakan untuk itu dan cita-cita ibu sejak lama.

Dari kecil Rania tinggal dengan nenek, hanya bertemu ibu satu tahun sekali saat hari raya Iedul Fitri saja. Ibu tidak pernah membawa Rania ke kediaman keluarga Dibyo yang ada di luar kota, keluarga Dibyo pun tidak pernah sekalipun berkunjung ke rumah ibu. Jadi inilah kali pertama Rania tahu tempat ibunya menghabiskan waktu belasan tahun mengais rezeki demi menghidupi Rania dan nenek setelah ayah Rania meninggal karena  kecelakaan.

Rania membereskan baju yang dibawanya di lemari, ada beberapa baju ibu di sana. Mata Rania mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar yang biasa dipakai ibunya istirahat. Baru saja Rania akan merebahkan tubuhnya di tempat tidur tiba-tiba suara bunyi bel mengagetkannya. Rania bergegas mengeluarkan buku kecil dari tas ransel yang tadi dibawanya. Jam 10 tepat, waktunya Den Arjuna minum obat.

Rania keluar kamar menuju lemari obat yang terletak tak jauh dari meja makan. Banyak sekali obat-obatan di sana, Rania menelitinya satu persatu lalu memisahkan obat-obat yang terjadwal diminum jam 10 pagi.
Rania menata baki berisi segelas air putih dan beberapa obat yang disimpan dalam mangkok kecil, berjalan tergesa menuju kolam renang tempat tuan mudanya tadi berjemur sambil membaca buku, tapi ternyata tuan mudanya sudah tidak berada di sana. Rania celingukan mencari-cari, membuka pintu ruangan satu persatu tapi sosok yang dicarinya tidak ditemukan juga.

RANIA (RANIA DAN SEPOTONG HATI YANG TERLUKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang