"Ini obatnya, tadi kata prof Hisyam perkembangan Den Arjuna bagus, minggu depan sudah bisa latihan berjalan."
Rania menyodorkan mangkuk kecil berisi tiga butir obat.
"Untuk makan malam mau pesan catering atau mau saya masakin?"
Tawar Rania tulus.
Yang diajak bicara masih tidak mengalihkan pandangan dari buku yang sedang dibacanya, seolah tidak mendengar Rania.
"Hebat ya, seorang pembantu bisa punya pacar seorang dokter."
Gumam Arjuna, membuat aliran darah Rania memanas.
"Kemuliaan seseorang itu tidak ditentukan oleh latar belakang pendidikan, jabatan, profesi dan juga harta, semua manusia sama di mata Allah, kecuali orang yang bertaqwa."
Arjuna tersenyum sinis.
"Saya memang cuma seorang pembantu di rumah ini, ada yang salah?"
"Pakai gamis, kerudung lebar pakai kaos kaki juga tapi pacaran, itu namanya munafik."
"Jangan terlalu prematur menyimpulkan sesuatu sebelum tahu faktanya."
"Sekarang kamu sok pinter banget ya, mentang-mentang punya pacar dokter terus merasa harkat dan derajat kamu udah naik?"
"Mas Fauzan itu...."
Rania menggantungkan kalimatnya, untuk apa juga Rania harus menjelaskan semuanya pada Arjuna.
"Apa?"
"Mas Fauzan itu laki-laki yang baik, minimal dia tidak pernah mempersilahkan perempuan yang dicintainya untuk menginap di rumahnya dan tidur bersamanya sebelum halal."
Rania berlalu meninggalkan Arjuna yang kaget melihat Rania seperti marah.
Rania duduk di ayunan taman belakang rumah, baru sepuluh hari rasanya sudah seperti sepuluh tahun. Ibu, semoga Arjuna tidak pernah memperlakukan ibu sebagaimana dia memperlakukan aku.
Sepasang mata teduh memperhatikan Rania dari balik jendela kamar, ada sedikit sesal yang dirasakan Arjuna, sepertinya Arjuna sudah kelewatan memperlakukan Rania sampai tega berkata-kata kasar dan merendahkannya. Ya, apa salahnya seorang dokter punya kekasih seorang pembantu, toh keduanya pekerjaan yang halal dan mulia bukan? Sama-sama memberikan pertolongan pada orang yang membutuhkan.
Apalagi Rania perempuan yang nyaris sempurna, cantik, taat agama, pinter masak, suaranya saat ngaji sangat merdu, postur tubuhnya gak kalah dengan super model Indonesia, hanya saja Rania kurang beruntung dalam masalah pekerjaan. Meski Rania hanya jadi pembantu dirumahnya selama 40 hari saja menggantikan ibunya yang sedang melaksanakan ibadah haji.
Arjuna mendengus. Apa Arjuna harus meminta maaf pada Rania? Tidak usahlah nanti dia semakin besar kepala dan banyak omong, perang batin dalam hati Arjuna.
Rania dan Arjuna sepertinya mempunyai kegemaran yang sama, sama-sama suka membaca buku, tak jarang Arjuna melihat Rania sedang membaca buku disela-sela kesibukannya mengurus Arjuna, seperti saat ini, Rania duduk di ayunan dengan buku tebal di pangkuannya, entah buku apa.
=======================
"Neng Rania ada kiriman paket."
Mang Asep berseru pada Rania yang sedang merapihkan tangkai mawar di taman.
"Untuk aku mang?"
"Iya."
"Dari siapa?"
"Lihat saja."
Rania meraih paket yang diberikan Mang Asep, tidak ada nama pengirimnya, hanya ada nama online shop dan nomor hp nya, tapi benar paket itu ditujukan untuk Rania.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA (RANIA DAN SEPOTONG HATI YANG TERLUKA)
Aktuelle LiteraturSaling mencintai namun harus rela saling melepaskan tapi cinta selalu punya mata untuk saling mencari dan menemukan.