Arjuna mendengus, memutar kursi rodanya, mukanya memerah, Bi Didah berlari berusaha mengejar.Akhirnya Rania menyerah, semua cara sudah Rania lakukan untuk mencari keberadaan Arjuna dan Bi Didah, memutari setiap penjuru mall bahkan sampai mengumumkan pencariannya di microphone resepsionis mall tapi hasilnya nihil, Bi Didah dan Arjuna tidak juga nampak batang hidungnya. Mall sudah tutup satu jam yang lalu, Rania masih menunggu di mobil, berharap Arjuna dan Bi Didah akan menghampirinya.
Rania diusir secara halus oleh petugas keamanan mall yang mengabarkan kalau parkiran di basement juga akan segera di tutup. Andaikan Rania membawa handphone dan menyimpan nomor telepon rumah atau nomor handphone salah satu penghuni rumah mungkin Rania tidak akan sebingung ini.Rania menstarter mobil, melaju perlahan menuju rumah.
"Mang Asep, Bi Didah sama Den Arjuna udah pulang?"
Rania membuka kaca mobil dan menyembulkan kepalanya saat melewati pos jaga Mang Asep.
"Sudah dari tadi Neng, kok gak bareng? Neng Rania kemana dulu?"
Bukannya menjawab pertanyaan Mang Asep mata Rania malah menatap lurus ke kamar Arjuna, lampu kamar itu masih menyala, tanda bahwa si penguasa kamar masih terjaga.
Ada rasa bahagia ada rasa kesal, bercampur jadi satu. Bahagia karena Arjuna dan Bi Didah ternyata sudah ada di rumah dengan selamat, kesal karena Arjuna dan Bi Didah pulang tanpa memberi tahu Rania terlebih dahulu sehingga membuat Rania cemas dan kebingungan.
"Bi Didah kenapa tadi pulang gak bilang aku dulu?"
Rania langsung menyerbu Bi Didah yang sedang merapihkan dapur.
"Tadi Den Arjuna minta cepat-cepat pulang setelah melihat Neng Rania pergi sama anak dan laki-laki itu."
Hhmm...jadi Arjuna melihatnya? Tapi kenapa memutuskan untuk segera pulang tanpa mengabarinya?
"Terus Bibi sama Den Arjuna pulang pakai apa?"
"Den Arjuna pesan taksi online."
==============================
"Bi, Den Arjuna belum keluar kamar? Sudah waktunya sarapan dan minum obat. Sarapan dari cathering udah dateng?"
"Den Arjuna sudah berangkat, sarapan cathering baru dateng setelah Den Arjuna berangkat."
"Berangkat kemana? Itu kursi rodanya masih ada."
"Ke kantor Neng, katanya ada rapat penting hari ini, Den Arjuna gak pakai kursi roda tapi pakai tongkat empat kaki."
Nekat juga, kesehatannya belum pulih betul tapi sudah ngnator.
"Jadi Den Arjuna belum sarapan dan makan obat?"
"Belum Neng."
Rania mengemas sarapan dan beberapa obat dan vitamin yang harus di minum Arjuna. Rania berniat mengantarkannya ke kantor Arjuna.
"Bibi tahu alamat kantor Den Arjuna?"
"Bibi tahu kantornya, pernah kesana sama ibu, tapi bibi gak tau alamatnya itu dimana"
"Oke aku tanya mang Asep aja."
Syukurlah Mang Asep tahu nama kantor dan alamatnya.
"Mang, aku boleh pinjem motor Mang Asep?"
"Neng Rania mau ke kantor Den Arjuna pakai motor?"
"Iya Mang."
"Kenapa gak persen taksi online aja? Neng Rania gak punya uang buat ongkos, ini mang Asep ada sedikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA (RANIA DAN SEPOTONG HATI YANG TERLUKA)
General FictionSaling mencintai namun harus rela saling melepaskan tapi cinta selalu punya mata untuk saling mencari dan menemukan.