Arjuna menjatuhkan tubuhnya di sofa, hari pertama bekerja lagi terasa cukup melelahkan. Rumah terasa sepi, Arjuna melemparkan pandangannya ke sekeliling, tentu saja sosok yang dicarinya tidak ada karena tadi pagi sudah pamit untuk ijin keluar selama dua hari. Mau kemana Rania? pulang kampung? atau ada tugas mendadak yang harus ia kerjakan sebagai seorang dokter?Rania....Rania...Rania...Arjuna merutuki diri sendiri, kenapa isi kepalanya dipenuhi dengan perempuan itu.
"Sudah pulang Den? mau langsung makan atau mau mandi dulu?"
Tawar Bi Didah melihat majikannya yang tampak kelelahan.
"Aku mau istirahat dulu Bi, siapin potongan buah sama cemilan aja."
"Baik Den."
Tak lama Bi Didah sudah datang lagi dengan nampan berisi sepiring campuran buah potong, setoples cookies almond dan beberapa butir obat yg diletakkan dalam mangkok kecil, Bi Didah meletakkannya di atas meja.
"Neng Rania hari ini tidak pulang Den, katanya ijin dua hari mau ada keperluan, obat-obatan yang harus Den Arjuna minum semua sudah disiapkan."
"Ya."
Arjuna membalas dengan tidak bersemangat.
Bi Didah kembali ke belakang menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.
Arjuna menatap toples berisi cookies almond yang ada dihadapannya, mengeluarkannya satu keping, lekat mata Arjuna menatap kepingan cookies almond itu dan tiba-tiba saja disana muncul gambaran wajah Rania yang sedang tersenyum manis, Arjuna membalas senyuman itu tak kalah manis, untuk sesaat mereka saling berbalas senyum sebelum akhirnya lamunan Arjuna pecah dengan suara high heel yang berdentum mencium lantai marmer rumah miliknya.
"Kenapa gak pernah angkat telepon aku, kamu gak kangen sama aku?"
Michelle merajuk manja, kedua tangannya sudah membentang akan memeluk Arjuna, namun dengan cepat Arjuna menghindar dengan menggeser posisi duduknya, Michelle makin merajuk.
"Kamu kenapa sih?"
Nada suara Michelle terdengar kesal.
"Aku capek, di kantor banyak kerjaan."
"Kalau semuanya kamu yang urus untuk apa kamu punya karyawan-karyawan yang sering kamu bilang mereke kompeten?"
"Aku sudah lama gak ngantor jadi wajar dong kerjaan aku banyak dan gak semua kerjaan bisa aku serahkan pada karyawan-karyawan aku meskipun mareka kompeten, karena aku pemegang dan penentu kebijakannya."
"Aku kangen."
Michelle menggeser letak duduknya mendekat pada Arjuna, hendak merebahkan kepalanya pada bahu Arjuna, replek Arjuna pun bergeser menghindari Michelle sehingga membuat Michelle nyaris terjungkal, Arjuna menahan senyum melihat Michelle yang hampir celaka, bibirnya manyun.
"Kamu berubah, kenapa jadi dingin begini?"
"Kan aku sudah bilang, aku capek."
"Jadi maksud kamu aku ganggu kamu?"
"Bukan gitu Michelle, hanya saja hari ini aku teramat lelah, kamu tolong dong ngertiin aku, aku janji deh besok aku akan ajak kamu jalan tapi paginya kamu bisa kan temenin aku terapi dulu? Kamu ada waktu?"
"Besok aku ada meeting sama klien."
Yesss..hati Arjuna bersorak, karena sebenarnya memang Arjuna tidak ingin sering dekat-dekat dengan Michelle hanya saja Arjuna merasa tidak enak kalau sikapnya yang dingin sama Michelle akhir-akhir ini akan menyakiti perempuan yang selama ini sudah baik menemani Arjuna melewati banyak hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA (RANIA DAN SEPOTONG HATI YANG TERLUKA)
Ficción GeneralSaling mencintai namun harus rela saling melepaskan tapi cinta selalu punya mata untuk saling mencari dan menemukan.