RANIA part 3

385 26 0
                                    


"Lalu kamu jatuh cinta pada Rania?"

Todong Arjuna, Fauzan tersenyum, raut wajahnya seperti sedang mengenang sesuatu yang indah.

"Iya."

Jawab Fauzan pendek, membuat Arjuna yang sedang latihan berdiri hampir tersungkur.

"Astaghfirullah...Den Arjuna."

Rania berlari menopang tubuh Arjuna dengan tangannya, Rania datang di detik yang tepat sebelum tubuh Arjuna benar-benar tersungkur.

"Mas Fauzan tolong ambil ini browniesnya."

Tangan kiri Rania menopang Arjuna dan tangan kanannya berusaha menyelamatkan sepiring brownies hangat buatannya.
Fauzan mengambil piring brownies lalu membantu Rania mendudukkan Arjuna.

"Mas Fauzan patien safety nya gimana ini, sampai pasien nyaris cedera gini."

Rania bersungut, memarahi Fauzan.

"Mas Arjuna gak apa-apa?"

Rania mencemaskan majikannya, ditelitinya setiap inci wujud Arjuna, membuat Arjuna sedikit gugup.

"Alhamdulillah gak apa-apa."

Rania bernafas lega setelah yakin tuan mudanya tidak apa-apa.

"Sesekali jatuh untuk belajar berdiri gak apa-apa kan? Biar tahu rasanya ada di bawah saat orang lain ada di atas."

Jawab Fauzan santai namun penuh makna.

"Aku capek, sudah boleh istirahat kan?"

Arjuna menyeret kursi rodanya meninggalkan ruangan fitnes.

"Sebentar Mas Arjuna, satu gerakan lagi, setelah itu baru selesai."

Rania berlari membuntuti Arjuna, lalu tangannya meraih handle kursi roda dan mendorongnya memutar, kembali lagi ke tempat fitnes.

"Kalau mau cepet sembuh jangan manja, harus tuntas terapinya."

"Silahkan lanjutin terapinya mas dan jangan lupa cicipi browniesnya selagi hangat, kalau pasiennya bandel cubit aja."

Bisik Rania sebelum meninggalkan Arjuna dan Fauzan.

"Satu gerakan lagi ya Mas Arjuna, gak lama kok karena saya juga harus segera ke rumah sakit, pasien-pasien saya sudah menunggu."

Kalau bukan karena perintah prof Hisyam, Fauzan pasti akan menolak pekerjaan ini.

"Kapan rencana kalian menikah?"

Arjuna memulai lagi, entahlah seperti ada yang aneh dengan hatinya, serasa ada beban berat yang menghimpit dada, sesak.

"Pengennya sih secepatnya, tapi...."

"Tapi apa?"

Arjuna tidak sabar, benar-benar penasaran. Kali ini beberapa syaraf malunya seperti sudah putus, tak peduli.

"Tapi lamaranku di tolak karena Rania sudah punya calon suami."

"Siapa?"

Kejar Arjuna lagi, ia tidak habis pikir, orang yang nyaris sempurna seperti Fauzan saja ditolak Rania, padahal Rania hanya seorang pembantu dan anak pembantu, tapi berani menolak Fauzan seorang calon dokter spesialis rehab medik yang bertampang indo dan om Hisyam bilang dia berpotensi menjadi dokter spesialis rehab medik terbaik di negeri ini.

"Rania pasti menyesal sudah nolak kamu."

"Orang sehebat Rania pasti tidak sulit mendapat pendamping hidup yang jauh lebih baik dari aku."

"Tunggu...tunggu...yang lagi kita bicarakan ini bukan Rania pembantu aku kan, ada Rania yang lain?"

"Mas Arjuna, saya yakin suatu hari nanti mas Arjuna akan menyesali sikap mas Arjuna yang selalu merendahkan Rania. Mas, hidup itu bukan tentang apa yang kita miliki dan bukan cuma tentang siapa kita, hidup itu ini mas, hati."

Fauzan meletakkan tangan kanan di dadanya.

"Harta yang kita punya, jabatan yang kita sandang, latar belakang keluarga yang kita banggakan, gelar pendidikan yang kita agungkan, semuanya hanya cangkang dan gak akan pernah dibawa mati."

Lanjut Fauzan sambil mengemasi alat-alat terapi yang sengaja dia bawa.

"Ok, cukup untuk hari ini, jangan lupa latihan mandiri, saya permisi, assalamualaikum."

"Waalaikumsalaam."

Di ruang tengah Fauzan berpapasan dengan Rania, Arjuna memperhatikannya dari kejauhan. Ada yang bersedir semakin hebat di hati Arjuna saat melihat keakraban Rania dan Fauzan, senyum manis Rania selalu terukir saat bicara dengan Fauzan, matanya berbinar.

Kalau kalian menikah kalian pasti akan jadi pasangan yang sempurna. Dokter Fauzan saja ditolak Rania, apalagi aku? Aku??? Aliran darah ke wajah Arjuna terasa lebih deras, kalau bercermin Arjuna pasti akan melihat gambaran wajahnya yang bersemu merah seperti kepiting rebus karena malu dengan kelakuannya sendiri. Mungkinkah aku cemburu pada Fauzan? Tanya Arjuna pada dirinya sendiri.

RANIA (RANIA DAN SEPOTONG HATI YANG TERLUKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang