[1. once upon a time ]

1.3K 152 11
                                    


Pada zaman dahulu kala, hidup seorang pangeran tampan yang tinggal di kastil yang megah. Meskipun ia diberkahi dengan segala kenikmatan duniawi, hatinya buruk rupa dan sedingin es.

Lantas pada suatu malam, di tengah musim dingin yang menggigit, seorang pengemis tua datang mengetuk pintu kastilnya, meminta tempat berteduh.

Sang pangeran melarang orang asing memasuki kastilnya, maka pelayannya menolak permintaan si pengemis. Namun pengemis tua itu enggan beranjak, bersikeras kehadirannya tidak akan menganggu.

Kesabaran pangeran pun habis, maka ia sendiri yang turun tangan menghadapi tamu yang tidak diundang.

"Pergilah, sebelum aku meminta penjagaku untuk mengusirmu secara paksa."

Sebelum pangeran sempat menutup pintunya, di tempat pengemis tua itu berdiri sudah digantikan oleh sesosok penyihir cantik jelita. Pakaian compang-campingnya digantikan dengan gaun hitam elegan, rambut berubannya berubah menjadi hitam, dan keriputnya sirna. Wajahnya dihiasi raut murka dengan sepasang mata sehitam malam yang menyala-nyala.

"Tidak ada bedanya, kau masih sejelek pengemis yang tadi," komentar Pangeran melempar pandangan mencela.

"Dasar kurang ajar! Jangan menilai seseorang dari penampilannya!" seru sang penyihir seraya mengangkat tongkat sihirnya, merapalkan mantra kutukan.

Dalam sekejap mata, pangeran yang tampan itu berubah menjadi seekor putra duyung. Tidak hanya itu, kastilnya pun ditenggelamkan, setelah sebelumnya seluruh pegawai istana diteleportasi ke rumah masing-masing. Menyisakan pangeran putra duyung sendirian di kastil bawah laut yang kosong melompong.

"Apa yang kau lakukan?!" tuntut sang pangeran tidak terima. Lenyap sudah kakinya, digantikan oleh sirip raksasa berwarna biru gelap. Kulitnya yang seputih susu berubah menjadi hijau kebiruan, berpendar ditimpa cahaya. "Kau tidak bisa seenaknya pergi meninggalkanku sendirian di sini!"

Giliran sang penyihir mencela. "Oh, ya, aku bisa. Tenang saja, aku akan mengunjungimu kalau ingat."

"Kapan?"

"Bukan urusanmu," jawab sang penyihir ketus.

Pada kenyataannya, ia sendiri pun tidak tahu apakah ia akan kembali atau tidak. Sebagai satu-satunya penyihir yang tersisa dari klannya, ia mengemban tugas untuk mengutuk para bangsawan jahat, dan pangeran yang satu ini hanya satu dari sekian banyak korban. Perjalanannya masih panjang.

Pangeran itu merenung sebentar, lalu mengangkat bahu. "Baiklah, sampai jumpa."

Mengirim tatapan sengit untuk terakhir kalinya, pangeran itu berbalik. Berenang untuk menjelajahi tempat tinggal barunya. Meninggalkan penyihir itu melongo tidak percaya.

"Kau sadar aku bisa saja tidak akan kembali untuk selama-lamanya, kan?"

"Lalu?"

Apakah ini trik yang baru? Berpura-pura tidak peduli terhadap kutukan, sehingga ia jatuh kasihan?

"Tidak ada yang bisa kau perbuat untuk mendapatkan maafku. Kau akan menjadi putra duyung sampai kau belajar bahwa cinta tidak memandang penampilan. Satu-satunya cara untuk memusnahkan kutukanku adalah dengan membuat manusia jatuh cinta padamu apa adanya."

"Aku tidak akan meminta maaf," sahut pangeran itu acuh.

Aneh. Tapi penyihir itu bisa melihat kalau lawan bicaranya berkata jujur. Korban-korban sebelumnya selalu memohon, menyembah, menjanjikan apa saja agar bisa kembali menjadi manusia. Merendahkan diri supaya mendapatkan titel bangsawannya kembali. Tidak pernah ada yang menerima keadaannya begitu saja.

Kecuali dia.

"Jadi kau lebih memilih menjadi putra duyung selamanya?"

Pangeran itu memutar mata bosan. "Aku tidak bodoh, mana mungkin ada manusia yang mencintai mahluk setengah ikan. Semakin cepat aku menerima kenyataan, semakin baik."

Jawaban yang masuk akal. Kelewat masuk akal sampai sang penyihir kehilangan kata-kata. Tidak mau ambil pusing, diputuskannya untuk tetap pergi meninggalkan pangeran aneh ini seperti rencana awal. Boleh jadi sekarang ia lebih tertarik menjadi putra duyung dengan segala kemampuan barunya, namun tak butuh waktu lama sampai pangeran itu bosan dan haus akan interaksi dengan manusia.

"Baiklah," ujar sang penyihir, yakin pangeran itu akan menyesali keputusannya tak lama lagi. "Sampai jumpa."

Dengan satu lambaian tongkat sihir, penyihir cantik itu lenyap.

Blessedly Cursed [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang