Kastil bawah laut itu menjadi kastil terindah yang pernah Sooyoung lihat. Pemiliknya sendiri ia temukan tengah berjemur di atas batu karang tersembunyi, tepat di atas menara kastilnya. Cahaya matahari membuat sisik kulitnya berkilau, sama halnya dengan ekornya. Matanya terpejam, sepenuhnya menikmati kehangatan mentari.
"Apa kau pernah bertanya-tanya apa yang terjadi pada kerajaanmu?"
Sooyoung memutuskan ia tidak mau jubahnya basah hari ini, maka ia melayang-layang tepat di samping sang pangeran.
"Tidak terlalu."
"Sungguh?"
Pangeran itu membuka sebelah matanya. "Sedikit, mungkin. Ceritakan padaku."
"Bentuknya menjadi republik demokrasi, pemimpinnya dipilih bukan berdasarkan keturunan lagi."
"Siapa yang memilih?"
"Rakyat."
Kepala sang pangeran mengangguk kecil. "Apakah sistem baru itu membuat kerajaanku lebih baik?"
Sooyoung tahu lawan bicaranya ini lebih menghargai jawaban yang jujur, terlepas dari pahit atau tidaknya kebenaran tersebut. Maka ia menggeleng pelan, "Tidak."
Sesaat segalanya hening.
"Manusia bisa sangat rumit," komentar sang pangeran pada akhirnya.
Untuk yang satu ini, Sooyoung setuju. Memejamkan mata, ia turut menikmati hangatnya cahaya matahari. Sejauh ini semuanya baik-baik saja, tidak ada perdebatan konyol di antara mereka.
"Apa kau masih mengutuk manusia?"
Sooyoung tidak tahu harus menjawab apa.
Seiring berjalannya waktu, lawan bicaranya ini semakin handal membaca isi lubuk hati Sooyoung. Sudah lama sekali ia berhenti mengutuk manusia, dan mengisi waktu dengan berkeliling dunia mengecek korban-korbannya.
Beberapa berhasil mematahkannya, dan menjadi legenda seperti Si Cantik dan Buruk Rupa. Namun lebih banyak lagi yang masih terjebak, menolak bertobat, membuat Sooyoung bertanya-tanya apakah yang selama ini ia lakukan benar adanya.
Kedua mata sang pangeran terbuka, menampakkan iris berwarna biru senada dengan ekornya. "Pekerjaan yang melelahkan, kupikir. Tidak semua orang berubah hanya karena kutukan. Beberapa manusia akan selamanya jahat, seperti aku."
"Menurutmu begitu?" tanya Sooyoung pelan, jarinya meraba-raba permukaan tongkat sihirnya ragu.
"Kau bisa berhenti kalau kau mau. Manusia harus belajar untuk berubah tanpa bantuan kutukan."
"Bagaimana kalau mereka selamanya tidak berubah?"
Bagaimana kalau manusia tidak pernah berubah, menyebabkan Tuhan murka hingga menjatuhkan bencana alam maha dahsyat?
Pangeran itu bangkit dari batunya, meletakkan tangannya pada genggaman Sooyoung akan tongkat sihirnya. "Aku sudah menjadi putra duyung ratusan tahun, dan dunia belum juga kiamat."
Entah mengapa Sooyoung menemukan jawaban itu lucu, jadi ia tertawa. Tawa kecil yang lama-lama menggelegar dibarengi dengan sesak. Tidak sekali pun tangan sang pangeran lepas dari kepalannya.
"Aku akan bersamamu untuk menguji teorimu, kalau begitu," Sooyoung memutuskan.
"Sampai kiamat tiba?"
"Dan seterusnya."
Sooyoung tersenyum.
Pangeran Jaehyun membalas senyumannya.
T H E E N D
T H E C U R S E D P R I N C E
He was never going to break the curse. Or maybe he already had. Or maybe the witch didn't understand the first thing about curses.
T H E L O N E L Y W I T C H
She had a collection of spoiled princes and tyrant kings to keep track of, but she always came back to the castle under the sea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessedly Cursed [✔]
FantasíaApa kau berniat menjadi putra duyung selamanya? // joy fairytale series //