[2. people on the ships ]

843 139 4
                                    


"Kau punya selera yang unik dalam hal interior kastil," puji Sooyoung.

Satu dekade sudah berlalu, walau dari segi usia keduanya tidak bertambah. Sang pangeran terjebak dalam kutukan tak kenal waktu, dan seorang penyihir terkenal akan sifat awet mudanya. Rupanya perkiraan sang penyihir salah, karena saat ia berkunjung, korbannya ini telah menghabiskan sepuluh tahun terakhir mendekorasi kastilnya dengan berbagai harta karun.

Ketika ia datang berkunjung, sang pangeran sedang memoles piala emas.

Ia bahkan tidak menoleh saat Sooyoung tiba-tiba datang, hanya terus memoles sambil berenang ke deretan rak. "Aku akan meletakkan yang ini di situ."

Sooyoung setuju kalau piala cantik itu akan cocok dengan rak berisi medali emas lainnya, namun memilih untuk tidak menyuarakannya. Pangeran itu tidak perlu diberi amunisi baru untuk besar kepala.

"Kau sudah menguasai kemampuan nyanyian siren, kutebak."

Usai meletakkan pialanya, putra duyung itu mengangguk. "Kemampuan yang efisien untuk merampok kapal bajak laut."

"Bagaimana dengan manusia?"

"Manusia?"

"Manusia yang ada di atas kapal. Kau apakan mereka?"

Sang pangeran mengangkat bahu kecil. "Kubiarkan mati tenggelam."

Sooyoung berjengit mendengar jawaban yang kelewat santai itu. Bagaimana pun, itu nyawa manusia yang mereka bicarakan. "Apa kau tidak merasa bersalah?"

"Rasa bersalahku tidak akan menyelamatkan mereka," Pangeran itu berenang ke ujung rak, membetulkan telinga cangkir perak yang miring. "Sama seperti permintaan maafku padamu."

Penyihir itu memiringkan kepala, menimbang sejenak. "Apa kau pernah menggunakan nyanyianmu untuk mendekati para gadis?"

"Aku tidak akan membuang waktu untuk hal yang sia-sia," jawaban itu datang begitu cepat, seakan pertanyaan dari sang penyihir sudah ia pikirkan matang-matang selama beberapa tahun terakhir. "Aku menerima takdirku menjadi putra duyung selamanya."

Sooyoung menanti ekspresi pahit melintas, namun wajah pangeran itu tetap netral. Entah mengapa hal itu membuatnya kesal.

"Apa kau keras kepala? Atau idiot? Atau keduanya?"

Kali ini, pangeran itu mengangkat wajahnya, bertemu mata untuk pertama kalinya dengan Sooyoung.

"Apa urusanmu?"

Mengepalkan tangan geram, Sooyoung bangkit dari batu karang. "Aku pergi. Aku akan kembali, mungkin."

Mata sang pangeran sudah kembali fokus pada harta rampasannya. Hanya memberikan lambaian tangan di balik bahu sebagai salam perpisahan.

Blessedly Cursed [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang