Take - 01

1K 137 19
                                    

Junkyu menyesap seduhan teh hijau yang beberapa menit lalu di sajikan seorang pelayan di atas mejanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Junkyu menyesap seduhan teh hijau yang beberapa menit lalu di sajikan seorang pelayan di atas mejanya. Satu teguk berhasil menghilangkan rasa haus ditenggorokannya yang mulai mengering. Tidak dipungkiri bahwa berlari dari halte menuju kafe terdekat juga memerlukan tenaga.

Ia merapatkan jaket tebalnya yang sedikit tersingkap, dingin. Hujan yang cukup deras dengan pendingin ruangan yang cukup pula membuat tubuh Junkyu membeku. Untung saja baju mahalnya tidak basah.

Junkyu berkali-kali melirik arlojinya. Lebih lima belas menit dari waktu perjanjian awal. Matanya mengedar, tidak biasanya orang yang ditunggunya ini telat.

Dua teguk berhasil Junkyu loloskan ke tenggorokannya. Sedikit memasukkan chiffon cake ke dalam mulut, walaupun pikirannya sedikit gusar. Mulut Junkyu tak henti mengunyah sambil sesekali menggoyangkan kaki. Tekstur halus dari cake itu berhasil membuat Junkyu manaikkan sudut bibirnya.

Kepalanya mengangguk seiring dengan sendokan kedua. Ayolah Junkyu bisa menebaknya. Adonan telur bagian putih yang dikocok terpisah dari kuningnya dengan gula. Lalu bagian kuning telur dicampur dengan bahan lainnya. Junkyu bisa merasakan itu semua lewat mulutnya. Saking hafalnya, ia bahkan mengenali semua bahan yang dimasukkan dalam chiffon cake tersebut. Setelah ini ia berpikir untuk pulang dan memasak beberapa aneka kue di apartemennya.

Pria itu amat menyukai dapur dan memasak apapun jenis makanan yang diinginkan. Biasanya Junkyu memberi jadwal setiap harinya. Senin untuk seafood, selasa untuk chinese food, Rabu untuk japanese food, dan seterusnya.

Junkyu sangat hebat dalam hal memasak. Jam terbangnya begitu tinggi. Hingga berkeliling ke luar negeri pun sudah menjadi kebiasaan baginya. Yah, hanya sekadar berkuliner. Sisanya digunakan untuk belanja dan bersenang-senang.

Tringg.....


Pintu kafe berbunyi, membuyarkan lamunan Junkyu. Tidak hanya Junkyu, beberapa pengunjung tampak menoleh ke arah sumber suara. Senyuman manis itu menyapa Junkyu disertai dengan lambaian tangannya. Junkyu mencebikkan bibir dengan raut wajah kesal, yang justru membuat orang-orang disekitar menahan rasa gemasnya.

"Awas Hoon! Jangan lari-lari!" Pekik Junkyu, sekarang malah berdiri menghampiri orang yang diteriaki.

Jihoon sahabat Junkyu, meringis seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Junkyu masih saja seperti dulu. Selalu mengkhawatirkan Jihoon. Tapi kali ini berbeda dari dulu, Jihoon memang harus menjaga tingkahnya.

"Lo sekarang bawa nyawa, Hoon. Jangan lari-larian! Nanti kalo Kak Seunghun marah baru tau rasa." Omel Junkyu, sembari menggiring Jihoon duduk di tempatnya semula.

"Hehehe maaf kelepasan, abisnya biasanya lari-larian." Jihoon menunjukkan cengirannya. Mengusap perut yang mulai memasuki usia empat bulan.

"Sendirian?" Tanya Jihoon ringan, mulai memilih fokus dengan daftar menu di depannya.

My Ignorant Husband | YoonkyuWhere stories live. Discover now