FC10 - aneh

1 0 0
                                    

Sama seperti hari biasa-biasanya, sebelum pergi ke sekolah, Ishy selalu menyempatkan diri untuk mengepang sejumput rambut bagian depannya di sisi kanan-kiri poni dekat bagian telinganya. Dia sudah melakukan itu sejak SMP. Bahkan di SMP-nya dulu dia sering dipanggil Si Kepang Dua, tapi Ishy tidak mempedulikan itu semua. Dia ya dia, terserah dia mau diapakan rambutnya. Bahkan jika dia terlalu malas untuk membuka kepangan itu, kepangan itu akan bertahan sampai tiga hari, yang artinya dia tidak keramas selama tiga hari pula.

Selesai dengan jalinan rambutnya, dia kembali melihat wajahnya yang sudah terpoles bedak tipis dan juga liptint yang berwarna peach, dia terlihat natural sekarang dan kesan imutnya lebih terlihat.

"Udah ah, ngapain juga lama-lama." Ishy bergumam seraya dia mengambil tas ranselnya di kursi meja belajarnya yang jarang sekali digunakan, lalu dia keluar ke meja makan di dapur.

"Halo, Ma, Pa," sapa Ishy. Dia mulai duduk dengan tenang dan mulai menyantap nasi goreng sosisnya.

"Halo sayang." Sari memberikan Ishy segelas susu stroberi. "Nih susu favorit kamu."

"Aaa, makasih Mama!" Ishy berseru girang seraya dia langsung meminum susu itu dengan antusias. "Enak!"

Sari dan Ardino hanya tertawa melihat anak perempuan kesayangan mereka, berbeda dengan Ino yang melihat itu sambil mencibir.

"Ino."

Tiba-tiba saja Ardino yang sudah dengan seragam polisinya memanggil sang anak tertuanya.

Bukan hanya Ino yang menoleh, Sari dan Ishy ikut menoleh menunggu sang Ayah melanjutkan.

"Ya, Pa?" sahut Ino.

"Sehabis SMA nanti apa rencana kamu?" tanya Ardino.

Pembahasannya mulai berat, Ishy memilih untuk melanjutkan makanannya sambil mendengar dalam diam.

"Kuliah di luar negeri enak kali ya, Pa," kata Ino.

Ishy yang mendengar langsung tersedak, dia menepuk dadanya sambil menerima sodoran minum dari Sari.

"Apa?" Ishy bertanya setelah dia tidak lagi tersedak. Nadanya benar-benar mengejek.

"Lo ke univ di dalam negeri aja belum tentu diterima, mau sokan di luar negeri," cibir Ishy. "Belajar setahun dua kali, mimpi nauzubillah tinggi."

"He, Ishy, gak boleh gitu sama Abang." Sari memperingati.

Mulut Ino yang sudah kumat-kamit mencibir Ishy tanpa suara akhirnya terbuka seraya dia melemparkan sosis ke adiknya. "Iblis lo!"

"Lo dajal." Ishy menjawab dengan santai. Dia malah mengambil sosis yang Ino lempar untuk memakannya.

"Udah, udah." Ardino melerai.

"Yang dibilang sama Ishy itu benar Ino," kata Ardino.

Ishy memeletkan lidahnya ke Ino dan Ino hanya memutar matanya sambil mencibir Ishy.

"Kamu belajar yang lebih rajin lagi kalau emang mau kuliah di luar negeri. Dan univ di dalam negeri juga bagus, jadi jangan terlalu berpatokan sama yang di luar negeri." Ardino menjelaskan.

Ino mengangguk, sekaligus menyelesaikan percakapan di meja makan keluarga itu. "Iya, Pa."

::🌈::

Perjalanan pergi ke sekolah Ishy dan Ino hanya diam di perjalanan. Sambil menyenderkan kepalanya di pundak Ino dan sesekali memejamkan mata menikmati sejuknya udara pagi, sampai-sampai membuat Ishy jadi ngantuk lagi.

"No." Ishy memanggil Ino untuk mengalihkan rasa kantuknya.

"Hm?" Ino sedikit menoleh melirik ke Ishy.

Fighting CycleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang