FC11 - nyebelin

1 0 0
                                    

Buku yang biasanya tidak terbuka kini angsur-angsur dibuka oleh sang pemilik. Sudah banyak coretan-coretan contoh soal yang dia pelajari. Niat belajarnya sedang sangat bagus kali ini, jarang-jarang itu terjadi. Bahkan saat ujian semester pun dia tidak pernah seniat ini.

Itu semua Ino lakukan untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan bisa masuk ke PTN dengan jurusan yang dia inginkan. Soal UN pun tidak terlalu dia pedulikan, dia hanya pedulikan PTN, PTN, dan PTN.

Ternyata semenakutkan ini mencari jati diri. Ino takut salah langkah dan dia sangat amat takut bila dia tidak bisa membahagiakan kedua orangtuanya. Itu yang paling dia takuti.

"Ah, anjir, susah banget nih Fisika tai!"

Ino melempar pensilnya kesal. Dia mengambil segelas kopinya dan menyeduhnya seteguk seraya menyingkirkan buku Fisikanya dan beralih mengambil buku Biologinya. Sepertinya hari ini dimulai dengan Biologi lebih baik.

Tok.. tok..

"Inoo!"

Baru juga membaca satu kalimat, pintu kamar Ino sudah diketuk oleh Ishy. Bahkan perempuan itu sudah main buka saja pintu kamarnya. Dari meja belajarnya dapat Ino lihat bahwa Ishy sedikit tercengang melihatnya belajar. Adiknya itu sudah masuk mendekati dirinya.

"Tumben." Satu kata keluar dari mulut Ishy.

"Apa lo!" sembur Ino kesal.

"Lah?" Ishy heran sendiri Ino tiba-tiba kesal kepadanya. "Sehat lo? Kerasukan Albert Einstein lo?"

"Mau apa lo?" tanya Ino tidak mau basa-basi.

Kini wajah Ishy tidak lagi menyebalkan, dia malah memasang puppy eyes-nya.

"Anterin," kata Ishy.

"Ke mana?"

"Ntar gue tunjukin jala—eh gak jadi deh." Ishy berubah pikiran.

"Labil lo." Ino mencibir.

Ishy tersenyum dan mengelus-elus kepala Ino.

"Abang gue lagi rajin belajar, gak mau ganggu gue." Ishy merubah menjadi mengacak rambut Ino dan tak lupa menjitaknya. "Soalnya numbuhin rajin dia harus nunggu setahun."

Ino hanya terkekeh. Dia menepis tangan Ishy dari kepalanya.

"Gue udah mau serius belajar," kata Ino.

"Lo mah masih kelas sebelas. Tingkat kelas tersantai di masa SMA." Ino melanjutkan. "Tapi kalau bisa cicil juga belajarnya dari sekarang."

"Nggak dulu deh," kata Ishy. "Gue kan gak mau kuliah."

"Jadi mau jadi apaan?" Ino jadi bingung.

"Kayak papa, polisi." Ishy berkata dengan bangganya.

Ino tertawa mendengarnya. Dia menusuk perut buncit Ishy yang tersembunyi. "Kalau gitu latih fisik lo dari sekarang."

Ishy refleks memukul tangan Ino sambil melotot. "Mau mati lo ha?!"

"Becanda anjir."

"Kalau lo mau jadi apa?" Ishy kembali ke topik.

"Ha?"

"Ntar lo mau jadi apaan?"

Ino terdiam. Dia tidak bisa menjawabnya karena nyatanya dia tidak tau apa cita-cita—impiannya— sekarang. Apakah dia semenyedihkan itu?

::🌈::

Ishy sudah sampai di Ringlegal dan dia hanya diam duduk di kursi penonton. Dari tempatnya duduk, Ishy dapat melihat ke tempat di mana para petinju berkumpul di bawah ring. Di sana ada teman-teman Guntur, tapi yang dicari tidak ada di sana.

Fighting CycleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang