"Kebahagiaan hanyalah episode sesekali dalam drama umum rasa sakit."
- Walikota Casterbridge (1886) -
Tujuh hari
Lima hari
Tiga hari
Lima hari
Awalnya tidak ada yang aneh, ya biasa saja. Setibanya di lokasi penginapan; hampir pukul delapan malam dan untuk pelaksanaan kegiatan resminya dimulai besok hari. Sisa malam ini, bisa digunakan untuk beristirahat dan diperbolehkan jika ada yang ingin berpergian atau sekedar berkeliling di luar lokasi ini.
Satu-satunya sarana dengan menggunakan taksi. Dan...Kim Namjoon memilih jalur sendiri, berpisah dengan rombongan Ayana, Rosie juga Jackson. Ia menghampiri dan menyapa seseorang yang sudah menunggu disana.
Sesuai dengan rundown acara, semua peserta kegiatan harus berkumpul terlebih dahulu di resto yang letaknya di area pintu masuk. Nantinya, setelah menikmati makan malam bersama barulah semua turun ke pondok-pondok di bawah sana untuk tidur, dan kegiatan-kegiatan outbound disana.
Namjoon dan wanita itu, keduanya terlihat dekat, mereka bertukar sapa hangat memeluk satu sama lain.
Reaksi Rosie biasa saja, cenderung acuh. Justru Ayana lah, yang mengelus dada setelah melihat adegan itu. "Oh itu ceweknya Namjoon. Sederhana aja ya orangnya."
Biasanya Jackson akan heboh atau menambah konflik dalam pembahasan. Namun, ia malah terlihat asik dengan ponselnya. Di ujung sana, pria yang sedang menjadi buah bibir mengedarkan pandangan kepada setiap orang.
Mencari-cari keberadaan Jackson. Mudah saja, menemukannya duduk satu meja dengan Rosie dan Ayana. Hanya Rosie saja yang melihat ke arah Namjoon. Kebetulan sekali.
"Jack-Son."
"Jackson." Begitu kiranya kata samar yang keluar. Sambil menunjukkan gerakan mengetuk layar ponsel. "Su-ruh ba-ca."
Oke, pesan lisan itu cepat Rosie mengerti, kemudian menyentuh bahu Jackson. "Dipanggil temen lo," jari telunjuk mengarah ke posisi Namjoon yang sedang bersiap-siap hendak pergi. Jackson menuruti untuk membuka sns yang Namjoon titahkan. Hanya sekilas. Kemudian mendongak kembali. "Oke bos."
"Lho, kok Namjoon pergi, gak jadi ikut acara kita?"
"Cancel, tiba-tiba ada urusan. Mungkin urusan ranjang." Sahut Jackson asal-asalan diselingi tawa renyah pada momen tidak tepat. Terus terang, ini membuat Rosie mengingat masa lalunya terkait jajaran mantannya yang mendapat predikat brengsek.
Ayana termangu mendapat jawaban itu, mulutnya menganga lebar dalam langkah yang baru saja kembali, sambil membawa piring yang berisi menu-menu lain, seharusnya tidak terkejut, karena ini kali kedua ia mendengarnya setelah komentar pedas dari Rosie,
"astagfirullah Jackson mulutnya lemes banget. Dilarang ghibah." Ayana memberikan sebagian makanannya untuk Rosie, karena begitu menyayangi sahabatnya itu. Tetapi hak Rosie direbut oleh Jackson.
"Eh, eh...ambil sendiri sanaaaa. Balikin itu buat Chaeng. Ntar dia rewel kalau laper."
"Chaeng ambil sendiri lah, kaki gue pegel buat jalan kesana."
"Hussst. Ayaaaa, sini duduk. Diliatin anak kecil itu, katanya tante kok berisik." Rosie akhirnya berbisik menarik ujung kaus Ayana.
Suasana hening, Ayana diam langsung duduk tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flor Blanca Fría [NamRosé] [END]
FanfictionWhat essential is invisible to the eye. Baik Namjoon dan Roseanne sama-sama mengubah pola kehidupan mereka seratus delapan puluh derajat berbeda dari kepribadian mereka sebelumnya. Tetapi tetap pola itu bertolak belakang tidak bisa menyatu satu sam...