Chapter 4

550 122 42
                                    

"Anehnya, aku selalu terbiasa melakukan hal-hal yang sebetulnya tidak aku sukai."

- Rosie -

❄️❄️❄️

Hari Jumat

        Ada beberapa orang yang senang dan tidak masalah memberikan cinta, lalu tidak mendapatkan timbal balik. Mengerti maksudnya? Rosie berusaha menjalankan ini. Ia tidak ingin berada di hasil akhir yang mengecewakan saat kemungkinan terburuk terjadi. Yaitu perpisahan.

      "Gue gak bisa bernafas, dalam perut gue ada bayinya."

        Padahal Rosie senang bisa dipeluk Namjoon. Pria itu melepaskan pelukannya karena terkejut, lalu melirik ke bagian perut Rosie yang sangat rata. Hanya kelihatan besar saja dari cara berpakaiannya seperti ibu hamil. "Dua bulan jalan tiga." Sahutnya dengan mata berbinar-binar.

       Nada suara Namjoon melunak, "kamu belum nikah kan?"

      "Ya, kan gue bukan cewek baik-baik. Bapaknya ini anak gak tau siapa. Udah lah...ini terakhir kali kita ketemu. Lupain aja yang pernah lo denger, tentang gue suka sama lo. Itu gak penting."

        .Rosie mengitari tubuh Namjoon, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Lalu pergi ke luar galeri.

Maaf ya, semoga lo bisa ngerti, gue pengen begini aja. Gak harus nerima apa-apa...

❄️❄️❄️

Hari Minggu

       Mata Namjoon melesat ke arah bel pintu. Keadaan ruang tamunya yang chaos karena teman-temannya sedang berkunjung kemari. Tamunya memunggungi monitor interkom. Dari penampilannya sepertinya mengetahui dan mengenal wanita itu. "Kenapa Aya?"

        Dengan kebiasannya yang heboh, memilih langsung mendahului Namjon masuk ke dalam apartemen. "Ada Chaeng gak, terakhir ketemu sama lo Joon. Gue chat dari hari Jumat centang sampe sekarang. Di telepon nomornya gak bisa. Di rumah nyokapnya juga gak ada." Perasaan khawatir ini membuat Ayana lupa dengan keadaan di dalam apartemen, yang membuat para pria menoleh padanya. Bahkan semuanya diam mendengarkan.

      "Astagfirullah, banyak orang ternyata. Bentar deh, gue kayak kenal itu yang pergi ke dapur." Suaranya menciut bersembunyi di balik tubuh tegap dan tinggi Namjoon. "Kenceng banget ya suara gue."

      "Lumayan sih, mereka pada liat kesini." Jawab Namjoon seadanya.

       Bagaimana menjelaskannya, suasana hati Ayana seketika berubah total. "Gue balik aja Joon, gak jadi nanya." Langkahnya buru-buru keluar lalu menutup pintu kembali.

      "Kamu kalau cari Chaeng ya, bisa tanya ke cowoknya." Sahut Namjoon dan Ayana berhenti melangkah karena mendengar suara Namjoon di belakang tubuhnya. "Cowok? Chaeng gak lagi deket sama siapa-siapa. Dia cuman bilang suka sama lo." Otak Ayana sedang bekerja mencoba mencari banyak kemungkinan. Temen cowok dia cuman pak Anwar, masa cowoknya pak Anwar???

      "Chaeng hamil–Aya. Dia bilang waktu di galeri."

        Sebenarnya, ini hari minggu apa? Kenapa sial sekali. Biasanya bersantai di rumah. Kali ini harus menghadapi nasib buruk karena ulah Roseanne Park. "Gimana, gimana. Hamiiiiil? anak siapa????"

      "Kamu bisa tanya temen kamu langsung. Aku tinggal ke dalam ya?"

        Ayana membisu. Takut sekali, sampai harus menutup bibirnya. "Astagfirullah. Kok bisa, sama siapa. Yah...Joonie. Jelasin yang bener. Mukanya sedih banget. Tapi kenapa ada si gila tadi. Dia gak liat gue kan..."

Flor Blanca Fría [NamRosé] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang