sebelas

13 2 0
                                    


Keisya masih tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi, ia dibuat bungkam seketika melihat gambar yang dikirim oleh kakak kelas dari salah satu geng nakal tersebut, yakni, Talia.

"Sya, lo kenapa? jangan diem aja dong," rengek Devano sembari melihat Keisya yang sedari tadi diam dan menutupi wajahnya dengan tangan putih nan mungilnya itu.

Memang, setelah melihat wajah Keisya yang terlampau kaget, Devano segera pindah dari tempat duduk asalnya ke samping tubuh perempuan yang sedang rapuh tersebut.

"Sya, cerita aja. Telinga gue masih berfungsi buat nge denger semua cerita lu kok," bujuk Devano tapi hal itu tidak membuat Keisya diam tetapi menambah isak tangis perempuan tersebut.

"Yah Sya, kok lu tambah kejer sih, udah dong Sya udah," panik Devano sembari mengusap lembut rambut perempuan tersebut. Jauh dalam lubuk hati Devano, ia ingin sekali memeluk gadis kecil itu, tapi ia sadar diri, Keisya sudah milik sahabat nya kini. Sekalipun sebenarnya ia sangat tidak rela, gadisnya ini dimiliki orang lain. Namun, kebahagiaan Devano sederhana, melihat tuan puterinya bahagia dan selalu tersenyum, sekalipun bukan dia alasannya.

"Tuan puteri jangan sedih, nanti pangerannya khawatir."

7 kata yang keluar dari mulut Devano membuat Keisya yang sedaritadi menunduk dan menutup mukanya ini, kembali duduk tegak dan menurunkan tangannya, menatap dalam ke arah wajah devano lalu menyisakkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah cantiknya itu.

Devano segera merapihkan helaian rambut yang masih menutupi wajah gadisnya itu dan menyelipkan rambut itu dibelakang telinga perempuan yang sangat ia sayangi itu.

"Nah, gini jauh lebih cantik," kata Devano yang langsung tersenyum melihat Keisya yang sedang menatapnya dengan wajah yang sangat sendu.

Tanpa omongan apapun, Keisya langsung memeluk laki-laki yang berada di depannya ini. Dia memeluk sangat erat seolah tidak mau kehilangan laki-laki ini.

"YaAllah, ini Keisya yang duluan meluk yaAllah, kan Deva mau nolak juga gaenak, duh Rendi maapin Deva ya, dia yang duluan meluk," gumam Devano dalam hati dan langsung membalas pelukannya Keisya.

"Kenapa sih Dev, kak Ren.. di ja.. hat banget sa.. ma Kei..sya? salah Kei.. sya a.. pa Dev?" ucap Keisya terbata-bata karna suara tangisnya kini yang dominan sekali terdengar.

"Keisya udah berusaha jadi yang terbaik buat Kak Rendi, tapi apa balesan dia ke Keisya Dev? bahkan Keisya udah mati-matian jaga jarak sama Deva, tapi dia kenapa gabisa jaga jarak sama sahabat Keisya sendiri," tambahnya yang hanya dibalas dengan usapan lembut di rambut Keisya oleh Devano.

"Segitu sayangnya lo sama Rendi ya Sya," ucap Devano dalam hati yang disertai senyum sendu.

"Iya, keluarin semua yang ada di hati lo Sya, keluarin," hanya itu yang Deva katakan, membuat gadis kecil yang sedang rapuh itu semakin memperkuat pelukannya.

"Keisya gakpapa Dev, kalo emang bahagianya kak Rendi ga sama Keisya, Keisya gabakal maksa ka Rendi ada disini, nemenin Keisya selalu, ngga.
Buat apa raga dia disini, disamping Keisya tapi hati dia udah buat orang lain diluar sana? Keisya gamau sama orang yang hatinya sudah terisi perempuan lain Dev, GAMAU.. "  teriaknya lalu melepas pelukannya pada Deva, dan kembali menunduk dan menutup wajahnya dengan tangannya, lagi.

Devano bingung dia harus apa sekarang, yang ada di pikirannya sekarang hanyalah bagaimana cara membuat Keisya tenang.

Ia tak habis fikir dengan Rendi, sudah mendapat Keisya lantas untuk apa Kayla? benar-benar gaade akhlaknya si rendi.

"Sya, " panggilnya lembut, namun bukan jawaban yang di dapat, malah bentakan dari perempuan tersebut.

"Galak amat sih ini perempuan kalo lagi galau, dasar macan betina, " gumamnya dalem hati lagi.

KELABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang