1

5.2K 243 2
                                    

Seorang pemuda tengah duduk di dalam kamarnya, tubuhnya bersandar pada ranjang dengan kedua kaki terlipat didepan dada, menjadikan lututnya sebagai tumpuan kening. Menangis? Tidak, dia bukan tipe pemuda cengeng yang akan menangis hanya karena seseorang mengoloknya atau menyebutnya hitam. Warna kulitnya memang sedikit lebih gelap daripada warna kulit orang yang ada disekitar, bahkan keluarganya. Namun, bukan berarti hitam, hanya satu nomor di bawah warna kulit pada umumnya masyarakat Korea. Jadi, apa penyebab ia tampak lelah? Pekerjaan yang menumpuk? Bukan, dia hanya seorang siswa bukan karyawan. Masalah dengan teman? Dia punya orang lain yang akan membelanya jika ia punya masalah dengan teman - temannya. Kekasih? Sepertinya kali ini benar. Kekasih yang sedikit posesif  inilah masalahnya. Kekasihnya sudah pergi beberapa hari untuk sebuah acara.

Terdengar ia menghela nafas sebelum mengangkat kepalanya, menatap langit-langit kamar dengan sepasang mata sehitam jelaga miliknya, beberapa kali mengedip  tampak cantik meskipun ia seorang pemuda. Lukisan langit dengan awan putih tergambar disana, menenangkan pikirnya. Hanya dengan melihat lukisan langit itu mampu membuatnya tenang. Dengan gerakan pelan ia menyibakkan rambut coklat seperti karamel miliknya. Kepalanya ia sandarkan pada tepi ranjang di balik punggung saat salah satu tangannya terangkat, merentangkan jemari lentiknya ke atas menutupi sebagian gambar langit itu, membuat kedua ujung bibir merah ranumnya terangkat, memberikan garis senyum. 

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu kamar hampir saja membuat ia melompat karena terkejut. Meredam emosinya yang siap meledak karena terkejut, ia menarik nafas panjang, membuat bahu lebarnya naik turun.

"Ya?" Tanyanya tanpa ada niat untuk berdiri dari posisi awal, rasa malas dan sedikit kesal karena terkejut masih menyelimuti pikirannya.

Terdengar suara seorang wanita dari balik pintu kamarnya setelah ia menjawab, "Maaf tuan muda, tuan Siwon menunggu anda untuk makan malam..."

"Aku turun sekarang..." Ujarnya menjawab perempuan yang menjabat sebagai kepala maid di rumahnya.

Kaki panjangnya mulai  melangkah, dengan malas ia langsung keluar kamar, berjalan menuruni tangga,  beberapa langkah lagi hingga sampai dapur atau lebih tepatnya meja makan.

"Belum berganti pakaian?" Tanya Siwon, sang hyung yang melihat adiknya masih mengenakan seragam sekolah.

"Belum..."

"Tidak mau mandi?" Siwon kembali bertanya.

"Tidak..."

"Kau akan semakin hitam..." Siwon mulai menggoda adiknya.

"Yaaa!!! Hyung!! Aku memang sedikit gelap tapi tidak hitam! Hanya sedikit!!! Tidak sampai hitam! Se-di-kit ge-lap!" Pemuda itu mengeja dengan penuh penekanan di akhir kalimat.

"Hahahaaa...." Suara renyah Siwon terdengar menggema di ruang makan, "Baiklah, hanya sedikit gelap. Tapi itu bisa bertambah gelap jika kau tidak mandi."

"Hyung tau ayam potong? Yang berwarna putih itu? Hyung tau?"

Siwon mengangguk, "Tentu aku tau. Kenapa? Kau kalah putih dengannya?"

"Bukan itu maksudku! Tapi, ayam itu saja tidak perlu mandi tetap putih hyung!"

"Dia ayam dan kau manusia. Bukan aku yang menyamakan kau dengan ayam. Tapi dirimu sendiri. Itu sama saja kau menyebut jika ayam lebih putih dan bersih daripada dirimu."

"Tunggu... Benar juga ya... Tapi tetap saja! Dia masih putih tanpa mandi."

"Tapi dia bau!" Siwon masih tidak mau kalah dengan adiknya.

"Tapi masih putih!"

"Tapi bau!"

"Aku akan menggunakan sebotol parfum!"

You Are Only Mine  (SeKai) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang