"Tutup jendelanya ka!" Teriak Annisa, mama Nayla dari lantai bawah.
Keluarganya baru saja selesai makan malam. Nayla yang mendengar teriakan sang mama pun mengangguk walaupun ia tau bahwa sang mama tak melihatnya. Entahlah, sang mama selalu mengingatkannya untuk menutup jendela setiap malam tepat setelah makan malam.
Keluarganya hanya berjumlah tiga orang. Papa, mama dan juga dirinya. Mama nya selalu memanggilnya kakak padahal ia tak memiliki seorang adik. Kata papa sih, mama pengen punya anak lagi. Tapi papa melarang keras. Karena papa nya tak tega malihat istri tercintanya mempertaruhkan nyawanya lagi untuk melahirkan anak.Mungkin papa trauma.
Karena Nayla seorang anak tunggal. Lantai atas hanya diisi oleh dirinya. Dilantai atas hanya berisi dua kamar. Satu kamarnya, dan satu lagi kamar tamu. Sisanya itu ruang lebar dengan rak buku yang mengelilingi tembok, dengan jendela besar ditengah tengah yang menyajikan pemandangan depan rumahnya.
Rak rak buku itu milik Nayla. Semuanya. Setiap bulan, papa nya selalu rutin membeli banyak buku baru untuk putrinya. Oleh karena itu buku buku itu amat banyak. Tapi masih banyak ruang kosong untuk menyimpan buku buku baru. Nayla memang suka membaca. Tak heran bila papa nya selalu membeli buku baru. Papanya senang putrinya lebih suka membaca buku daripada bermain gadget. Oleh karena itu ia mendukung kesukaan putrinya.
Nayla melangkahkan kakinya ke ruang buku. Sebutan itu, Nayla yang membuatnya. Nayla melangkah menyusuri rak rak tinggi itu dengan mata yang bermain kesana kemari melihat judul judul buku walaupun hanya sepintas. Hingga pilihannya jatuh pada novel yang berjudul Antara aku, kamu dan dia. Nayla meraih buku itu, ia mengamatinya sejenak. Ia yakin bahwa buku yang ada ditangannya ini ialah buku baru, karena ia tak pernah melihatnya.
Nayla membawa buku itu menuju sofa santai yang ada ditengah ruang buku. Disana ada banyak sofa. Nayla memilih duduk di sofa biru. Ia mulai membuka buku itu.
Satu jam telah berlalu, seperempat dari total halaman di novel itu sudah ia baca. Nayla langsung menutup novel itu saat sadar bahwa kisah yang diceritakan dalam buku itu mirip dengan hubungannya dengan Gara dan Nanda si pengacau.
Tokoh yang memerankan Nanda dalam buku itu jahat dan juga licik. Nayla langsung berdoa supaya Nanda dihidupnya tidak seperti di novel yang dibacanya.
Nayla mengelengkan kepalanya saat membayangkan hal itu terjadi. Nayla pun bangkit dari sofa, ia melempar buku novel yang ada ditangannya ke atas sofa. Ia kini melangkah menuju jendela besar yang ada di tengah tengah ruangan. Ia menarik gorden yang ukurannya juga besar untuk menutupi jendela. Setelah jendela besar tertutup. Ia beralih ke jendela yang lebih kecil dan mulai menutupnya dan juga menarik gordennya.
Setelah kegiatannya selesai, Nayla melangkah menuju kamarnya. Saat ia sampai didalam kamarnya, ia menutup pintu lalu melangkah menuju jendela panjang namun terpotong potong yang ada di kamarnya dan mulai menutupnya dan juga menarik gordennya.
Nayla naik keatas ranjang. Lalu ia meraih gadget miliknya yang ada ditas nakas. Saat layar gadget nya menyala, layarnya menampilkan notifikasi dari Gara.
Nayla menerbitkan senyum lebar diwajahnya. Ia langsung merebahkan dirinya diatas kasur dan mulai membaca pesan yang dikirimkan oleh Gara.
Gara gara❤
Nayla
Nayyy
Assalamuallaikum
Naylaaa
Nay...
Kamu pasti lagi baca buku
Besok aku musuhin buku yang ada dirumah kamu nih ya😡
Nayylaa
SayanggNayla terkekeh melihat pesan terakhir yang Gara kirimkan dan itu terkirim lima menit yang lalu. Nayla mulai mengetikkan balasan untuk Gara.
Naylandira
Waalaikumsallam
Napasih gara
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayla n Sagara
Teen FictionFollow aku sebelum mambaca. Bagi Nayla, Gara sudah seperti udara. Kalimat diatas memang terlalu berlebihan. Mungkin lebih baik seperti ini. Bagi Nayla, Gara adalah satu hal terpenting dari banyaknya hal penting dihidup Nayla. Nayla dan Gara menj...