Three

34 8 2
                                    

Pagi itu cuaca sedang cerah dengan udara pagi yang disukai Nayla. Namun, si pemilik nama masih belum bangun dari tidurnya. Kamarnya masih gelap karena gorden yang belum dibuka dan lampu yang belum dinyalakan.

Tubuhnya masih ada diatas tempat tidur dengan nyaman. Suara alarm sudah lima kali menyala, lalu terdiam dengan sendirinya bagai perempuan yang sedang ngambek.

Nayla masih tenang dalam tidurnya hingga wanita yang disayanginya masuk ke dalam kamarnya. Mamanya. Ia mulai membuka gorden yang menutupi jendela panjang didalam kamar Nayla. Hingga membuat si pemilik kamar terganggu dalam tidurnya. Cahaya matahari pagi memang sangat menggangggu.

"Ka Nay, kamu ga mau sekolah? Hari senin loh ini." Ujar mama Nayla dengan suara yang tidak bisa dibilang kecil.

Nayla menggeliat di kasurnya seraya menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Annisa yang melihat kelakuan putrinya pun geram. Annisa menarik selimut itu hingga wajah kebo Nayla terlihat.

"Ih mama." Ucap Nayla kesal.

"Upacara sayang." Ucap sang Mama yang kemudian pergi meninggalkan kamar putrinya.

Nayla yang baru sadar bahwa hari ini ialah hari senin langsung bangkit dari kasurnya dan berlari ke arah kamar mandi.

Lima belas menit kemudian Nayla menuruni satu persatu anak tangga dengan sangat cepat. Ia menuju meja makan yang sudah diisi oleh mama dan juga papanya.

Nayla mendudukkan diri di kursi miliknya dan mulai memakan sereal yang sudah disiapkan untuk sarapan. Nayla yang buru buru sangat tidak tenang saat memakan sarapannya dan membuat kedua orang tuanya menatapnya dengan pandangan heran. Apakah mereka tidak tahu jika Nayla sudah telat.

Sarapan miliknya akhirnya habis. Ia berpamitan pada sang mama. Kemudian ia menarik tangan sang papa secara paksa dan membawanya keluar rumah.

"Ayo pa.. Cepetan. Nayla uda telat nih." Ucap Nayla tanpa menghentikan langkahnya dan juga tak melepaskan tangan sang papa. Dibelakang mereka ada Annisa yang terkekeh melihat tingkah putri cantiknya.

"Iya iya sabar sayang." Ujar Daffa dengan wajahnya yang pasrah. Saat sampai di samping mobil, papanya masih sempat berpamitan yang biasa ia lakukan dengan istri tercintanya tanpa mempedulikan Nayla yang sudah mencak mencak.

Nayla melirik jam yang terpasang ditangannya. Jarum jam menunjuk ke arah tujuh tepat. Artinya, Nayla sudah telat.

"Papa ayo!" Seru Nayla yang ada di dalam mobil dengan tidak sabar. Papa akhirnya masuk kedalam mobil dan mulai melajukan mobilnya menuju sekolah Nayla.

Pagi ini Nayla berangkat bersama dengan papanya. Semalam Gara mengajaknya berangkat bersama. Namun lagi lagi Nayla menolaknya, ini sudah yang ke-tiga kalinya ia menolak ajakan Gara. Niatnya ingin melihat jika ia menolak ajakan Gara, apakah Gara akan berangkat bersama Nanda keesokan paginya. Dua kali ia menolak dan Gara datang kesekolah bersama Nanda. Namun yang ketiga ini, ia tak bisa memastikan, karena dirinya sendiri sangat terlambat datang kesekolah.

Mobil papanya berhenti didepan gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat. Di dalam pagar itu, ada dua orang anggota osis yang bertugas menjaga gerbang.

Dengan cepat Nayla menepuk bahu papanya dan memintanya melajukan mobilnya. Nayla meminta diturunkan di halte.

"Loh kok disini?" Tanya papanya bingung seraya menunjuk halte yang ada didepan sekolahnya.

"Ih papa, aku tuh telat. Tadi ada osis yang jagain pager. Aku males dihukum." Jelas Nayla yang membuat Daffa mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Jangan bolos ya sayang." Pesan papanya kepada Nayla.

Nayla n SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang