Kali ini Nayla berjalan dibelakang tubuh tinggi Gara dengan senyuman yang lebar. Gara sendiri heran saat melihat pacarnya itu tak berhenti tersenyum. Padahal tadi pagi saat ia menjemput, pacarnya masih normal saja.
Gara pun sampai di tempat ia memarkirkan motornya. Ia mulai mengendarainya menuju Nayla yang menunggu tak jauh dari tempat ia memarkir motor. Dilihatnya, Nayla masih mempertahankan senyumnya. Apakah bibirnya tidak pegal. Gara jadi pusing sendiri melihat pacarnya itu. Tapi senyum milik Nayla tetap membuat Gara ikut mengukirkan senyum nya.
"Kamu kenapa sih Nay? Senyum terus dari tadi. Emang gak pegel?" Ujar Gara seraya melajukan motornya keluar dari kawasan sekolah dengan Nayla yang anteng di belakangnya.
Nayla tertawa kecil mendengar ucapan Gara. "Gar, Nanda udah punya pacar ya?" Tanya Nayla seraya mendekatkan dirinya pada Gara agar suaranya terdengar. Untungnya Gara sedang tak memakai helm, jadinya Nayla tak perlu teriak teriak.
"Cepet banget ya beritanya nyebar." Ucap Gara yang tetap fokus dengan jalanan. Sedangkan Nayla tersenyum semakin lebar mendapat jawaban seperti itu.
"Iya gak Gar?" Tanya Nayla memastikan.
"Iya Sayang." Ucap Gara santai dan membuat Nayla langsung memeluk pinggang Gara saking senangnya. Gara yang mendapat pelukan tiba tiba dari Nayla agak berjengit kaget. Jantungnya berdegup tanpa tau malu. Padahal Nayla sedang menyenderkan kepalanya kepada punggung miliknya, bagaimana kalau dia mendengarnya. Malu dong. Didalam hati, Gara memaki jantungnya sendiri.
"Eh kenapa sih Nay. Kamu kayaknya seneng banget kalo Nanda udah punya pacar." Ucap Gara yang sedang mencoba mengendalikan jantungnya.
Nayla yang sadar dengan perbuatannya pun menjauhkan diri dari tubuh Gara. "Ehm, Nanda kan sahabat kamu. Aku seneng aja kalo Nanda udah punya pelindung sendiri, jadi kamu gak terlalu khawatir lagi sama Nanda." Ucap Nayla dengan gugup. Apakah kentara sekali bahwa ia sangat bahagia jika Nanda sudah punya pacar. Huh... Nayla malu.
"Iya iya aku ngerti." Kata Gara seraya membelokkan motornya ke arah yang bukan seharusnya. Nayla yang sadar kalau mereka salah jalan pun menepuk bahu Gara.
"Gara, rumah aku bukan lewat sini. Kamu lupa jalan?" Kata Nayla seraya memukul mukul bahu Gara karena ia merasa diabaikan.
Motor Gara akhirnya berhenti di pelataran sebuah kafe. Gara turun dari motornya, tapi Nayla membuang muka dan masih tetap ada diatas motornya dan mungkin tak berniat turun.
Gara tertawa geli melihat Nayla yang sedang merajuk di atas motor. Kemudian ia melangkah memasuki kafe dan meninggalkan Nayla yang masih setia diatas motornya. Nayla memandang Gara tak percaya dengan mulut yang terbuka.
"Ih kok ninggalin sih." Gerutu Nayla yang kemudian meloncat turun dari motor Gara. Ia menendang ban motor Gara guna melampiaskan kekesalannya.
Nayla masih memasang wajah kesal nya. Kakinya melangkah memasuki kafe. Lalu ia mengedarkan pandangan guna menemukan manusia yang telah membawanya kesini dan meninggalkannya di parkiran.
Pandangannya jatuh pada lelaki yang kini menatapnya dengan senyum geli dibibirnya. Nayla melangkah seraya menghentak hentakkan kakinya kesal menuju lelaki itu, si Gara ngeselin.
Nayla mendudukkan dirinya di kursi yang ada di meja itu. Kemudian menatap wajah Gara seakan akan ingin memakannya hidup hidup. Gara bergidik melihat wajah Nayla.
"Maaf." Kata Gara seraya merapihkan untaian rambut yang menghalangi wajah cantik Nayla. Nayla menggigit bagian dalam pipinya guna menahan bibirnya untuk tersenyum.
Gara tersenyum saat menatap wajah Nayla yang kini ada dihadapannya, walaupun Nayla sedang sibuk dengan ponselnya. Seorang waiters mengantarkan pesanan ke meja mereka berdua. Seingat Nayla, ia belum memesan apapun sedari tadi. Oh, pasti cowok yang ada dihadapannya yang memesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayla n Sagara
Teen FictionFollow aku sebelum mambaca. Bagi Nayla, Gara sudah seperti udara. Kalimat diatas memang terlalu berlebihan. Mungkin lebih baik seperti ini. Bagi Nayla, Gara adalah satu hal terpenting dari banyaknya hal penting dihidup Nayla. Nayla dan Gara menj...