Nayla berjalan jongkok untuk memasuki kelasnya. Untung kelasnya ada di lantai dua, jadi ada pembatas yang dapat menutupi dirinya. Dilapangan, kegiatan upacara masih berlangsung. Si pemberi amanat masih bercuap cuap tanpa lelah. Pasti teman temannya sedang mengeluh. Senangnya Nayla bisa terbebas dari upacara pagi ini.
Nayla melangkah menuju mejanya yang ada di deretan kedua dari belakang dan ada dipojok kelas. Ia langsung menduduki kursinya lalu melipat kedua tangannya diatas meja dan menyembunyikan kepalanya disana.
Pagi ini cerah. Sudah dipastikan upacara dilapangan terasa sangat panas. Lima menit kemudian terdengar suara siswa bersautan. Upacara sudah selesai dan mereka pasti sedang menuju kelasnya masing masing untuk melepas penat.
Satu persatu teman sekelasnya masuk kedalam kelas. Mereka memberikan tatapan heran pada seorang gadis yang ada dibarisan belakang pojok kelas. Siapa kah gerangan. Nayla merasakan banyak mata yang mengarah kepadanya, oleh karena itu Nayla masih asik dilipatan tangannya.
Orang orang yang duduk di depan dan belakang Nayla sudah pasti sedang dikantin. Seharusnya tadi Nayla menunggu dikantin saja. Aneh rasanya berada di pojok kelas sendirian dengan banyak mata yang menatapnya penasaran.
Tiga menit berlalu suara suara yang dikenalnya datang. Nayla menghela nafas lega. Ia masih tetap pada posisi nya menunggu hingga ada seseorang yang menyapanya.
"Bagi tisu El." Ucap seseorang.
"Nay?" Panggil seseorang dengan ragu. Karena ia tak yakin orang yang ia panggil ialah orang yang ia kenal.
Nayla akhirnya mengangkat kepalanya dari lipatan tangan. Nayla menatap gadis didepannya dengan cengiran kecil di bibirnya. Gadis didepannya menatap heran dirinya. Gadis itu, Elvina Syakillah yang biasa dipanggil El. Sahabatnya. Elvina pun mendudukkan dirinya di kursi sebelah Nayla.
"Bagi tisunya kek." Ucap seseorang yang ada di belakang kursi Nayla dan juga El.
"Dari mana Nay?" Tanya Raffi seraya mengelap wajahnya dengan tisu.
"Telat hehe." Ujar Nayla disertai cengirannya.
"Lah terus kok bisa masuk sini?" Tanya Athala heran.
Athala Fabiano dan juga Raffi Suryadana adalah teman Nayla yang mejanya tepat berada dibelakang kursinya. Mereka berempat memang terkadang terlihat bersama sama, apalagi saat ke kantin.
"Eh lah Raf bagi tisu!!" Ucap Athala kesal karena sedari tadi tangannya yang menggantung menengadah meminta tisu tak juga diladeni.
"Tisu minta ama El noh. Segepok noh. Lu mau pake tisu bekas gua?!!" Sarkas Raffi yang kesal karena ia memang tak memegang tisu.
"Yoda si." Ucap Athala pelan, lalu ia mengode El untuk memberikkannya beberapa helai tisu. Akhirnya tangan Athala terisi dengan tisu yang sedaritadi ditunggunya. Tanpa menunggu lama, ia mengelap semua keringat yang ada di wajahnya.
"Make tisu segala, udah kayak cewek lu berdua." Ujar El dengan tatapan merendahkan.
"Ye, ga gitu El. Gue sebagai cowok paling cakep seantero sekolah, wajib menjaga wajah dari hal hal yang dapat mengganggu ketampanan gue." Ujar Raffi yang diangguki setuju oleh Athala.
"Halah, muka udah kaya penggilesan gitu." Ucap El meremehkan Athala dan juga Raffi. Dua cowok itu menampilkan wajah yang tersakiti mendengar ucapan El.
"Eh Nay, Lo kenapa bisa disini?" Tanya El yang kini memusatkan perhatiannya pada Nayla.
"Naik tembok." Jawab Nayla disertai senyum manisnya. Ketiga manusia yang mendengarnya langsung melongo tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayla n Sagara
Teen FictionFollow aku sebelum mambaca. Bagi Nayla, Gara sudah seperti udara. Kalimat diatas memang terlalu berlebihan. Mungkin lebih baik seperti ini. Bagi Nayla, Gara adalah satu hal terpenting dari banyaknya hal penting dihidup Nayla. Nayla dan Gara menj...