Six

16 6 1
                                    

Nayla memasuki kelas dengan senyuman yang tak kunjung hilang. Suasana kelas masih ramai, apalagi ada pr matematika yang membuat sebagian besar penghuni kelas itu gaduh mencari jawaban. Pr itu diberikan satu minggu lalu. Tapi karena memang sebagian besar manusia jaman sekarang yang malas, pr itu tak kunjung rampung.

Nayla menuju mejanya yang kini hanya ada kursinya sendiri. Nayla menolehkan kepalanya ke meja milik Athala, dan benar disana ada El yang sedang menyalin tugas bersama dengan Athala dan juga Raffi. Entah buku siapa yang sedang menjadi pusat perhatian mereka bertiga. Hingga mereka bahkan tak menyadari kedatangan Nayla.

Nayla mendudukkan tubuhnya di kursi. Ia adalah satu dari beberapa orang dikelas ini yang tak sibuk menyalin tugas. Itu artinya Nayla merupakan satu dari beberapa manusia rajin di kelas itu.

Terkadang Nayla suka heran dengan teman temannya. Mereka kini sudah kelas dua belas tetapi mereka seperti tak ada persiapan apapun untuk menghadapi ujian nasional. Tugas saja mereka menyalin milik orang lain. Berbeda hal nya dengan Nayla yang kini sudah menjadi anak rajin. Mamanya saja sudah mendaftarkannya les sebulan setelah ia menjadi siswa kelas dua belas.

Hari harinya memang tak se-lenggang biasanya, tapi Nayla menyukai les nya. Les nya hanya dua jam sehari, itupun hanya hari selasa dan rabu saja setiap minggu. Guru les nya memberikan materi dengan gaya yang Nayla sukai, itu sebabnya Nayla semangat mengikuti les. Tapi mama nya sudah pernah bilang, bahwa dua bulan sebelum ujian nasional, les nya akan ditambahkan. Memikirkannya saja membuat kepala Nayla pusing.

"Nayla, lo udah dateng ga bilang bilang!" Teriak El seraya menarik kursinya kembali ke tempatnya.

"Emangnya kenapa?" Tanya Nayla dengan tatapan polosnya.

"Pake nanya lagi!" Seru El dengan wajah sebal. Lalu El menengadahkan tangannya seperti meminta sesuatu pada Nayla. Nayla yang mengerti kode dari El pun meraih tas nya dan memberikan buku matematika nya pada El. Wajah El langsung sumringah mendapatkan buku milik Nayla. Ia kemudian mulai menyalin tugas milik Nayla.

"Itu dibelakang contekan dari Three, tapi gue ragu jawabannya bener. Tulisannya aja gak meyakinkan." Ucap El yang masih sibuk menyalin tugas. Nayla hanya mengangguk anggukkan kepalanya mengerti.

Three ialah nama dari siswi yang bernama Gladis. Gladis ialah salah satu siswa yang mendapatkan ranking sepuluh besar di kelas mereka. Ranking terakhir Gladis itu tiga. Bukan terakhir sih, tapi selalu. Gladis selalu ada di urutan tiga selama dua tahun ini. Mereka memang dari kelas sepuluh selalu sekelas, tak ada pengacakan kelas. Karena itulah Gladis dipanggil three oleh teman temannya.

Kelasnya masih gaduh dengan suara suara yang berisik. Sampai sampai bel masuk tak terlalu jelas terdengar di telinga Nayla. Bel yang ada di depan kelasnya sedang rusak, dan karena letak bel lain itu jauh maka suaranya tak terlalu terdengar ditambah lagi kelasnya yang sangat gaduh.

Tetapi Nayla masih bisa mendengarnya. Nayla juga merasakan getaran dari dalam tas nya. Itu ponselnya. Ada pesan dari Bu Anita.

Bu Anita
Nayla
Kamu kan wakil ketu.
Kamu tolong kabarin Axel ya, suruh dia ke meja piket.
Dari tad ibu chat dan telepon tapi dianggurin sama dia.

Naylandira
Oke bu!
Siap lapan enam!

Nayla segera meminta El untuk memberinya jalan untuk lewat. El pun tak muluk muluk, langsung memberikan jalan bagi Nayla. Nayla kemudian menuju meja paling depan yang masih bagian dari barisannya.

"Axel, disuruh ke meja piket." Ucap Nayla pada Axel yang sedang sibuk menyalin tugas.

"Aduh Nay, lo aja yang kesana ya. Gue belom ngerjain pr. Liat nih, baru nomer satu. Lo kan wakil gue. Plis tolongin." Jelas Axel dengan wajah memohonnya seraya memperlihatkan buku pr nya yang memang masih ada di nomer satu. Nayla pun menganggukkan kepalanya setuju, dan membuat Axel tersenyum bahagia.

Nayla n SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang