Bagian 1

243 9 0
                                    


Menjadi seseorang yang paling disayang adalah anugerah.
Menjadi seseorang yang paling dicinta adalah istimewa.

Begitulah yang dirasakan Shofa. Ia memiliki kekasih yang paling menyayanginya dan mencintainya. Buktinya kini hubungan mereka sudah tiga tahun.

Shofa berfikir bahwa tidak akan ada seorangpun yang dapat mengambil kekasihnya itu. Dilihat dari sikapnya yang cuek terhadap lawan jenis, tentu terkecuali dengan dirinya.

Shofa bersenandung diayunan depan rumahnya. Menikmati cuaca yang sedang mendung.

Ia tersenyum ketika sepasang tangan menutup kedua matanya tiba-tiba.

Ia tidak perlu lagi bertanya, 'siapa?' karena ia sudah tahu itu siapa.

"Robi?" Katanya. Dan benar saja, kekasihnyalah yang telah menutup matanya. Shofa tersenyum. Lantas ia memeluk sang kekasih.

"Aku merindukanmu!" Ucapnya.

Robi mengelus rambut Shofa dengan lembut.

"Aku mencintaimu!" Balasnya.

Shofa melepaskan pelukannya. Dan beralih menatap kedua bola mata Robi.

"Apakah kamu akan mengajakku jalan-jalan?"

Robi menggeleng.

Shofa cemberut.

Robi tersenyum simpul. Ia menarik bibir Shofa yang sedang manyun.

"Apaan sih main tarik-tarik!" Katanya, kesal.

"Aku suka kamu cemberut dan memanyunkan bibir kamu!" Robi terkekeh.

Shofa mencubit lengan kekar Robi.

"Aku aduin ke papa baru tahu rasa!" Ancamnya.

Namun Robi tidak gentar, ia malah tertawa lebar mendengar ancaman Shofa.

"Jangan ketawa? Kamu jelek kalau ketawa!" Sambungnya, semakin kesal.

"Oh ya?" Kini Robi tersenyum. "Kenapa kamu mau sama aku?"

Shofa terdiam. Ia tidak punya alasan untuk menjawabnya.

Robi mengelus pucuk rambut Shofa.

"Kenapa sayang? Akui saja kalau aku tampan?"

"Iyaiya. Kamu tampan!" Tukasnya.

Robi tersenyum.

"Dari samping!" Sambungnya. Lalu tertawa setelah mendapat plototan mata dari Robi.

"Terserah kamu saja deh!"

Shofa benar-benar tidak bisa berhenti tertawa ketika Robi meninggalkannya. Dilihatnya ia memasuki rumah, dengan segera Shofa berlari-lari kecil mengejarnya.

"Sayang? Kamu mau minum apa?" Tanyanya ketika sudah tiba diruang tamu. Shofa mati-matian menahan sesak didadanya akibat berlari.

"Coklat dingin saja!" Sahut Robi yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Shofa bergegas kedapur. Sedangkan Robi fokus pada siasaran tausiah yang ada di YouTube.

Beberapa menit kemudian hatinya terketuk sedikit mendengar tausiah yang berdurasi lima menit itu.

"Ustadz Zainuddin?" Gumamnya.

Yaa? Yang ia dengar adalah ceramah ustadz Zainuddin Al-Banjari.

Ia dapat mengambil inti dari tausiah singkat itu. Seketika hatinya terenyuh.

Tak lama, Shofa datang sembari membawa nampan yang berisi dua gelas coklat dingin dan beberapa makanan ringan.

Robi dengan segera menutup layar ponselnya.

Ia mengambil segelas coklat dingin.

"Shofa? Sepertinya aku tak bisa berlama-lama. Aku harus pulang!" Ujarnya setelah meneguk minumannya.

"Loh? Kenapa buru-buru?" Tanyanya, terkejut.

Robi meletakkan minumannya diatas meja.

"Ada pekerjaan yang harus aku kerjakan,"

Kemudian ia berdiri dari duduknya dan disusul oleh Shofa.

"Pekerjaan apa? Bukankah hari ini hari libur?"

Robi tersenyum simpul.

"Bahkan dihari libur pun yang banyak pekerjaannya." Katanya, kemudian melenggang pergi.

Shofa memperhatikan punggung sang kekasih yang kian menjauh.

Ditinggal Nikah ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang