Bagian 2

167 7 0
                                    


Shofa sedang uring-uringan dikamar berlatar Doraemon. Satu harian ia merasa bosan ditambah lagi sang kekasih tak kunjung datang bahkan memberi kabar.

Beberapa kali ia mencoba menelpon tetapi tidak kunjung aktif. Kekesalan datang bukan main.

"Kemana sih ini anak! Telfon tidak aktif?" Ia menggerutu.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan wajah cantik wanita berkisar tigapuluh delapan tahun yang sedang tersenyum.

"Mama?"

Shofia namanya. Tidak jauh beda dengan nama sang anak, Shofa.

"Kenapa sayang?" Shofia bertanya. Ia mengelus rambut Shofa dengan lembut. "Atau anak mama cemberut karena ada masalah sama Robi, ya?"

Shofa mengangguk bak anak kecil.

Shofia menghela nafas.

"Jangan begitu, sayang? Tidak baik kamu begini terus. Dikit-dikit merasa kesal dengan Robi," nasihatnya.

Shofa berdecak.

"Bagaimana tidak kesal, ma? Sudah dari tadi malam Robi tidak ada kabar!!" Gerutunya.

"Robi sibuk dengan kerjaannya,"

"Ah mama tidak seru! Bukan belain aku, malah belain Robi!!"

Shofia menghela nafas lelah. Putrinya itu memanglah keras kepala.

"Sudah! Mama cuma mau sampaikan pesan papa kamu, bahwasanya sepekan yang akan datang kamu akan berangkat ke Australia!"

Shofa membulat.

"Australia?" Shofia mengangguk. "Akhirnya aku akan ke Australia,"

Shofia tersenyum.

"Syukurlah!"

"Tapi, ma? Aku bakalan jauh dari Robi, ya?" Tanyanya.

Shofia menggeleng.

"Tidak juga! Kalian masih bisa video call! Bukankah Robi selalu merindukanmu!"

"Kalau Robi nanti berpaling hati bagaimana?" Tanyanya, khawatir.

"Seharusnya kamu menghawatirkan diri kamu. Bukankah di Australia banyak laki-laki yang lebih tampan?"

Shofa manyun.

"Mama apaan sih, ma? Robi tetap nomor satu! Tidak ada orang lain selain Robi!!" Tegasnya.

Shofia mengangguk.

"Nanti mama mau bicara sama Robi ya? Mama mau suruh dia selalu menunggu kamu,"

Shofa tersenyum.

"Tidak mama suruh pun Robi pasti selalu jaga hatinya untuk aku. Karena Robi sangat mencintaiku!" Ucapnya penuh percaya diri.

Shofia balas senyum.

"Baiklah, baiklah!" Lalu ia melenggang pergi meninggalkan Shofa.

Shofa mengambil foto yang berdiri angkuh diatas nakas. Disana ada foto dirinya dan sang kekasih yang sedang tersenyum bahagia menatap kamera.

Lagi-lagi Shofa tersenyum. Ia memeluk foto itu dengan penuh kasih sayang.

"Aku sangat mencintaimu. Kamu yang selalu melindungi sewaktu masih duduk dikelas menengah atas. Aku dibully, tapi kamu selalu datang tepat waktu untuk menolongku! Kamu selalu menemaniku disaat teman-teman yang lain tidak peduli denganku! Kamu malaikat bagiku. Oleh karena itu aku sangat mencintaimu, Alfarobi!!" Ia bermonolog.

Kemudian ia meletakkan foto itu kenakas.

"Aku pastikan, kamu akan tetap milikku. Tidak akan ada perempuan manapun yang boleh mendekatimu bahkan untuk bersamamu." Lagi-lagi ia bermonolog dengan nada dingin.

Ditinggal Nikah ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang