1. Huwelijksfeest (Pesta Pernikahan)

1.8K 155 118
                                    

Filosofi cinta dalam setengah sendok teh,

dan dalam setengah sendok teh kita temukan rasa itu. Menjadi secangkir dari rasaku dan rasamu..

Di penghujung senja, tempatmu biasa menantiku. Kemudian di ufuk timur, tempatku biasa menjemputmu.

Surya tidak terbit di sisimu. Pun tidak terbenam di sisiku. Meski kita bernaung di dalam cakrawala yang sama..

Dariku, masa yang tidak memiliki detik bahkan batas.

Revandio Pranadipa, seringkali ia benci berada di keramaian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Revandio Pranadipa, seringkali ia benci berada di keramaian. Menjadi pusat perhatian orang. Tapi mau bagaimana lagi? Ini adalah pesta pernikahan ayahnya. Revan tidak bisa melarikan diri, kecuali ia ingin dianggap anak durhaka dan tidak tahu balas budi. Sejujurnya, Revan tahu, sangat tahu. Perempuan yang memegang koktail red wine di depan sana. Boleh jadi sebenarnya lebih ingin melempar koktail itu ke wajah Revan daripada meminumnya.

Lydia Fransisca, satu-satunya putri dari Paramitha. Mereka beberapa kali bertemu di acara jamuan makan malam keluarga. Dan dinner terakhir berujung pada Lesmana Pranadipa dan Paramitha yang mengumumkan tentang pelaksanaan pernikahan mereka. Bukan hal yang mengejutkan sebenarnya, karena baik Revan maupun Lydia sudah membaca tujuan itu.

"Kita harus membatalkan pernikahan itu," kata Lydia ketika acara makan malam usai. Di meja hanya menyisakan mereka berdua yang duduk bersebelahan.

Jadi posisi makan yang ayahnya ciptakan seperti ini, Revan duduk berseberangan dengan Paramitha lalu Lydia duduk berseberangan dengan Lesmana. Alasannya klasik, supaya lebih cepat berbaur dan akrab.

"Kenapa?" tanya Revan.

"Kok kenapa sih? Ya, memangnya lo mau berbagi harta warisan?" Lydia menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Aneh. Justru lo yang lebih cocok mengadakan pesta pernikahan."

Senyum tipis Revan tersemat. "Terus lo mengajak gue membatalkan itu supaya kita yang menikah?"

Lydia meliriknya sebelum mendengus. "Oh iya, gue lupa kalau lo punya tingkat kepercayaan diri di atas rata-rata manusia normal."

"Gue enggak bergantung hidup sama harta warisan." Revan mengangkat sebelah tangannya menyentuh kepala Lydia. "Relakan aja kebahagiaan mereka ya, Adik kecil."

Lydia menepis tangan Revan, seolah-olah tangan itu mengandung racun berbahaya. "Sinting!" Kemudian pergi melangkahkan kaki dengan hentakan.

Setelah itu mereka hanya bertemu lagi saat fitting gaun dan jas. Sampai akhirnya pernikahan itu dilangsungkan di sebuah taman dengan dekorasi garden party. Waktu dilangsungkannya pesta pernikahan juga di pukul lima sore. Sangat khas kaula muda kan? Revan dan Lydia hanya mampu tersenyum penuh makna untuk hal itu.

1/2 Sendok Teh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang