DIRA-VANO-7

9.2K 372 21
                                    

Membuntuti Evano dari belakang.

Anindira mengikuti langkah suaminya, bukan karena tidak tau mau kemana tujuan Evano. Anindira tau, langkah suaminya menuju rumah mertuanya tersayang. memang sengaja tidak mau jalan lebih dulu. Anindira yang berjalan sambil menunduk, tiba-tiba menabrak punggung suaminya karena berhenti tanpa sebab.

"Eeh-eeh," latah Anindira terkejut.

Terkejut hingga berdecak kesal, Anindira melangkah dan berada di samping Evano, memukul pelan lengan orang di depannya. "Apaan sih, Ra." kesal Evano mengelus lengannya. "Mas, yang apaan berhenti gak bilang-bilang." kesalnya cemberut, "lagian ngapain berhenti di jalan?!" sambungnya. Untung saja mereka berhenti di jalan perkomplekan. Kalau berhenti di jalan raya kemungkinan rumah sakit tempat mereka  selanjutnya.

Diam dan menatap tepat di iris mata Anindira, itu tanggapan Evano dari pertanyaan istrinya. Aneh, Evano bukannya segera beranjak, justru diam dan mengusap singkat puncak rambutnya. Anindira, sempat baper tapi telunjuk jari Evano, menyentuh jidat Anindira  dan mendorongnya pelan, seakan membuat rasa bapernya dikecewakan. "Bodoh banget, ngapain ikutan berhenti?" Evano menarik satu alisnya ke atas, ekspresinya sekarang benar-benar membuat Anindira geram, menyebalkan!

Walaupun ditonyor, Anindira tidak marah. Ia menerima perlakuan apapun yang Evano lakukan. Selama, tidak berselingkuh darinya, maka semuanya aman-aman saja. Evano memang tidak romantis. Ia selalu mencoba menghargai Evano yang seperti ini. Sifat orang tidak bisa dipaksakan. Tapi, bukan berarti ia menyerah. Disetiap doanya, selalu terselip keinginan agar Evano dapat sedikit romantis padanya. Perempuan normal sepertinya ini, pasti mendambakan hal itu pada hubungannya.

Melipat kedua tangannya di dada, melanjutkan langkah yang diikuti Evano, "kirain ada duit jatoh atau apa," jawab Anindira penuh jujur.  Evano memepetkan tubuhnya pada Anindira, "Nggak ada apa-apa. Sengaja, biar kamu nempel sama aku. Dari kemarin jauhan terus." Lalu menarik tangan Anindira agar mendekat dan dirangkulnya pundak istrinya. Padahal kalau dipikir, yang membuat keduanya jauhan kan karena Evano sendiri sering marah tanpa sebab.

Yang baru saja adalah perlakuan romantis, kan? Apa doa-doa Anindira baru saja terjawab? Ah, sepertinya, iya.

Malu adalah respon normal, Anindira tertunduk bersamanya tangan Evano mengusap puncak rambutnya lagi sesaat sebelum keduanya kembali melangkah . Evano merangkul Anindira begitu posesif, tapi tetap mengizinkan istrinya untuk bisa bernafas.

"Loh, kok tumben rangkul-rangkulan?" heran Mita, mertuanya--saat keduanya sudah berada di rumahnya. Belum pernah, Mita melihat hal seperti itu. Sebagai ibu, tau jika Evano tidak bisa romantis. Dan, yang anaknya bisa hanyalah bertingkah menyebalkan atau membuat orang lain marah-marah. Meski begitu, Mita juga tau--Evano laki-laki dengan perasaan yang tulus, jika sudah menyayangi seseorang maka rasa sayangnya tidak akan main-main. Tidak tau juga, kalau kemungkinan itu bisa berubah kapanpun.

Sejatinya sifat orang begitu, berubah-ubah seperti Bunglon.

Keduanya terkekeh, seperti berbahagia tanpa batas. "Pengantin baru harus begini, Ma." jawab Evano menaik-turunkan alisnya.
Mita mencibir, "heleh! Mama maklumin deh. Oiya, mama mau pergi ke rumah tetangga sebentar ya." Mita beranjak dari tempatnya tepat saat kedua anaknya mengangguk. Melangkah, keduanya menuju kamar Evano.

Di depan pintu--sebelum membukanya--tubuh Anindira berputar membelakangi pintu karena Evano. Mendongak, Anindira justru mendapati Evano yang tersenyum manis padanya, "kenapa, sih. Sok cakep," ejeknya lalu terkekeh, padahal hatinya sudah berdiskotik. Satu tangan Evano memutar knop pintu sehingga memberi sedikit celah, sedangkan yang satunya mengelus lembut lengan istrinya.

Mendorongnya, hingga celah lebah membiarkan cahaya dari dalam kamar tertangkap oleh penglihatan keduanya yang masih berada di luar. Tangan Evano segera berpindah pada pinggang Anindira, itu tak luput dari perhatiannya--hingga tersenyum malu-malu. Untung saja tidak ada orang lain di rumah ini. Segera, Evano kembali menutupnya.

My Tetangga Is My HusbandII (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang