3. Pacar

30.7K 548 65
                                    

Jam menunjukkan pukul dua belas malam, Alice baru saja menyelesaikan semua tugas-tugas yang harus dikumpulkan besok pagi. Matanya sudah terasa berat, rasa kantuk menyerangnya sejak setengah jam yang lalu.

"Waktunya tidur." Alice berseru antusias, tak sabar ingin segera menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang empuk.

Namun, panggilan alam menunda hal tersebut. Alice berdecak, mau tidak mau ia harus ke toilet terlebih dahulu sekalian cuci muka. Tak berselang lama Alice keluar dari toilet, bersiap untuk menghambur ke kasurnya yang menanti. Tapi, alih-alih langsung beranjak ke kasur, ia malah tertahan di ambang pintu ketika netranya melihat siluet seseorang masuk ke kamarnya lewat jendela.

"Yaaa!!!" Spontan Alice berteriak, melotot saat mengenali siapa yang baru saja menyelinap ke kamarnya. "Ragas! Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Ia benar-benar panik karena orang yang tak lain Ragas——tetangganya——berjalan gontai ke arahnya dengan ekspresi datar yang terlihat begitu menyeramkan. "Setop! Jangan mendekat!" Tapi sepertinya cowok itu tak mendengarkan peringatan Alice.

"Yaa, Ragas———" Alice tercekat karena Ragas sudah berada tepat di depan matanya, semakin dekat. Bahkan sangat dekat sampai ia harus menahan napas ketika bau menyengat menyeruak dalam indera penciumannya.

Alice bukan anak nakal, tapi ia tahu bau macam apa yang menguar dari Ragas. Semacam bau minuman laknat yang seharusnya tidak dikonsumsi, tapi sepertinya cowok itu baru saja mengkonsumsinya. Untuk sepersekian detik Alice mematung, matanya tak bergerak sekalipun, tetap mengawasi Ragas yang tiba-tiba mencondongkan tubuhnya.

"Hei!" Alice memekik, matanya nyaris lompat saat Ragas mencondongkan tubuhnya ke depan wajahnya. Ia spontan mundur, tapi tertahan oleh tangan Ragas yang sudah meraih gagang pintu dan perlahan menutupnya.

Tatapan Ragas yang tidak beralih sedetik saja darinya, membuat Alice ketakutan, merasa sangat was-was, takut jika cowok itu akan berbuat macam-macam padanya. Apalagi saat ini ia berada di rumah sendirian dan kehadiran Ragas di kamarnya merupakan bahaya besar untuknya. Terlebih dengan kondisi cowok itu yang dalam pengaruh minuman laknat.

"A-p-apa yang kamu la-lakukan di kamarku?" Meski takut, Alice memaksa mulutnya terbuka. "Pe-pergi!" Ia mengusir Ragas, mengacungkan telunjuknya ke jendela kamar yang terbuka. Sial, bagaimana cowok itu bisa masuk. Seingat Alice, ia sudah menutup dan menguncinya dari dalam. Apakah ia teledor lagi?

Alih-alih menuruti ucapan Alice untuk segera pergi, Ragas malah melangkah maju, menepis jarak yang tak lagi tersisa, menghimpit Alice ke pintu kamar mandi dan tangannya terulur menurunkan telunjuk Alice.

"Ka-kamu——" Alice melotot, terlambat menyadari apa yang hendak Ragas lakukan dengan memiringkan kepala dan menekan kepalanya ke pintu kamar mandi.

Untuk sepersekian detik Alice merasa tubuhnya melayang, tak tentu arah, seakan terombang-ambing tanpa tujuan. Hingga sentuhan lebih menuntut di bibirnya menyadarkan Alice akan apa yang tengah terjadi. What the hell! Kesadaran mengambil alih tubuh Alice, spontan mendorong dada Ragas yang dengan lancang menciumnya. Namun, pertahanan cowok itu begitu kokoh sampai dorongan tangannya tak memberikan efek apa pun, yang ada malah kedua tangannya berhasil dilumpuhkan.

"Ra-gas!" Alice tak menyerah, memberontak. Jelas ia tak akan pasrah jika Ragas yang bukan siapa-siapa dirinya berani menciumnya seperti sekarang. Merasa tindakan cowok itu sudah sangat keterlaluan dan membuatnya serasa sedang dilecehkan. Serta Alice tak ingin sesuatu yang lebih buruk terjadi padanya malam ini. "Hen-ti-kan!" Gelengan kepala yang dilakukan Alice nyatanya tak mampu membuat Ragas menghentikan aksinya.

Alice tak mau pasrah, tapi keadaan menuntutnya untuk menyerah. Mungkin di luaran sana banyak gadis seusia dirinya yang menantikan momen ini, bahkan bisa jadi akan dengan suka hati menyodorkan diri untuk dicium Ragas. Tapi tidak dengan dirinya, alih-alih menikmati apa yang cowok itu lakukan atas bibirnya, Alice merasa hina dan kotor karenanya. Seandainya ia diberi satu keajaiban, Alice ingin Ragas segera menghilang dari pandangannya. Tapi hal itu mustahil karena ini bukan mimpi, tapi nyata, benar-benar nyata sampai Alice merasa ingin mati saja.

Bad Boy On My Bed (Re-Publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang