Siapa pun tolong aku!
Alice hanya bisa menjerit dalam hati, mencoba memberontak meski tubuhnya enggan diajak melawan. Seakan reaksi tubuhnya justru berbalik mengkhianatinya, seolah-olah respon tubuhnya menghendaki apa yang sedang Ragas lakukan terhadapnya.
Bukan sekedar dibungkam dengan kecupan bibir yang singkat, tapi Ragas berhasil memporak-porandakan pertahanan bibirnya untuk tetap terkunci rapat. Ya, Ragas berhasil menerobos dan mengacak-acak lidahnya, menyisir dengan brutal seisi mulutnya sampai Alice kesulitan bernapas.
Beruntung suara bel pintu mampu menyelamatkan Alice, sebelum ia benar-benar kehabisan napas karena ulah Ragas. Ketika suara bel pintu menginterupsi keduanya dan membuat Ragas mulai lengah, di saat itulah Alice menggunakan kesempatan itu untuk meloloskan diri. Ia mendorong kasar Ragas hingga cowok itu nyaris terjungkal jika saja tangannya tidak sigap berpegang pada kursi di belakangnya.
"Biar aku saja," ucap Alice, bergegas bangun dari tempat duduknya. Tanpa menunggu respon Ragas, Alice buru-buru pergi untuk melihat siapa yang bertamu malam-malam ke rumahnya. Sekaligus jadi kesempatannya untuk kabur dari cowok berengsek yang terus-terusan mencuri ciumannya.
"Ragas sialan!" Sepanjang jalan, Alice tak berhenti mengutuk Ragas. Sembari mengusap-usap bibirnya, merasa jijik sendiri.
Setibanya di depan pintu, Alice mencoba meredam emosinya sambil mengatur napas. Ia nggak boleh menunjukkan amarahnya pada seseorang di depan pintu, apalagi jika itu tamu mamanya. Tapi ngomong-ngomong siapa yang bertamu malam-malam begini? Apalagi mamanya sedang nggak ada di rumah. Tak ingin bergelut dengan rasa penasaran, Alice langsung membukakan pintu ketika bunyi bel terus dibunyikan. Tamu di luar sana benar-benar tidak sabaran.
"Hai." Sapaan riang menyambut Alice ketika pintu terbuka. Seseorang berdiri di hadapannya dengan senyum ramah dan orang itu Alice kenal.
"Brianna?" Alice tampak heran mendapati cewek yang baru dikenalnya kemarin kini berdiri di depan rumahnya. "Kok kamu bisa ada di sini———"
"Ragas di sini 'kan?" Brianna memotong ucapan Alice, menyerobot masuk tanpa permisi. "Kata mamanya, dia ada di sini." Brianna menoleh pada Alice yang masih terpaku di depan pintu. "Apa dia di dalam?"
Belum sempat Alice menjawab pertanyaan Brianna, cewek itu sudah menyelonong masuk tanpa meminta izin lebih dulu kepadanya. Melihat bagaimana nggak sopannya Brianna, Alice hanya bisa mengembuskan napas kasar. Nggak cukupkah kehadiran Ragas merusak ketenangannya, lalu sekarang ditambah kemunculan Brianna tanpa diduga. Lengkap sudah kesialan Alice malam ini.
Nggak ada yang bisa Alice lakukan, selain mengekori Brianna ke ruang makan di mana Ragas berada. Mau marah pun Alice nggak bisa, meski batinnya sudah merongrong kesal dan sangat berhasrat untuk mendepak dua tamu tak diundang itu dari rumahnya. Alice butuh ketenangan dan kehadiran dua orang itu hanya akan menggangu waktu istirahatnya.
"Ternyata lo beneran ada di sini?" Suara Brianna menginterupsi Ragas yang sedang fokus dengan ponselnya.
Ragas mengangkat wajahnya, cukup terkejut melihat kemunculan Brianna. Namun, ia berhasil menjaga ekspresinya tetap tenang, walau dari sorot matanya terlihat jelas jika dirinya nggak menyukai kedatangan Brianna. "Dari mana lo tahu gue ada di sini?"
"Nyokap lo," jawab Brianna, menarik kursi di hadapan Ragas dan duduk dengan anggun. "Kalian lagi mau makan malam?" tanyanya basa-basi saat melihat makanan yang tersaji di atas meja. "Pasti masakan nyokap lo," Tebakan Brianna tepat sasaran seolah ia bisa mengenali masakan mamanya Ragas hanya lewat aromanya, "pas banget, gue juga belom makan mal———" Brianna tercekat ketika Ragas dengan cepat menghentikan gerakan tangan Brianna yang hendak mengambil nasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy On My Bed (Re-Publish)
RomanceAlice Olivia Hansen terguncang di pagi hari saat mendapati seseorang berada di atas tempat tidurnya. Seperti dihimpit batu besar, Alice melebarkan mata dan merasa dadanya begitu sesak ketika mengenali sosok itu yang tak lain tetangganya sendiri. Rag...