Wad POV
Sudah dua bulan setelah kejadian itu dan selama itu pula Beam selalu menghindariku. Apa yang terjadi pada anak itu? Tidak ada yang menyadari keanehannya kecuali diriku. Memang dia selalu terlihat kaku didepanku namun kali ini jauh lebih kaku dan formal.
Setiap kali aku bertemu dengan Beam dilorong, dia selalu menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat namun aku merasa dia mencoba menyembunyikan sesuatu dariku karena kali ini aku tidak dapat menebaknya seperti saat Beam mulai mengetahui tentang dirinya.
Saat itu aku secara tidak sengaja melihatnya. Melihat Beam dengan raut wajah terkejut setelah keluar dari kamar Baremee oji-san. Dari raut wajahnya dapat kutebak ia habis melihat sesuatu yang seharusnya tidak diketahuinya.
Aku tidak tahu apa yang sudah dilihat Beam. Namun dapat ku tebak sesuatu itu pasti berhubungan dengan dirinya. Karena untuk bebetapa hari dia seakan menjauh dari kami.
Kami tidak pernah menyimpan identitas Beam sebagai Tee. Karena setelah mengetahui identitas asli Beam. Kami langsung melenyapkan sebuah bukti-bukti tersebut sehingga tidak ada yang mengetahui identitas asli Beam sampai dia cukup kuat untuk mengetahui kebenaran tentang dirinya sendiri.
Lagi pula Beam tidaklah bodoh. Bukti dia menjadi dokter menandakan otaknya tidak bodoh sampai kami membodohi dengan foto-foto editan tersebut. Hanya menunggu waktu saja sampai ingatannya kembali.
Dan sebelum semua itu terjadi, aku memerintahkan seluruh anak buahku untuk menutup mulut mereka, jika mereka masih menyanyangi nyawanya. Atau jika Beam menanyakan kebenaranya, kami tidak akan memberitahunya sampai semuanya aman. Setidaknya sampai kami menyelenyapkan Mafia Korea yang mengincar nyawa Beam.
Walaupun Bean mengetahuinya identitas aslinya, hal itu tidak akan mengubah apapun karena Tee tidak memiliki siapapun lagi selain kami dan kakaknya yang menghilang. Jadi ia hanya bisa menjadi Beam dan menjadi bagian dari kami.
"Beam, bisa minta waktumu sebentar?" Aku berdiri didepan pintu kamar Fluke.
Beam menoleh padaku kaget kemudian saat mata kami bertemu, secepat kilat ia menundukkan padangannya.
Lihat. Dia bersikap aneh?
Setelah menidurkan Fluke, Beam akan kembali kekamarnya. Itu adalah kegiatan yang selalu Beam lalukan setelah kejadian itu.
Waktu sudah menujukkan pukul 11.45, kurang 15 menit sebelum tengah malam. Dimana semua orang telah tertidur dan hanya beberapa orang saja yang masih berjaga.
"Apa kau masih memiliki waktu?" tanyaku lagi
"Masih tuan Wad"
"Ayo kita pindah ke tempat lain"
Beam bangun dan mengikutiku dari belakang. Namun saat melewati pintu geser. Beam tidak segaja tersandung dan hampir terjatuh sebelum dengan tangkasnya aku menangkap tubuhnya.
"Tu..tuan ma..maafkan aku" Beam cepat-cepat mendorong tubuhku sambil menunduk meminta maaf.
Dapat kulihat telinga putih Beam terlihat merah. Apa telinganya juga kesakitan? Kakinya yang tersandung? Mengapa telinganya yang merah yah? Sudahlah tidak penting.
"Tidak apa-apa. Ikuti aku"
🍣🍣🍣🍣🍣
KAMU SEDANG MEMBACA
(TaeTee) Black Suit and Sushi (Edit-ongoing)
Romancewarning ❌ cerita ini mengandung (boy x boy, yaoi, boylover, NC 18+ little romance) Update rutin : Minggu (bila memungkinkan 2 kali seminggu) Kesalapahaman, Harem, Cinta, Benci, Pertentangan main Cast TaeTee