[ 09 ] Mess

2.9K 446 145
                                    

Pukul 22.43

Tubuh proporsional tergeletak di atas kasur dengan setengah badan tertutup selimut tipis. Ini sudah memasuki awal April, cuaca dingin perlahan mulai teratur menjadi hangat karena ini adalah Minggu Golden Week Musim Semi di Kanto.

Cuaca sejuk membuat semua orang meminimalisir penggunaan AC dirumah , namun Akaashi menyalakannya. Pemuda itu kelihatan gusar. Bangkit dari posisi tidur, duduk, lalu tidur lagi, duduk, bangkit lagi. Tangannya menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

"Apa yang kukatakan pada [Lastname] kemarin benar-benar tidak pantas." Ucapnya.

Sudah 2 hari semenjak kejadian Akaashi dan Bokuto menemui [Name] di cafe. Bayang-bayang saat pemuda itu mengatakan 'Jangan dekati siapapun' selalu melintas hampir setiap saat. Padahal Akaashi dan [Name] hanya sepasang teman baik yang cukup spesial ( untuk saat ini ). Entah Akaashi yang cemburu atau mulutnya reflek bicara begitu. Wajar saja , kan kalau dia akhirnya frustasi begini?

"Seharusnya aku merasa tenang karena tidak membicarakan 'itu', tapi kenapa aku gelisah begini.." gerutu nya kemudian kembali tiduran di kasur.

Awalnya memang terasa senang karena pada akhirnya 'Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu' berganti menjadi 'Aku ingin memperkenalkan temanku padamu.' Tapi siapa sangka akhirnya akan seperti ini? Akaashi mengutuk dirinya sendiri.

"Kurasa lebih baik aku tidur, setidaknya itu bisa mengobati kekacauan otakku malam ini."

Akaashi menyelimuti dirinya, kemudian mencoba memejamkan matanya.

"[Full Name], berhenti berlari-lari di kepalaku."

.

.

.

.

"Pukul berapa ini ?"

Malam gelap sudah terlewat , langit mulai menampakkan sinar kuning pekat dilangit. Akaashi menyipitkan matanya, menghalau sinar matahari yang langsung menabrak iris nya. Kemudian ia bangkit perlahan, melirik ke arah jam yang berdiri di meja.

"6.30..." 

Pemuda itu duduk di tepi kasur, sedikit menunduk sambil mengusap matanya yang berair, kemudian stretching untuk membuat otot berkontraksi.

"Selamat pagi.." Gumamnya pelan sambil meraih handuk di belakang pintu, kemudian keluar dari kamar dan menjadikan kamar mandi sebagai destinasi pertama di pagi ini.

"Pagi." sapanya singkat pada seorang wanita berapron di bak cuci piring.

"Selamat pagi, sayang. Kau bangun agak terlambat." sapa wanita itu lembut, Akaashi terus berjalan tanpa menatap lawan bicaranya.

"Semalam agak kacau, aku akan segera mandi." ucapnya singkat kemudian langsung masuk ke kamar mandi.

"Baik. Aku akan siapkan sarapan mu."

Hanya perlu waktu 10 menit bagi Akaashi untuk membersihkan dirinya. Sang setter kelar dari kamar mandi kemudian kembali menuju kamarnya.

"Hari ini latih tanding dengan... Nekoma?" Akaashi menatap kalender diatas meja.

Akaashi selesai melilit dasinya. Setelah memakai jas , pemuda itu mengambil tas nya dan lekas menuju dapur untuk sarapan. 

"Hah, hari ini aku bawa bekal lebih ,ya ,Bu. Akan ada lati-"

"Keiji-kun," Wanita- bukan. Gadis itu menoleh dari punggungannya dan memegang semangkuk acar brokoli , makanan kesukaan Akaashi.

Akaashi membatu, keningnya mengernyit dan tatapan nya aneh. Tangan yang agak bergetar menjatuhkan tas sekolah dengan tubuh yang masih berdiri tegak didepan pintu dapur. Error, tidak bisa mengerti apa yang sedang ia tatap ini nyata atau tidak. Seperti tidak bisa menerima kenyataan bah- Oke, stop. Sungguh hiperbol.

« Cafetaria » - Akaashi K. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang