Kim Taehyung – Seoul, 14:45 p.m.
Karena wanita itu sudah melihat apa yang telah kulakukan bersama dengan Yeoreum, aku tidak merasa malu sedikitpun. Hanya saja, aku baru tahu kalau wanita itu adalah wanita yang sama dengan yang menabrakku saat kemarin sore di depan ruang rapat. Menyebalkan. Sekaligus aneh juga sih mengingat apa alasan Jimin mengerjakan tugas dengannya, padahal mereka berbeda fakultas.
Aku menghela napas lega saat orgasmeku telah kulampiaskan. Aku melepas kondom dan membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya, aku menyuruh Yeoreum memakai pakaiannya lagi. Sementara aku membersihkan cairan orgasmeku di sekujur penisku.
“Kau harus segera pulang.” Ujarku.
Yeoreum menatapku dengan tatapannya yang menyedihkan. “Tae—kumohon, bisakah aku tetap di sini? Sampai dua atau tiga jam saja, hingga tubuhku membaik. Bokongku sakit sekali.”
“Oh, kau tidak mau pergi?”
“Oke—oke, baiklah. Aku pergi. Tapi jangan pernah gantikan aku dengan siapapun wanita. Hanya aku yang boleh bersamamu.” Percaya diri sekali. Tapi terserahlah. Biarkan saja dia mau menganggap apa, yang jelas, aku tidak peduli.
Yeoreum pergi dari apartemenku. Setelahnya, aku keluar dan pergi ke ruang tamu untuk melihat seorang wanita tengah fokus pada laptop di hadapannya. Tumpukan kertas menyertai pekerjaannya. Aku menghampirinya.
Awalnya, wanita itu tidak menyadari kedatanganku. Tapi akhirnya ia mendongak dan menatap wajahku. Ia mengernyitkan keningnya dan bertanya, “apa lihat-lihat?” Berani sekali. Menarik perhatian.
“Nadine? Jadi kau yang bernama Nadine?”
“Dan ternyata kau yang bernama Kim Taehyung. Aku baru tahu. Pantas saja. Menyebalkan dan gila,”
Aku bingung. “Tunggu—apa katamu?”
“Kau menyebalkan dan gila. Kau tidak meminta maaf atau membantuku membereskan kertas dan berkas yang kubawa kemarin. Kau langsung saja meninggalkanku hanya dengan kalimat tidak mau. Sekarang, apa yang kau lakukan di sini, huh?”
“Ini apartemenku.”
“Ini apartemen Jimin,”
“Dan Jimin adalah teman satu apartemenku. Kami membagi uang sewa menjadi dua, untuk lebih meringankan.”
Nadine memutar bola matanya. “Terserahlah, intinya, bisakah kau pergi? Jika kau hanya ingin merusuh, lebih baik kau tinggalkan aku. Tapi jika kau ingin meminta maaf padaku soal kejadian kemarin, aku akan mendengarkan. Waktumu tiga menit.”
“Percaya diri sekali kalau aku akan meminta maaf?”
Pintu apartemen terbuka. Jimin datang dengan membawa bungkusan berisi pizza dan beberapa minuman di tangannya. Ia terkejut melihatku yang berada dekat dengan Nadine, padahal awalnya ia memperingatkanku untuk tidak pergi ke ruang tamu.
Jimin berdecak sebal. “Tadi kubilang apa?”
“Aku hanya menyapanya saja. Belum kupakai tubuhnya.”
“TAEHYUNG!”
Nadine mengernyitkan keningnya lagi. “Apa katamu? Kau benar-benar sudah gila atau apa, sih, huh? Mulutmu tidak bisa dijaga, ya. Tidak pakai otak kalau bicara. Sembarangan saja. Kau pikir, semua orang menginginkanmu? Tidak!”

KAMU SEDANG MEMBACA
HALF NIGHT STAND
Fanfikce[VERSI LENGKAP HANYA ADA DI EBOOK] Bagi banyak orang, terlebih lagi wanita, Taehyung adalah sosok pria sempurna yang namanya selalu disanjung di mana saja. Namun bagi Baek Nadine, Taehyung adalah pria menyebalkan yang pernah ditemuinya. [🔞WARNING:...