"sorry, maafin gue. gue harus pulang."
tidak seperti biasa, pagi ini langit tidak cerah, tapi tidak mendung juga. mentari memunculkan diri malu-malu, masih bersembunyi dibalik awan yang serupa kapas.
pria itu mengaduk minumannya, bahkan sejak 15 menit yang lalu, gelas kopinya masih terisi penuh. tidak berkurang sedikitpun.
"mikirin apa sih?" si pria terkejut, karena tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya. namun begitu melihat siapa yang tadi mengagetkannya, dia malah tersenyum tipis.
"kenapa kak? daritadi gue liatin lo kayak sedih gitu." pria cho meletakkan kopinya tepat disebelah kopi milih han seungwoo. lantas menatap pria han intens.
"something happen with you?" pria han menggeleng, tapi bukan cho seungyoun namanya jika tidak bisa mengerti gerak-gerik pria disebelahnya.
"gue tau, ada sesuatu kan? apa?" seungwoo menghela nafas, kini menyeruput sedikit minumannya yang mulai dingin.
"gue harus bicara sama kalian semua." seungyoun mengangguk, menghubungi wooseok agar segera menuju kafe bersama sembilan temannya yang lain.
"ada apa?" tanya yohan begitu mereka sampai disana. seungwoo hanya bisa mengehela nafas. tidak, dia belum siap. tapi, teman-temannya pasti akan merasakan sakit jika dia tidak segera memberitahu.
"ah, lo mau pindah ya?" semuanya sontak menatap kearah hyeongjun, anak laki-laki itu bahkan sudah menahan tangisnya. tidak sekarang, hyeongjun. jangan menangis sekarang.
"ngomong apa sih jun? kak seungwoo gak kemana-mana." kata dongpyo tegas, tidak mungkin. pria han yang dia anggap sebagai ayahnya itu mana mungkin pergi, kan?
hening beberapa saat, semuanya menunggu seungwoo bicara.
"berat ya ngasih tau sekarang?" hyeongjun kembali bersuara. cukup hyeongjun, jangan bicara begitu.
seungwoo menghela nafas kasar, menatap kesepuluh temannya bergantian. teman yang sudah menjadi keluarganya. teman yang sudah menjadi bagian hidupnya. teman yang menemani dan mendukung karir dan cita-citanya. teman yang, akan menbuatnya sakit jika melihat mereka sedih.
iya, bagi han seungwoo. mereka seberharga itu.
"kalian, percaya sama hyeongjun?"
"kak seungwoo jangan ngada-ngada. ga kemana-mana kan?" ucapan hangyul membuat dada seungwoo semakin sesak, kenapa harus seperti ini?
"kak? beneran?" eunsang bertanya dengan suara bergetar, sementara junho disebelahnya menepuk bahu pria lee, menenangkan agar tidak menangis.
"kak seungwoo, jangan tinggalin dodo." dohyon mulai terisak, diikuti dongpyo dan hyeongjun.
"jangan nangis, kak seungwoo kan belum ngomong apa-apa." ucap minhee menenangkan.
"maaf." ucap seungwoo parau, detik itu juga, tangis dohyon semakin keras. anak itu tau, dan dia takut. takut kehilangan seungwoo.
"kak? beneran?" tanya wooseok, masih berusaha biasa saja. padahal semuanya juga tau, wooseok juga sedih.
"maaf, please maafin gue."
"kenapa lo harus pergi? kita bisa usaha bareng-bareng." ucapan junho disetujui oleh anggukan dari hangyul dan minhee. andaikan bisa, seungwoo juga tidak mau pergi.
"maafin gue, tolong maafin gue."
"kenapa harus secepat ini? gue ga siap."
"yohan, gue juga sama. gue ga siap, gue ga mau ninggalin kalian. tapi, gue ga bisa nolak."
"kapan lo pergi?"
"nanti sore."
"aku boleh ikut antar ke bandara kan?" seungwoo mengangguk, mengiyakan pertanyaan dongpyo.
sore ini, tepat pukul 16.00, mereka bersebelas berkumpul di bandara. bergantian memeluk seungwoo. tidak siap melepas sosok pemimpin mereka yang luar biasa.
"gue ga tau mau bilang apa, intinya yang terbaik buat lo." seungyoun menepuk bahu seungwoo sembari memeluknya. pria itu menyeka kasar air mata di pelupuk matanya.
"kak, makasih ya udah baik sama gue. ah, gue gak tau bisa ketemu orang sehebat lo dimana lagi." yohan terkekeh, begitupun seungwoo. tapi siapapun tau, dibalik tawa itu, keduanya terluka.
"kak, makasih udah ngajarin gue jadi orang yang dewasa. gue gak lupain lo. jangan lupain gue."
"iya gyul, lo juga hebat banget. gue bangga."
"kak, gue gak tau mau bereaksi gimana. gue sedih, sebenernya ga mau lo pergi. tapi, ah gak tau."
"kurang-kurangin ngomong sendiri jun, gue bakalan kangen kelakuan lo pasti."
"kak seungwoo."
iya, tanpa banyak kata, dongpyo memeluk seungwoo seerat mungkin. tidak siap.
"dongpyo, tetap jadi anak yang ceria ya. jangan nangis, kakak gak suka liat dongpyo nangis."
"kak, jangan pergi." seungwoo mengelus rambut hitam dongpyo, menenangkan.
"kita masih bisa ketemu, asalkan kamu ga nangis. janji ya."
dongpyo mengangguk, melepas pelukannya.
"kak seungwoo, makasih banyak udah baik banget sama minhee. minhee sayang kaka."
"gue juga sayang banget sama minhee. yang akur ya sama yang lain."
"kak seungwoo, maafin eunsang ya kalo ada salah. jangan marah sama eunsang." seungwoo tertawa kecil, lee eunsang tidak pernah berubah. tetap si pria lembut dengan hati yang tulus.
"kak, hyeongjun juga minta maaf ya. jangan lupain hyeongjun." seungwoo mencubit gemas pipi hyeongjun, tersenyum lembut pada laki-laki berambut keriwil itu.
"ga bakalan lupa, ga ada yang bisa gantiin hyeongjun."
"ka." seungwoo memeluk erat nam dohyon, anak laki-laki yang sering memintanya menemani makan dan pergi belanja. anak laki-laki yang suka merebut makanannya, anak laki-laki yang akan sangat dirindukan karena dia tidak bisa melihat bagaimana adik termudanya itu semakin dewasa.
"seok, lo ga mau bicara?" tanya seungyoun, wooseok yang tadinya berpura-pura acuh akhirnya menangis juga.
"gue ga tau kak, gue gak tau gimana jadinya kalo ga ada lo." seungwoo menitikkan air mata, dia tau. dia tau, ada banyak hati yang terluka. tapi, dia tetap harus pulang.
"syoun, seok, jagain anak-anak ya. gue percaya sama kalian."
"lo jangan lupa balik. kapanpun lo balik, kita sambut. lo harus balik, kapan aja."
"gue pergi dulu." seungwoo yang tadinya hanya menampilkan senyum akhirnya menangis juga. pertahanannya runtuh juga. sesakit itu.
sementara 10 pria yang lain menatap pesawat seungwoo. berharap han seungwoo, pemimpin dan kakak terbaik mereka bisa berkumpul bersama mereka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
cerita untuk kamu• X1 and PDX imagine
Fanfiction" cuma sekedar imajinasi." open request, bisa request anak pdx 101 juga🌻