.
.
.
Kediaman Keluarga Jeon
Pyongchang-dong, Jongno-gu, SeoulSeminggu sudah berlalu sejak Jungkook siuman di rumah sakit. Setelah menjalani beberapa terapi rutin untuk bisa menggerakkan tubuhnya secara normal, akhirnya Jungkook diperbolehkan untuk pulang.
Saat yang paling sangat ditunggu Jungkook adalah melihat keadaan rumahnya. Mungkin itu dapat mengingatkannya pada kehidupannya sebelum ia kerumah sakit. Mengingatkannya pada masa-masa indah bersama keluarganya.
Perjalanan ditempuh selama hampir satu jam menuju rumah Jungkook, dan akhirnya Jungkook dan ibunya tiba di lingkungan tempatnya dibesarkan, rumahnya. Jihyun membiarkan Jungkook duduk sendiri diruang tamu, sementara ia meletakkan tas berisi pakaian selama ia menjaga Jungkook dirumah sakit. Jungkook menatap sekeliling ruangan, matanya menerawang setiap sudut. Ada banyak bingkai terpasang di dinding, Jungkook berjalan mengikuti deretan bingkai foto itu.
Foto keluarga besar, foto dua pasang suami istri yang tampak sudah tua berbalut hanbok, pakaian tradisional khas Korea, foto sepasang suami istri dan seorang anak kecil bermain ditumpukan salju. Matanya mengerjap ketika menatap sebuah foto pernikahan didepannya.
Tatapannya mengenali satu persatu wajah yang dilihatnya. Bingkai kayu dibalut warna emas mengelilingi dua sosok yang tersenyum bahagia. Jihyun, orang yang pasti dikenalnya tersenyum anggun di samping seorang pria berbadan tinggi tegap dan nampak berwibawa.
"Abeojji...,"Jungkook tersenyum menatap wajah pria yang nampak memegang tangan Jihyun. Senyum mereka terlihat sangat bahagia.
Beberapa detik Jungkook memandangi foto itu, ia merasakan sesuatu yang aneh didadanya. Desiran darahnya lebih terasa, seperti ia dapat merasakan aliran darah diseluruh tubuhnya. Jungkook tertunduk sesaat, tangan kanannya memegang dinding didepannya.
Ia merasakan sesuatu mendekatinya perlahan, angin pelan berhembus dari pintu depan yang masih terbuka, menyibak sisi rambutnya. Bulu-bulu halus ditengkuknya seolah menegang. Jungkook dapat merasakan sesuatu dengan jelas mendekatinya dan semakin lama semakin dekat.
Entah kenapa jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Hatinya meyakinkannya untuk menoleh dengan cepat dalam hitungan ketiganya sendiri untuk melihat apa yang mendekatinya.
1....
Matanya melirik, sesuatu itu berjarak semakin dekat bahkan sangat dekat dengannya.2....
Sebuah tangan dilihatnya mendekati bahunya.3!
Jungkook membalikkan badannya dengan cepat."Ommo!,"Jihyun menarik tangannya ke dadanya.
"Kau mengagetkan eomma."Jihyun mengelus dadanya.
"Mianhaeyo eomma, aku pikir siapa."
"Kau pikir siapa, eoh? hantu? dasar...,"Jihyun tertawa, lantas mengelus kepala anaknya yang lebih tinggi darinya.
"Eomma...kenapa tidak ada foto kita setelah aku besar? Yang ada hanya foto saat aku masih kecil ini."keluh Jungkook.
"Itu karena...eomma dan appa sangat sibuk jadi selalu tidak sempat untuk foto bersama. Ah, kau tidak mau lihat kamarmu, Kookie?,"Jihyun mengalihkan pembicaraan dengan cepat.
"Apa aku boleh ke kamarku?"
"Tentu...naiklah keatas, kamarmu disebelah kanan."
Jungkook langsung beranjak menuju tangga didekat ruang makan, ia ingin tahu apa yang belum ia tahu. Mungkin dengan masuk ke kamarnya, akan membantunya lebih mudah mengingat masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A piece of memory ✔
FanfictionJungkook amnesia..ia lupa pada Seokjin.. Masalah semakin rumit ketika dia mengingat semuanya. Basic story : Brothership || Family || Horror