19

1.1K 115 8
                                    

.

.

.

Suasana kelas pagi ini masih ramai, meski jam pelajaran seharusnya sudah dimulai tapi belum ada guru yang masuk ke kelas. Para siswa dan siswi sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang belajar sendiri, ada yang berbincang sambil bercanda, ada juga yang sibuk berdandan.

Jungkook? Ia lebih memilih diam melipat tangannya dimeja dan menidurkan kepalanya diatas tangannya. Lima menit kemudian pintu kelas bagian depan terbuka, wali kelas 3-1 masuk. Seluruh siswa terlihat tenang dan sudah duduk di kursi mereka masing-masing.

Kang seonsaengnim masuk menuju meja guru, beberapa murid tampak mengeluarkan buku untuk pelajaran yang akan diajarkannya. Tapi Kang seonsaengnim belum mengatakan sepatah katapun untuk memulai pelajaran. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas.

"Anak-anak,"akhirnya ia mulai bersuara. Semua murid termasuk Jungkook menyimak perkataannya.

"Hari ini sebelum memulai pelajaran kita, saem akan memberi kalian sebuah kejutan. Hagsaeng, masuklah!"

Seorang anak muda berseragam SMU Gyeongbuk melangkah masuk ke dalam kelas dan membuat semua mata tertuju padanya. Jungkook mengernyitkan dahinya tak percaya melihat sosok yang kini berdiri disamping Kang seonsaengnim dan terus menatapnya itu.

"Aku Jeon Jungkook."

"Mwo?!,"suara serempak terdengar diseluruh kelas, mata para murid spontan beralih melihat kearah Jungkook. Bagaimana tidak, semua murid dikelas itu melihat dua orang yang memiliki wajah dan nama yang sama.

"Ini tidak mungkin!,"ucap Jungkook.

"Apa yang tidak mungkin?Kalian dibohongi olehnya selama ini!,"ucap Jungkook yang berdiri didepan kelas.

"Ani, kalian salah. Aku Jungkook yang asli."elak Jungkook yang merasa terpojok menerima tatapan sadis teman-teman sekelasnya termasuk Kang seonsaengnim.

"Dia tidak seharusnya ada disini. Singkirkan dia!,"perintah Jungkook yang berada di samping Kang seonsaengnim dan seperti pasukan yang tunduk pada perintah komandannya, teman-teman jungkook menghampirinya dan membuatnya terpojok.

Tangan Minho lebih dulu meraih lehernya dan mencekiknya sekuat tenaga. Tatapan mereka seperti tatapan haus kematian. Jungkook mulai kehabisan nafas saat ia berusaha meminta pertolongan.

"Ha-jima...Akh...to-long,"sesaat nafas jungkook terasa terhenti dan semua gelap sampai ia membuka matanya kembali dan menatap cahaya redup.

"Hhh....hahh...hhhh."

Jungkook bangun terduduk di ranjang, wajah dan tubuhnya penuh keringat. Jantungnya masih berdetak cepat, ia cukup tenang karena tahu itu hanya mimpi dan ia masih ada di apartemen kakaknya.

"Mimpi buruk?,"suara jimin mengejutkannya dari lamunannya.

"Apa aku bicara aneh saat tidur?,"Jungkook memilih tidak menjawab pertanyaan jimin.

"Ani, kau hanya gelisah dan seperti sesak nafas. Kau mimpi apa?,"Jimin duduk disamping Jungkook yang malah berdiri meninggalkannya.

"Apa hyeong bangun?,"Jungkook menuruni tangga menuju uang tamu, mengamati Seokjin yang masih tertidur pulas disofa.

"Dia tidak akan bangun jika kau tidak berteriak, sepertinya dia kelelahan."ucap Jimin yang tiba-tiba sudah disebelah Jungkook. Ia memilih berdiri belakang sofa tempat Seokjin tidur dan mengamati wajah damai Seokjin yang sedang tertidur.

"Pikyeo!Jangan ganggu hyeongku!,"Jungkook menepis tangan jimin yang siap mengusap kepala Seokjin.

"Eoh?!Bagaimana bisa kau menyentuhku?,"jimin yang terkejut memegangi tangannya yang ditepis oleh Jungkook.

A piece of memory ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang