Terjebak

1.4K 80 1
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

💐💐

“Sebaik-baik wanita yaitu yang memiliki malu dan mampu menjaga auratnya.”

💐💐

Sudah dua minggu Amanda tak kembali ke tempat yang sangat dia sukai, club yang baginya sangat menyenangkan itu. Bukan main Amanda merindukan tempat di mana beban-beban hidupnya dapat ia hilangkan dengan mabuk dan bergoyang mengikuti irama musik disko.

Semenjak insiden yang sangat memuakkan bagi Amanda dan dia sangat mengutuk malam itu karena lelaki brengsek bernama Rama yang tak ingin Amanda temui lagi. Devi pun mengerti dengan permasalahan Amanda, dia tak mengajak Amanda ke club malam seperti biasanya, seolah dia memberi waktu untuk Amanda siap kembali melupakan malam itu.

Sejak tadi kulit kacang sudah berceceran di lantai dan beberapa sampah itu mengundang semut merah yang berdatangan. Amanda tidak peduli, dia sudah sangat bosan, ingin rasanya bersenang-senang lagi dan menghilangkan semua penatnya.

Drttttt

Ponsel Amanda berdering, menandakan ada panggilan masuk dari seseorang, dengan malas Amanda meraih benda pipih itu dan menjawabnya, “Halo, ada perlu apa?” ucap Amanda tanpa melihat nama si penelepon.

“Wa’alaaykumussalaam.” Sindir si penelepon. Dari cara dan jawaban si penelepon Amanda sudah tahu siapa yang sedang menghubunginya.

“Kenapa Bal?”

“Biasakan menjawab salam, Amanda.” tegur Iqbal di seberang sana.

“Iya, maaf. Ada apa, Bal?” Amanda berusaha menahan emosinya, karena bagaimanapun dia pasti akan membutuhkan Iqbal, Amanda akui, lelaki itulah yang akan membantunya jika dia genting, misalnya jika dia kelaparan dan tak ada makanan, atau jika ibu kontrakan menagih utang padanya, maka Iqbal adalah orang pertama yang akan dia repotkan dan tanpa pandang bulu, walaupun sikap Amanda jarang baik padanya.

“Alhamdulillah, Aku ada sedikit makanan di rumah tadi memang beli lebih, kamu ada di rumah? Aku antar ya.”

Sepulang dari kerja Tadi Iqbal mampir ke rumah makan sederhana untuk membeli nasi bungkus dan es buah. Entah kenapa tiba-tiba Iqbal teringat Amanda, apakah gadis itu sudah makan atau belum—mengingat Amanda tidak memiliki uang. Akhirnya Iqbal berinisiatif membelikan makanan untuk Amanda.

Amanda menyunggingkan senyumnya, sepertinya Iqbal benar-benar tahu kondisi perut dan keuangannya yang tak sejalan.

“Ada kok, Loh tuh kek tahu banget kalau Gue belum makan. Oke, makasih ya. Gue tunggu.” ucap Amanda kemudian mematikan sambungan telepon kemudian dia bergegas membuka pintu.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Iqbal datang dengan dua buah kantong keresek di tangannya.

“Assalaamu’alaaykum, Amanda.” sapa Iqbal ramah.

“Makasih Iqbal.” jawab Amanda dan langsung meraih bungkusan yang masih di pegang Iqbal. Dengan cepat Iqbal menarik tangannya yang hampir bersentuhan dengan tangan Amanda, “Astagfirullah, Amanda.” Iqbal terkejut bukan main.

“Kamu tahu kan kita bukan mahram, bersentuhan itu di larang Amanda.” Tegur Iqbal. Amanda hanya tersenyum tanpa dosa, hal yang membuat Amanda merasa tak bersahabat dengan Iqbal yaitu sikap Iqbal yang bagi Amanda sangat sok suci. Di jaman sekarang mana ada lagi orang yang tak mau bersentuhan, walau hanya bersentuhan tangan saja.

“Oke, maaf. Thanks sudah peduli sama Gue.” ucap Amanda, dia tak mau Iqbal kembali melanjutkan kultumnya, Amanda sudah malas mendengar hal yang sama dari Iqbal.

Hijrah Terindah (Sudah Terbit dan Akan Difilmkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang