Kost-kostan

340 3 0
                                    

Deni mengerjap saat sinar matahari dengan ganasnya menelusup melalui celah matanya. Dia menguap begitu lebar. Lalu dengan pandangan yang masih kabur, ia mengamati ruangan di sekitarnya.

Rupanya ia sudah berada di dalam kamar kostnya. Poster logo Machester United yang begitu besar menjadi ciri khas kamar selebar 3X3 meter itu.

Karena sudah berada di kamar kost, satu-satunya rutinitas paginya yang selalu ia lakukan pertama kali adalah mengecek jam. Lalu bersiap untuk mandi untuk selanjutnya pergi ke kampus.

Dan iapun memulai rutinitas paginya itu. Awalnya ia agak gak percaya saat melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10 pagi. Tapi setelah mengusap kedua matanya beberapa kali dan tak melihat perubahan arah jarum jam di jam dindingnya itu, iapun langsung menghembuskan nafas berat. Ia bener-bener bangun kesiangan! Pasti gara-gara kejadian tadi malam nih!

Meskipun tadi malam ia mabok berat, ia tak lantas melupakan kejadian itu. Makanya saat tahu bahwa ia bangun kesiangan ia langsung berpikir bahwa penyebabnya tak lain karena ia terlalu banyak minum tadi malam. *padahal Cuma minum setengah gelas*

Lalu ia kembali mengingat. Jika ia mabok dan gak sadarkan diri, terus yang bawa dia balik ke kostan siapa ya? Eh eh! Terus gimana nasib motor ninjanya? Apa 'dia' juga balik dengan selamat? Atau malah dibawa kabur sama orang yang udah nganterin Deni ke kostan? Mampus! Masalahnya tu motor bukan motor miliknya sendiri. Melainkan milik Juno, temen kostnya. Kalo tau motornya ilang gara-gara Deni, bagaimana nasib pertemanan mereka selanjutnya? juno pasti bakal langsung memutuskan hubungan pertemanannya dengan Deni! dan Deni gak mau hal itu terjadi! Sudah cukup hubungannya dengan Bia berakhir. Deni gak mau kali ini hubungannya dengan Juno berkahir juga!

Gawat nih! Maka dari itu hal selanjutnya yang Deni lakukan adalah, melesat keluar dari kamar terus lari menuju garasi.

"Mampus gue!" Deni menepuk dahinya frustasi ketika ia sampai di garasi dan gak ngeliat motor ninja milik Juno terparkir disana. "Mampus! Mampus! Mampus!"

"Eh! Kemana aja lo tadi malem!" Deni terlonjak kaget saat seseorang menepuk bahunya. Rupanya Hilga, anaknya ibu kost yang super galak.

"Hil, lo tau kagak tadi malem gue dianter siapa?" bukannya menjawab pertanyaan Hilga, Deni justru tanya balik. Hilga mengernyit heran.

"Gue kesini bukannya mau ngejawab pertanyaan lo, ya! Gue mau nagih tunggakan uang kost lo! Sekarang, mana uangnya?!" tagih Hilga dengan galaknya. Deni menggaruk tengkuk lehernya. Bukannya membantu memberi clue siapa mengantarnya pulang tadi malam, Hilga malah menambah masalahnya dengan tunggakan bayaran kost. Kalo udah gini, bawaannya pingin kabur aja! tapi kenapa juga yang dateng bukan ibu kostnya langsung? Melainkan anaknya yang super galak dan sadis. Yang pastinya untuk kabur dari cewek sadis semacam Hilga bakal sulit untuk dilakukan. Seperti halnya saat ini.

Awalnya Deni berniat untuk kabur dengan alasan lagi gak ada duit buat bayar kost. Tapi mengingat bahwa alasan itu terlampau sering ia gunakan untuk menyogok ibu kostnya dan tak yakin Hilga juga bakal percaya pada alasan itu, Denipun mau tak mau menuruti juga apa kata Hilga. Ada senyum kemenangan yang terlukis pada wajah Hilga setelah Deni berjanji bahwa hari ini ia akan membayar tunggakan uang kostnya sampai lunas. Lalu cewek itupun berniat untuk berbalik, namun ia urungkan niatnya saat Deni tiba-tiba bertanya.

"Eh, Hil. Gue mau nanya. Serius nih. Lo tau gak siapa yang nganterin gue pulang tadi malem?"

"Tau. Lo dianterin sama cewek. Gue gak sempet nanya siapa namanya, habis lo ngrepotin banget. Gue penasaran tadi malem lo minum berapa gelas sampe lo mabok begitu," jawab Hilga.

"Ha? Cewek?! Siapa? Gue kagak inget gue ketemu sama cewek disana. Apa jangan-jangan dia ngapa-ngapain gue lagi?" Deni melebarkan kedua kelopak matanya seakan terkejut dengan perkataan Hilga barusan, lalu dengan idiotnya ia meraba-raba seluruh tubuhnya, memastikan bahwa semua barang pribadinya lengkap tak kurang satu apapun. Hilga langsung dibuat ngeri melihatnya.

"Hih! Najis banget! Gue gak habis pikir, cewek cantik kayak dia mau-maunya nganterin lo pulang. Kayak gak ada cowok keren lainnya aja," kata Hilga dengan sadisnya.

"Yee, lo tu senengnya ngejekin gue mulu ya. Ati-ati lo, ntar kemakan omongan sendiri. Tau-tau ntar lo yang malahan suka sama gue," balas Deni.

"Naujubillah! Ibarat lo satu-satunya cowok di dunia ini yang masih tersisa, gue lebih milih suka sama kambing sekalian!" Hilga hendak berbalik, namun lagi-lagi Deni mencekal tangannya. "Apa lagi?!" semprot Hilga, membuat Deni otomatis langsung melepas tangan Hilga yang sempat ia cekal.

"Emm, gue mau nanya lagi. Terus motor yang ninjanya Jano yang gue bawa kemaren kemana? Kok kagak ada di bagasi?"

"Ya dibawa sama dia lah!"

"Kemana? Ke kampus? O iya gue lupa!" Kata Deni menyadari kebodohannya yang mengira bahwa ada orang yang mencuri motor ninja itu yang ternyata dibawa sama si empunya untuk pergi ke kampus. Sementara Deni masih menyadari kebodohannya, di tempatnya Hilga dibuat melongo melihat tingkah cowok di hadapannya itu.

"Lo mabok apa? Sekarang itu hari Minggu. Gak mungkin Juno bawa motornya ke kampus, dodol! Yang ada dia bawa motornya buat kencan sama pacarnya," kata Hilga. Kali ini Denilah yang dibuat melongo menanggapi perkataan Hilga. Ia langsung menepuk dahinya. Dodol banget! untuk pertama kalinya Deni setuju dengan perkataan cewek yang ada di hadapannya itu. Tengsin gila. "Udah. Ngejabanin lo malah bikin stress sendiri. Mending lo masuk, terus benah-benahin diri lo. Kayaknya efek mabok lo masih belum ilang, deh. Sana sana!" Hilga mendorong tubuh Deni masuk ke dalam yang langsung ngedumel gak jelas karena Hilga mendorong tubuhnya begitu kasar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sakitnya Tuh DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang