Kado Spesial

212 10 1
                                    

Terima kasih telah melengkapi lembar kebahagiaanku kali ini. ~Netha~

"Halo Ren, kamu dimana?" Tanya Mama Deven ketika merasa teleponnya sudah tersambung dengan Renata.
"Di hotel Medika Putra Jakarta. Kenapa?"
"Anak Devennatic yang kamu ceritain masih disana? Apa dia sama kamu?"
"Dia masih disini. Tapi dia lagi ke Monas sama teman-temannya."
"....."
"Oke. Aku OTW." Renata memutuskan panggilan secara sepihak dan bergegas pergi ke tempat di mana Nethasya dan teman-temannya berada.

^~~~~~^

"Kalian pertama kali kesini?" Tanya Pak Aryo.

"Iya Pak," Jawab kami semua serempak.

"Fotoin gue Neth!" Pinta Ray, yang langsung saja kusetujui.

Cekrek... Cekrek... Cekrek... Cekrek...

"Udah banyak. Gantian dong!"

"Gue aja yang fotoin!" Seru Angga.

"Ngga udah belum sih? Lama banget."

"Udah nih." Angga mengembalikan handphone ku. Kubuka galeri, dan astaga!!!

"Anggaaa... Kan gue suruh fotoin bukan mala lo salfie sendiri Ngga!"

Aku bergegas mengejar Angga yang sudah berlari duluan. Ia kabur. Dasar memang!

"Udah udah jangan lari! Nanti asma lo kambuh!" Teriak Angga.

"Gak peduli gue." Aku udah merasa ngos-ngosan dan sesak di bagian dada. Astaga! Tolong jangan kambuh!
"
Udah Neth! Asma lo nanti kambuh. Neth!" Cegah Angga yang melihatku masih berlarian mengejarnya.

Brruuukkkk....

"Astagfirullah. Aw," Pekikku ketika aku terkapar di tanah karena seseorang yang menabrakku. Tidak! Maksudku kami bertabrakan karena aku berlari tapi tak melihat depan.

"Maaf maaf. Aku gak sengaja. Ayo aku bantu!" Uluran tangannya secepat kilat kuraih. Ini bukan salahnya bukan? Akulah yang menabraknya. Seharusnya aku yang meminta maaf.

"Gapapa. Aku yang seharusnya minta maaf. Maafin aku ya," Ucapku ketika aku berhasil berdiri. Nafasku pun sudah tidak beraturan.

Aku menatap penampilan cowok yang beberapa menit lalu bertabrakan denganku. Ia memakai kacamata dan topi. Tapi mengapa wajahnya seperti tak asing bagiku? Perlahan ia membuka kacamatanya.

"Deven," Pekikku tak percaya.

"Iya. Kamu Devennatic?" Tanya Deven masih bingung siapa aku.

"Nethasya Kaila Putri. Aku Netha."

"Jadi kamu Netha. Hai Ne---"
"Anggaaa..." Teriakku lalu terduduk kembali.

Angga yang mendengar teriakanku, segera menghampiri lengkap dengan Ray dan Pak Aryo. Angga berjongkok menyetarakan tingginya denganku yang tengah duduk, begitupun dengan Deven.

"Asma lo kambuh Neth?" Tanya Angga tak percaya.

"Nggha. Ghue ghak khuhat. Ngghaa," Ucapku terbata-bata sembari memegang dadaku yang rasa sesaknya semakin membuatku ingin pulang kepada Tuhan.

"Inhailer lo taruh dimana?" Tanya Angga sudah panik.

"Ghak Ghue Bhawah. Dhi ah khamar hh."

"Astagfirullah Neth!"

"Aku bawa inhailer. Tunggu. Ini!" Seru Deven mengacak-acak tasnya dan memberikan inhailer kepadaku.

5 menit, akhirnya keadaan kembali seperti semula. Aku mengucapkam banyak terima kasih kepada Deven yang telah berhasil menolongku diwaktu yang tepat.

"Sekali lagi makasih Dev," Ucapku sekali lagi.

Mama Deven dan Tante Renata yang melihat kejadian itu hanya bisa menangis haru, karena kedewasaan seorang Deven.

"Mama bangga sama kamu dek," Ucap Mama Deven memeluk putranya.

^~~~~~^

"Oh iya. Aku udah tau kalo tim kamu dapet juara 1. Selamat ya," Ucap Deven yang duduknya tepat diseberangku.

"Iya Makasih."

"Aku mau nepatin janji aku ke kamu. Ini aku ada sedikit hadiah buat kamu," Ujar Deven menyerahkan sebuah paperbag ketanganku.

"Ehm. A... Apa ini?" Astaga. Kenapa gugup sekali?

"Buka aja!"

Dengan rasa penasaran, aku membuka paperbag yang diberikam oleh idolaku, Deven.

"Wah... Jaket Devennatic. Makasih Deven. Makasih tante."

"Iya sama sama."

"Sama-sama sayang," Jawab Mama Deven membelai pucuk kepala Nethasya.

"Oh iya. Tante mau nawarin sesuatu sama kamu. Anggap aja ini hadiah dari tante. Kamu mau ya liburan ke Lombok habis ini? Masalah tiket tante udah urus kok. Dan masalah kamu tinggalnya dimana, kamu tinggal di rumah kami ya. Gimana?" Jelas Mama Deven yang diakhiri pertanyaan itu justru membuatku kaget. Benarkah aku tidak salah dengar?

"Tapi kan orang tuaku bel---"

"Nanti biar gue yang kasih tau Neth," Ucap Angga tersenyum.

Angga tetaplah Angga. Hari ini, ia merasa sangat bahagia karena ia melihat sahabat satu-satunya bahagia. Siapa? Aku! Ia akan melakukan apapun demi kebahahiaanku. Tak peduli bagaimana perasaannya.

"Serius?" Tanyaku sekali lagi. Entah kutujukan pada siapa. Karena aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Menurutku, ini terlalu tiba-tiba.

"Iya. Tante tadi juga menghubungi ayah sama ibu kamu kok Neth. Katanya boleh ke Lombok. Asalkan kamu harus jaga kesehatan dan jangan telat minum obat," Ujar Tante Renata yang mengundang senyumanku.

"Makasih banyak Tante!"

"Kami mau siap-siap dulu. Karena kami akan pulang ke Jombang sore ini juga. Ayo anak-anak, prepare ya," Pamit Pak Aryo kepada Tante Renata, Mama Deven, dan Deven.

"Kalian mau pulang hari ini?" Tanya Tante Renata.

"Iya tante," Jawab Angga mewakili yang lain.

"Netha juga mendingan siap-siap ya. Tante juga udah beli tiket ke Lombok dan penerbangannya malam nanti," Ucap Mama Deven.

"Malam ini Tante?"

"Iya." Ucap Deven.

Halo Assalamualaikum Readers Setia DSS❤️
Maaf banget kalian harus nunggu lama buat aku up ini🙏
Krn wifi yg biasa kugunain lagi gk bisa dipakai dan aku nggak punya kuota😁
Jadi mohon dimaklumi yah😊☺️

Jangan lupa vote n komen🙏❤️
Love you all😘
See you next part!!!!
Semoga suka❤️❤️❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deven Star Shadow (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang